Anton dan Alina

princess bermata biru
Chapter #39

Janji Kebaikan Itu Nyata

Memiliki anak yang lucu dan pintar adalah dambaan semua orang. Tak terkecuali bagi Alina. Ia senang memperhatikan dan mengikuti perkembangan Chelsea dari waktu ke waktu. Putri tunggalnya itu tumbuh semakin cantik dan menawan.

Sebagai mantan model, Alina paham betul soal fashion. Wanita keturunan Sunda-Belanda itu sering membantu Chelsea mix and match pakaiannya. Memilihkan aksesoris dan mendandani putrinya adalah hal rutin yang dilakukan Alina.

Seperti sore ini. Setengah jam ia habiskan di kamar Chelsea. Memakaikannya gaun putih yang cantik. Memasang gelang di tangan Chelsea. Menata rambut gadis kecil itu.

“Bunda, kenapa pakai baju yang ini?” tanya Chelsea. Mematut bayangannya di cermin.

“Bajunya cantik, Sayang. Chelsea nggak suka ya?” jelas Alina.

“Suka kok, Bunda. Tapi Chelsea sengaja nggak mau pakai baju ini sampai Lebaran nanti. Chelsea mau pakai buat Lebaran.” ucap Chelsea polos.

Alina tersenyum. “Kan nanti kita beli baju lagi, Sayang.”

“Oh ya? Jadi, pas Lebaran Chelsea punya baju lagi?”

“Iya...”

Ucapan Alina tak sekedar janji kosong. Ia dan Anton lebih dari mampu membelikan baju untuk Chelsea setiap bulan. Terlebih Anton dan Alina tipe orang yang modis. Pakaian yang mereka kenakan tak pernah ketinggalan mode. Begitu pula pakaian yang mereka belikan untuk Chelsea.

“Kenapa Ayah belum datang ya, Bunda?” Chelsea melirik resah jam dinding.

“Sebentar lagi, Sayang. Mungkin Ayah kena macet atau apa.” lata Alina menenangkan.

Rencananya, hari ini mereka akan buka puasa di luar. Salah satu aktivitas yang disukai Anton, Alina, dan Chelsea. Selama bulan Ramadhan tahun ini, sudah tiga kali mereka berbuka puasa di luar.

“Semoga Ayah nggak kenapa-napa.” gumam Chelsea perlahan.

Dimanakah ayah Chelsea sekarang ini?

**      

Rupanya Anton masih di kantor. Seorang karyawan menghadap padanya, meminta bantuan.

“Pinjam uang? Buat apa, Ilyas?” tanya Anton, tetap ramah.

Sebagai eksekutif muda yang baik dan rendah hati, Anton dekat dengan semua karyawannya. Para karyawan mengenal Anton sebagai pemimpin yang sabar, toleran, dan pengertian. Ia ringan tangan. Selalu siap menolong setiap karyawan yang membutuhkan bantuan.

“Buat beli seragam dan buku-buku, Pak. Bulan ini anak saya masuk SMP.” jawab Ilyas pelan.

“Iya, saya paham. Kamu butuh berapa?” Anton bertanya lagi.

“Lima ratus ribu, Pak.”

Sejurus kemudian Anton membuka laci meja kerjanya. Mengeluarkan sejumlah uang, lalu memasukkannya ke dalam amplop. Diulurkannya amplop tebal itu ke tangan Ilyas. Dengan tangan gemetar, Ilyas menerimanya. Terbelalak saat menyadari jumlahnya. Lebih dari lima ratus ribu. Anton memberinya uang satu juta.

“Ini banyak sekali, Pak...” tukas Ilyas tak enak hati.

“Saya sengaja memberi lebih. Selain beli seragam dan buku, kamu dan keluargamu pasti punya banyak kebutuhan lain.”

“Tapi...gimana cara saya kembaliinnya, Pak?”

“Kamu nggak perlu kembalikan. Saya bukan kasih pinjaman buat kamu.”

“Saya jadi nggak enak sama Bapak. Potong gaji saya ya, Pak? Atau...saya nggak usah dapat THR.”

Anton tersenyum kecil menanggapi kegugupan karyawannya. “Nggak usah. Kamu akan terima gaji penuh dan dapat THR. Salam buat anak kamu.”

Begitulah Anton. Dermawan dan murah hati. Jika ada yang meminta tolong padanya, ia tak tanggung-tanggung membantu orang itu. Ia akan memberi lebih. Ia lakukan itu tanpa pamrih. Anton tak hanya tampan, cerdas, dan kharismatik. Melainkan juga penolong. Wajar bila banyak CEO dari perusahaan lain mengaguminya. Arif Anton dikenal karena kesuksesannya mengelola bisnis, ketenarannya sebagai broadcaster, dan jiwa sosialnya yang tinggi. Contoh public figure yang baik.

Selesai dengan urusan Ilyas, Anton meninggalkan kantor. Saatnya meluangkan waktu dan perhatian untuk keluarga kecilnya. Di rumah, istri dan buah hatinya telah menunggu.

**     

An empty street

And empty house

A hole inside my heart

I'm all alone The rooms are getting smaller

I wonder how I wonder why

I wonder where they are

The days we had

The song we sang together

And all my love

I'm holding on forever

Reaching for the love that seem so far...

So I say a little prayer

And hope my dream will take me there

Lihat selengkapnya