Anton dan Alina

princess bermata biru
Chapter #29

Radio Adalah Cinta Ketigaku

Shalat mampu mendatangkan ketenangan jiwa. Alina percaya itu. Tiap kali ia merasakan kegelisahan dan kesepian, shalat adalah alternatif terbaik.

Seiring rakaat demi rakaat shalat Tahajud dan Witir yang dikerjakannya, hati Alina berangsur tenang. Beban kecemasannya berkurang. Ia yakin Anton akan baik-baik saja.

Baru saja ia menyelesaikan zikirnya, terdengar bunyi bel pintu. Konsentrasi Alina pecah. Jangan-jangan itu perampok, pikirnya. Tapi, mana mungkin perampok membunyikan bel? Lalu siapa?

Alina setengah bangkit. Benaknya disergap keraguan. Anton tak ada di rumah. Riskan baginya membukakan pintu dan mempersilakan tamu misterius itu masuk di malam selarut ini. Alina ingin memelihara diri dan kehormatannya selagi suami tercintanya tak ada.

Bel kembali berbunyi. Dua detik berpikir cepat, Alina mengambil keputusan. Ia menyimpan sajadah dan mukenanya. Lalu beranjak membuka pintu depan.

“Surprise!”

Sebuah suara barithon berseru antusias. Disusul wangi bunga lily. Sepasang mata biru kobalt milik Alina melebar. Di depan pintu, berdirilah Anton. Tampak sehat dan segar. Tak tampak tanda-tanda keletihan atau kesakitan. Chelsea di samping kanannya. Tersenyum ceria.

“Anton? Chelsea? Kalian pulang lebih cepat?” tanya Alina terkejut.

“Iya. Kejutan untukmu,” jawab Anton seraya menyerahkan sebuket bunga lily.

Dialiri kebahagiaan, Alina menerimanya. Dipeluknya Anton erat. Dihirupnya wangi Calvin Klein bercampur Earl Grey itu lama-lama. Sungguh ia merindukan pria itu.

“Aku kira kamu kenapa-napa...tadi pigura fotomu pecah.”

Anton tertawa mendengarnya. “Kamu terlalu percaya ilmu firasat, Sayang.”

Sejurus kemudian, Alina mendekap Chelsea. Menciumi pipi putri tunggalnya.

“Bunda kangen kamu, Sayang. Gimana jalan-jalannya di Malang? Asyik?”

“Asyik banget, Bunda.”

Chelsea yang aktif dan banyak bicara itu mulai bercerita. Mendeskripsikan tempat-tempat yang ia kunjungi. Alina mendengarkan dengan sabar. Sesekali tersenyum penuh arti pada Anton.

“Sayang, bisa-bisa bakatmu sebagai penyiar radio menurun pada anak kita.” komentar Alina.

“Wow, mengapa tidak? Aku senang sekali punya penerus.” sambut Anton senang. Pria yang lahir di tanggal 29 Maret itu mendukung seratus persen bila Chelsea kelak menjadi penyiar radio.

**     

Malam beranjak pagi. Aktivitas di rumah besar itu dimulai. Anton memutuskan tidak ke kantor hari itu. Di samping untuk memulihkan fisiknya pasca bepergian dan beraktivitas, Anton ingin melewatkan banyak waktu bersama keluarga kecilnya. Alina telah resmi mengundurkan diri dari Biro Psikologi. Alhasil, waktunya bebas.

“Taraaaa...creamy cheesecake toped with strawberry ala chef Alina!” Alina berseru riang. Meletakkan cheesecake bertabur krim dan strawberry buatannya di meja.

“Eits, buatan chef Anton juga. Kan tadi aku bantu kamu, Sayang.” Anton menimpali.

“Oh iya...”

“Kayaknya enak ya? Chelsea mau coba.” pinta Chelsea.

“Sini Sayang, Ayah suapin.”

Anton memotong cake. Menyuapkannya pada Chelsea. Pria berdarah campuran Jawa, Jerman, dan Skotlandia itu mengamati ekspresi wajah putrinya saat memakan potongan kue pertama.

“Enak banget. Ayah sama Bunda hebat. Chelsea mau pintar masak kayak Ayah dan Bunda.”

Selesai menyantap cheesecake, mereka kedatangan tamu. Tak lain Chika. Sekretaris Anton yang cantik itu tersenyum saja memperhatikan kebersamaan mereka.

“Chika, kamu ingat aturan mainnya hari ini?” Anton mengingatkan, tersenyum menggoda sekretarisnya.

“Ingat An, ingat. Tidak membicarakan urusan kantor. Aku ke sini untuk membicarakan sesuatu denganmu. Ini permintaan Aga, tunanganku.”

“Aga minta apa? Jangan bilang dia minta pernikahan kalian dimajukan.”

Rupanya Anton masih saja berniat bercanda. Chika tertawa dan memukul lengannya gemas.

“Bukan itu! Kamu tahu kan? Aga sekarang jadi Direktur Utama di Surya Mediatama Televisi.”

“Terus?”

“Bulan Ramadhan ini, Surya Mediatama Televisi akan membuat program talk show Islami bertajuk Dialog Islam Mediatama. Aga ingin kamu jadi host-nya.”

Menjadi presenter televisi? Anton mengerutkan dahi, menimbang-nimbang sejenak tawaran itu. Dua detik kemudian, Chika mengulurkan surat resmi berlogo Surya Mediatama Televisi.

Lihat selengkapnya