Orang tua yang baik adalah orang tua yang selalu ada di sisi anaknya. Sesibuk apa pun, orang tua tetap menyisihkan waktu untuk sang anak. Anton dan Alina berusaha melakukannya. Praktis Chelsea tak pernah kekurangan perhatian dari mereka.
Mereka selalu tahu perkembangan Chelsea. Baik tentang kemajuan belajarnya, teman-temannya, dan guru pendamping homeschooling-nya. Chelsea beruntung dibesarkan oleh orang tua yang memberinya limpahan materi dan kasih sayang. Tak heran bila gadis kecil nan cantik itu sangat menyayangi Anton dan Alina.
“Kata guru pendamping, tadi Chelsea bisa kerjakan semua soal Matematika. Dan betul semua.”
“Iya, Ayah. Chelsea suka Matematika.” jawab gadis kecil itu, tersenyum manis. Memperlihatkan lesung pipinya.
“Anak Ayah pintar,” puji Anton hangat. Mengecup pipi putri tunggalnya.
“Chelsea terus rajin belajar ya? Bunda bangga sama Chelsea.” Alina membelai lembut rambut panjang Chelsea.
Malam ini Chelsea begitu bahagia. Ia ingin tidur bersama Ayah-Bundanya. Anton dan Alina tak keberatan. Ketiganya berbaring di atas ranjang king size itu. Chelsea berada di tengah, Anton dan Alina di kanan-kirinya.
“Chelsea mau minta apa?” tanya Alina.
Seperti biasa, jika Chelsea berhasil dalam pelajaran, Anton dan Alina akan mengabulkan apa pun permintaannya. Memanjakan Chelsea adalah sesuatu yang mereka suka, meski dalam batas wajar. Bukankah anak akan bahagia an semakin termotivasi untuk melakukan yang terbaik bila orang tuanya memperhatikan mereka?
Sambil menurunkan suhu AC di kamar itu, Chelsea berkata. “Aku mau Ayah dan Bunda cerita.”
“Cerita apa, Sayang?” Anton bertanya antusias. Bakat dan pekerjaannya sebagai penyiar radio mampu membuatnya menjadi story teller yang baik. Ia senang bercerita. Terlebih bercerita untuk Chelsea, putrinya sendiri.
“Lanjutan ceritanya Bunda sebulan lalu.”
Kebingungan, Anton melempar pandang bertanya pada Alina. Alina menundukkan wajah. Rona kemerahan merayapi kedua pipi mulusnya.
“Cerita tentang Ayah dan Bunda. Chelsea suka...Chelsea penasaran lanjutannya.”
Alina tak tahan lagi. Dengan gemas ia mengacak rambut Chelsea. “You have a strong memory, Dear.”
“Oh I know. Kamu cerita tentang kenangan kita, ya?” Anton melirik Alina.
“Iya, Anton. Chelsea memintanya.”
Anton tertawa. Sejurus kemudian mengecup kening Alina.
“Pantas saja kamu salah tingkah,” bisiknya.
Aliran darah Alina berdesir halus. Saat akan tidur pun, Anton tetap wangi. Aroma Calvin Klein. Wangi khas Anton yang sangat disukai Alina. Sama seperti Anton yang menyukai wangi vanilla dari tubuh Alina.
“Chelsea Sayang, Bunda ceritanya sampai mana?” Anton mengalihkan pandang pada Chelsea. Satu tangannya membenahi selimut besar berwarna merah hati yang mereka pakai bersama.
**
Coba tanya hatimu sekali lagi
Sebelum engkau benar-benar pergi
Masihkah ada aku di dalamnya
Karena hatiku masih menyimpanmu
Kisah kita memang baru sebentar
Namun kesan terukir sangat indah
Ku memang bukan manusia sempurna
Tapi tak pernah berhenti mencoba
Membuatmu tersenyum
Walau tak pernah berbalas
Bahagiamu juga bahagiaku
Saat kau terlalu rapuh
Pundak siapa yang tersandar