ANTIMA

Andy Wylan
Chapter #63

Kungkungan Kutukan

Hadiah perpisahan macam apa ini?

Rayford terkulai lemas. Ia terduduk di lantai, kembali menciprati tubuhnya dengan kubangan darah Desmond. Selama sesaat ia termenung. Hatinya menangis, tetapi tak ada air mata yang keluar. Ia akhirnya tahu mengapa Desmond tak mau menatapnya, dan beruntunglah Caellan cukup tanggap untuk mengalihkan pandangan. Sekarang bagaimana caranya mengembalikan ini? Rayford tak bisa melakukan apa pun. Dia tak tahu apa pun.

Lamunan Rayford terpecah saat tubuh Desmond melesak jatuh dari cengkeraman Caellan. Ia sempat terselip untuk menatap sosok kakak yang ternyata cukup dirindukannya, tetapi kata-kata Rayford tertahan di tenggorokan saat Caellan diam-diam menjilat noda darah di ujung jemari.

"Apa yang kau lakukan?' tanya Rayford marah. Caellan tersentak dan refleks menatap sang adik, tetapi mendapati bahwa tubuhnya tidak ikut meledak membuat Caellan akhirnya pasrah dan mengangkat bahu.

"Kenapa kau tanya? Kukira kau sudah tahu."

"Tahu apa?' Rayford menjadi berang mendengar kata-kata semacam ini. "Aku tidak tahu apa-apa. Apa maksudmu?"

Caellan mendesah. "Kukira selama kau membantunya ... kau juga mencicipinya. Tidak?"

"Orang macam apa aku sampai harus ikut mencicip makanan iblis itu?" tanyanya, lantas terkejut dengan pertanyaannya sendiri. Rayford melotot kepada Caellan. "Apa kau ...."

"Aku tidak mati seperti Desmond saat menatapmu," kata Caellan sembari mengerling kepada mayat Desmond di kakinya, lantas menatap Rayford lagi. "Dan ... aku haus. Kau tidak?"

Sama sekali tak terbayangkan oleh Rayford kata-kata itu akan meluncur dari mulut sang kakak. Selama sesaat Rayford termangu, bingung dengan apa yang sedang terjadi, lantas menyadari ia belum mengenal Caellan seutuhnya. Ia memandang Caellan mengendus tubuh Desmond, menjilat noda yang tersisa di jemarinya, lantas melirik Rayford dengan perasaan malu.

Padahal Par telah pergi, tetapi pengaruhnya sangat kuat sekali. Rayford akhirnya menemukan jawaban mengapa selama ini dia sering merasa haus yang tidak kunjung tertuntaskan tak peduli berapa banyak air yang diminumnya, atau mengapa tenggorokannya sekarang terasa sangat kering. Ketika lidahnya terjulur sedikit untuk mencecap darah hitam di ujung bibirnya, Rayford mendapati tubuhnya menggelenyar nelangsa.

Ya Tuhan—ini enak!

Caellan menelan ludah melihat reaksi Rayford barusan. Ia mendekat dengan niat untuk mengatakan sesuatu, ketika terdengar suara derap kaki yang cukup banyak. Mereka berdua sontak berdiri dan waswas. Beruntung, seekor gagak melesak masuk diikuti beberapa tentara Lakar. Rayford menegang dan Caellan cepat-cepat menutupi kedua matanya.

Para tentara itu sama tegangnya dengan kedua pemuda di dalam ruangan, tetapi mereka tidak serta-merta mengacungkan senapan saat melihat mayat Desmond tergolek bersimbah darah. Tentara yang terdepan melangkah masuk dengan berhati-hati. "Tuan Caltine bersaudara?"

"Ya," kata Caellan. "Dan, tolong, jangan perlakukan kami dengan buruk. Kami sama sekali tidak bersalah—vehemos induk kami yang ...."

"Kami tidak punya kepentingan seperti itu. Jelaskan kepada Jenderal nanti." Sang tentara mengedikkan bahu kepada Rayford. "Kenapa kau menutupinya begitu?"

Lihat selengkapnya