Ruangan itu senyap cukup lama. Rayford terpekur di tempat sementara Desmond terus menceracau tentang kisah masa lalu seperti seorang paman yang sudah lama tidak bertemu keponakan. Ia melantur tentang persahabatan antara mendiang Aland dan dirinya yang semakin tidak karuan, siapa saja kerabat Cortess yang patut Rayford ketahui, dan banyak hal yang membuat Par lama-lama menjadi bosan dan mengira telah tertidur sambil berdiri.
Namun, rasa bosan itu segera terhempas ketika Par mencium aroma yang familiar. Sangat familiar, malah! Bagaikan kelinci yang menengadah dengan telinga yang bergerak-gerak karena mendengar suara gemerisik, Par memandang ke dinding di belakang punggungnya. Ia tersenyum lebar.
"Heh. Kalian membosankan," kata Par tiba-tiba. Rayford terkejut dan tingkahnya menunjukkan seolah-olah dia telah lupa Par masih ada di sana. Iblis itu mengibaskan tangan dan Desmond otomatis mengunci mulut, bahkan mundur beberapa langkah saat Par menghampiri Rayford dan menangkup kepalanya. Rayford melotot.
"Aku mau memberimu hadiah."
"Hah?"
"Karena perjanjian kita telah usai, maka inilah hadiah perpisahanku, anakku tersayang," kata Par. "Aku telah menuntaskan janjiku untuk memenuhi keinginanmu, yaitu mengulik identitas Rayford. Aku bahkan melakukan lebih dengan mengembalikanmu pada keluargamu yang sebenarnya, eh! Kau juga mempertemukanku kembali dengan Caellan, dan sekarang janji kita masing-masing telah tuntas! Maka akan kuberikan hadiah untukmu—"
"Aku tidak mau!"
"—hadiah yang sama seperti hadiah perpisahanku pada kakakmu." Senyum Par tak pernah lebih lebar daripada ini. Geliginya yang tajam dan menguning busuk memenuhi bingkai pandang Rayford yang ketakutan. Jemarinya yang panjang menarik ujung-ujung kelopak matanya, memaksa pemuda itu untuk membeliak.
"Aku tidak—"
"Hadiahku menunjukkan seberapa kuat dirimu, juga seberapa besar Energiku yang engkau bawa! Seberapa mulia engkau di mata sesamamu, dan menunjukkan derajatmu pada keluarga, terutama pada saudara-saudara sesama pembawa selku. Maka dari itu, Rayford, sekuat inilah kau! Hadiahku ini begitu indah, sehingga kau harus ingat satu hal."
"Aku tidak mau!" Rayford meraung saat matanya sama sekali tak bisa berkedip karena jemari-jemari Par menancap pada kulit kelopak matanya. Jika Rayford memaksa berkedip, maka kulitnya akan robek dan sekeliling matanya berdarah. Iblis ini kurang ajar! Rayford sempat mengira itulah yang diinginkan Par karena barangkali ingin menjilat darahnya sendiri, tetapi dia salah.
Par merunduk, mendekatkan kedua lubang matanya dengan mata Rayford hingga hanya mampu melihat kegelapan seutuhnya, dan dia berbisik, "Jangan berkedip saat kau marah."
Tetapi Rayford tidak kuat. Matanya perih berair, dan ketika dia memaksa berkedip untuk mengusir rasa perih di matanya, Par telah menghilang dan Desmond menahan napas di belakangnya.
"Oh, dasar terkutuk!"