Anton dan Alina

princess bermata biru
Chapter #22

Dilema Alina

Pembicaraan ini sebenarnya bersifat non formal. Hanya dibatasi sofa empuk dan Earl Grey Scallops. Bukan soal formal atau non formalnya, melainkan makna dari sesuatu yang mereka bicarakan.

Alina menikmati Earl Grey Scallops-nya seraya mendengarkan cerita pasiennya. Sebenarnya, Alina tak terlalu suka menu ini. Anton yang suka Earl Grey. Lagi-lagi ia teringat Anton. Seharusnya ia bersama belahan jiwanya, bukan di sini. Ini pertemuan mereka di luar jadwal sesi terapi. Alina dan Rika-pasien pengidap Anxiety disorder itu-sengaja mengaturnya. Pemilihan tempat di L’Societe, cafe bernuansa fine and dining di Jalan Ir. H. Djuanda, membuat pertemuan ini lebih santai dan nyaman.

“Saya takut telah merusak karier Romi.” Rika menyebut nama suaminya, Romi.

“Kenapa kamu takut?” tanya Alina lembut.

“Karena saya sakit, Romi jarang ke kantor. Ia memilih menyerahkan semua pekerjaannya pada anak buahnya. Semua ini sudah lama terjadi. Saya takut pekerjaannya tak terurus gara-gara sibuk merawat saya.”

“Jangan khawatir. Romi tahu kapan ia harus merawatmu, kapan ia harus bekerja. Saya yakin, Romi orang yang bisa membagi waktu. Bukankah dia pengusaha? Tidak akan terjadi apa-apa...percayalah.”

Entah karena sikap lembut dan sabar Alina, atau karena sugesti dalam dirinya sendiri, Rika mulai tenang. Kecemasannya sedikit berkurang.

“Saya salah ya?” tanyanya, pesimistis.

“Tidak ada yang salah, Rika.” Alina tersenyum membesarkan hati.

Ketika mereka meninggalkan L’Societe setengah jam kemudian, perasaan Rika jauh lebih baik. Ia tak setegang dan secemas tadi. Alina mengawasi Honda Jazz hitam Rika melaju pergi sebelum ia masuk ke mobilnya sendiri. Hati Alina terus dibebani rasa bersalah. Ia telah meninggalkan Anton terlalu lama.

**   

Ibu adalah muara segala kelembutan. Alina berusaha mewujudkan prinsip itu. Ia ingin menjadi Bunda yang baik untuk Chelsea. Ia ingin membuat Chelsea nyaman dan terbuka padanya.

Seperti malam ini. Chelsea kembali menunjukkan keterbukaan padanya. Begitu Alina pulang, gadis cantik berlesung pipi itu memeluknya erat-erat. Terisak dalam dekapan Alina. Lirih berkata,

“Ayah melukai dirinya sendiri, Bunda. Chelsea nggak tega lihat Ayah kayak gitu.”

Dalam hati, Alina beristighfar. Terungkap sudah rahasia yang selama ini tertutup rapat. Wanita berdarah Sunda-Belanda itu didera kecemasan. Apakah penilaian Chelsea tentang ayahnya telah berubah? Bagaimana perasaan Chelsea setelah mengetahui kondisi kejiwaan Anton yang sebenarnya?

“Tapi Ayah tetap sempurna di mata Chelsea. Ayah Anton adalah ayah terbaik di dunia.” Seakan bisa membaca pikirannya, Chelsea meyakinkan Alina.

“Iya, Sayang. Ayah Anton adalah yang terbaik.” gumam Alina,lega dan bersyukur.

Dengan lembut, Alina menggendong Chelsea. Membaringkannya di ranjang. Menyelimutinya. Ia sendiri duduk di kaki ranjang.

“Kira-kira, Chelsea tahu nggak kenapa Ayah melukai diri sendiri?” tanya Alina. Membelai rambut panjang putrinya.

Sesaat Chelsea berpikir. Mencoba mengingat kronologi dan detail-detailnya. Alina menunggu dengan sabar. Masih mengelus rambut Chelsea.

“Mungkin karena foto, Bunda.” jawab Chelsea akhirnya.

“Foto apa, Sayang?”

“Foto yang dikirim Om-Om jelek muka boros ayahnya David.”

Ternyata Chelsea masih menyimpan kekesalan pada David. Dianggapnya David berani merebut perhatian Ayah-Bundanya. Kekesalan Chelsea menyebar pada Emilianus, mantan Frater Montfortan yang notabene ayah kandung David. Berkat bantuan Anton, kini Emilianus mendapat pekerjaan yang layak dan bersatu kembali dengan David.

“Namanya Om Emilianus, Sayang.” koreksi Alina lembut. Menggelitiki perut Chelsea. Alhasil gadis kecil itu tertawa kegelian.

Begitulah cara Alina menegur Chelsea. Tidak perlu dengan bentakan, hardikan, cubitan, atau omelan. Meski beberapa temannya mengatakan Alina terlalu lembut, toh efeknya berhasil juga. Chelsea selalu mendengarkan dirinya.

“Om Emilianus kirim foto apa ke Ayah?” Alina melanjutkan diskusinya yang tertunda.

“Foto keluarga, Bunda. Terus Chelsea baca caption-nya. Hmm...apa ya? Pokoknya, ada kata ‘anak kandung’. Gitu ceritanya, Bunda.”

Ruang pemahaman mulai terbuka. Alina mengerti situasinya. Anton sangat sensitif. Terlebih ia sakit parah. Frasa semacam itu akan menyakiti perasaannya. Kondisi yang mandul membuat Anton tidak bisa memiliki anak kandung. Sepanjang hidupnya, Alina takkan pernah melahirkan anak biologis dari Anton. Sebenarnya tak masalah bagi Alina. Namun akan menjadi masalah untuk Anton. Kondisi psikologis Anton dan Alina jauh berbeda.

“Chelsea, dengarkan Bunda. Sekarang Chelsea sudah tahu kondisi Ayah. Ayah lagi sakit, kita harus bantu Ayah biar cepat sembuh. Jangan biarin Ayah sendirian ya? Chelsea kasih perhatian lebih sama Ayah. Membaik atau memburuknya Ayah tergantung dari perhatian kita. Chelsea paham kan, Sayang?”

“Paham, Bunda.”

“Chelsea mau bantu Bunda?”

“Mau, Bunda.”

“Anak pintar...”

Sejurus kemudian Alina membungkuk, mencium kening Chelsea. Itulah yang biasa dilakukan Anton. Chelsea dapat merasakan wangi lipstick Alina yang menyerupai permen. Ia teringat sentuhan bibir Anton pada keningnya. Bila Ayahnya menebarkan campuran wangi susu atau Earl Grey, Bundanya menebarkan wangi permen dalam kecupannya.

Seperempat jam berikutnya, Chelsea tertidur. Alina masih di sana. Pikirannya terperangkap dilema. Manakah yang harus ia pilih? Resign dari pekerjaan sebagai psikolog dan fokus dengan keluarga kecilnya atau tetap menjadi wanita karier? Bukan soal materi yang dipusingkannya. Alina tak perlu memikirkan itu. Hidup bersama Anton membuatnya berlimpah secara finansial. Keluarganya pun masih cukup kaya. Ia memikirkan pasien-pasiennya. Masih banyak yang membutuhkan dirinya. Namun, Anton jauh lebih membutuhkan Alina.

Sebulir kristal bening bergulir ke pipi Alina. Ia sangat mencintai Anton dan Chelsea. Ia pun mencintai pekerjaannya. Menjadi psikolog dan hypnotherapyst adalah cita-citanya sejak lama. Haruskah ia mengubah jalan hidupnya? Seperti Anton yang mengubah hidupnya dari psikolog menjadi pebisnis? Ia harus bertanya pada Anton, mudahkah bertransformasi dari satu profesi ke profesi lainnya? Sulitkah beradaptasi?

**   

Narang gyeoronhae jullae ?

Narang pyeongsaengeul hamkke sallae ?

Uri duri alkongdalkong seoro saranghamyeo

Na dalmeun ai hana neo dalmeun ai hana nako

Cheonnyeonmannyeon apeuji malgo nan salgo sipeunde

Soljiki maraeseo naega neol deo joahae

Namjawa yeoja saien geuge jotago hadeonde

Naega deo saranghalge naega deo akkyeojulge

Lihat selengkapnya