Anton dan Alina

princess bermata biru
Chapter #44

Malam Ke27, Kubuka Rahasiaku

Hari-hari menjelang libur Lebaran identik dengan turunnya semangat kerja. Konsentrasi para pegawai kantor mendadak buyar. Pikiran mereka disibukkan oleh persiapan menyambut Idul Fitri.

Pegawai kantor boleh saja kehilangan semangat bekerja sebelum libur Lebaran. Namun hal itu tidak berlaku di Greimas Gutte Corp, perusahaan yang dipimpin Anton. Semua pegawai di sana terinspirasi oleh semangat dan support atasan mereka. Anton bukan sekedar atasan, melainkan idola, role model, dan tokoh panutan bagi para bawahannya. Semua orang senang bekerja dengannya. Atmosfer kerja di PT. Anandya Mitra Sejati kondusif dan menyenangkan. Membuat para karyawan selalu betah dan antusias bekerja dalam berbagai situasi.

Seperti pagi ini. Tepat hari ke-26 Ramadhan. Para pegawai tak kehilangan antusiasmenya dalam bekerja. Anton tiba di kantor satu jam lebih awal. Ia senang melihat kinerja staf-stafnya.

“Selamat pagi, Pak.” sapa sejumlah pegawai saat berpapasan dengannya di koridor dan di lift.

“Selamat pagi,” Anton balas menyapa. Tersenyum ramah pada mereka. Mengobrol sejenak, menanyakan kabar dan kelancaran puasa mereka sejauh ini.

Anton hafal nama semua karyawannya. Tak hanya nama, ia pun hafal wajah dan posisi mereka. Begitu pun dengan karyawannya yang bekerja di cabang-cabang perusahaannya. Nama, divisi, jabbatan, dan wajah mereka tersimpan dalam ingatan.

“Bapak sehat?” tanya Ilyas, karyawan divisi produksi yang beberapa hari lalu meminjam uang padanya.

“Alhamdulillah saya sehat. Gimana anak kamu? Lancar daftar sekolahnya?” Anton balik bertanya.

“Lancar, Pak.”

Ting

Pintu lift terbuka. Anton melangkah keluar. Menyusuri koridor menuju ruang kerjanya. Di depan ruang kerjanya, ia bertemu Chika.

“Hai, An. Datang pagi-pagi, nih?” Chika menyapa seraya tersenyum.

“Iya, Chika. Ini kan hari terakhir kita masuk kerja. Aku akan membereskan beberapa pekerjaan secepatnya.”

“Kamu atasan yang baik ya? Menambah jatah libur Lebaran untuk karyawan. Meliburkan karyawan lebih awal. Kamu tidak takut rugi dengan kebijakanmu?”

Anton membuka pintu ruang kerjanya. Mengisyaratkan Chika ikut masuk, lalu menjawab pertanyaannya. “Tidak. Aku hanya ingin memudahkan karyawanku. Banyak dari mereka yang ingin mudik dan melewatkan lebih banyak waktu bersama keluarga. Lebaran hanya setahun sekali. Apa salahnya memberi kelonggaran?”

“Keputusanmu kontroversial lho, An. Kamu dikritik habis-habisan sama presdir perusahaan lain. Menurut mereka, kamu sok baik dan melanggar peraturan Presiden soal cuti bersama.”

“Aku tidak peduli dengan kritik itu. Ini keputusanku, ini perusahaanku. Kuputuskan hal itu demi kebaikan para karyawan. Selama aku melakukan hal yang baik, kenapa harus takut?”

Mau tak mau Chika tersenyum. Ia kagum dengan keberanian Anton. Di balik pembawaan lembut dan simpatiknya, tersimpan keberanian besar. Ia tidak pernah takut selama ia melakukan hal yang baik.

**     

“Bunda, Chelsea boleh tidur sebentar?” gumam Chelsea dengan mata setengah terpejam.

“Boleh, Sayang. Masih ngantuk ya? Ayo Bunda antar ke kamar.”

Dengan lembut, Alina menggandeng tangan Chelsea. Mengantarnya ke kamar tidur. Berbaring di samping Chelsea. Mengusap-usap lembut kepala putrinya.

“Bunda, Lebaran nanti kita ketemu Gilbert kan?” tanya Chelsea beberapa menit setelah merebahkan tubuh di ranjang.

“Nggak usah tunggu Lebaran juga, Chelsea bisa ketemu Gilbert kok.” jawab Alina.

“Beneran?”

“Iya, Sayang.”

“Asyiiik!”

Chelsea senang bermain dengan Gilbert, sepupu barunya. Gilbert anak angkat Pierre dan Muti. Pertama kali mereka bertemu di awal Ramadhan. Ketika itu, Pierre dan Muti mengadakan acara buka puasa bersama di kediaman mereka.

Seperempat jam berlalu. Chelsea tertidur. Alina membelai rambut Chelsea sekali lagi, lalu beranjak bangun. Sepelan mungkin ia turun dari ranjang. Dikecupnya kening putri tunggalnya.

“Love you, Chelsea Sabarina.”

Alina melanjutkan aktivitasnya yang tertunda: menyiram bunga dan membaca majalah fashion. Rumah sebesar ini terasa sepi. Anton berangkat ke kantor lebih pagi, dan kini Chelsea tertidur. Ia berharap segera melewatkan waktu lagi bersama dua orang yang paling dicintainya.

**    

Eksekutif muda yang perfeksionis. Begitulah Anton. Ia selalu ingin segala yang dilakukannya sempurna. Semua targetnya mesti terpenuhi. Sifat perfeksionis membuat Anton terbiasa mengerjakan sesuatu sesempurna mungkin dan sesuai target.

Siang ini pun targetnya terkejar. Pekerjaannya selesai dengan cepat. Ia bisa lebih santai sebelum Lebaran tiba.

Di luar kebiasaannya, Anton meninggalkan kantor lebih cepat. Ia mengendarai mobilnya ke Kodiklat TNI AD di Jalan Aceh. Destinasinya adalah Masjid Junudurrahman di kompleks militer itu.

Anton tiba di masjid sepuluh menit sebelum Zuhur. Ia mengambil wudhu lalu bergabung dengan jamaah lainnya. Dibandingkan Masjid Al Irsyad Kota Baru Parahyangan, Masjid Agung Bandung, Masjid Salman ITB, atau Masjid Agung Trans Studio, gaya arsitektur Masjid Junudurrahman tergolong biasa saja. Keistimewaan masjid ini terletak pada jamaahnya. Para pemuda dan pria yang beribadah di sana berwajah tampan. Masjid ini lebih populer dengan sebutan Masjid Ganteng. Sebutan Masjid Gaul dilekatkan pula. Sebab sering diadakan majelis taklim yang melibatkan anak-anak muda.

Masjid Junudurrahman cocok untuk Anton. Siapa pun yang memandangnya setuju jika Anton adalah pria berparas tampan. Bergabung dengan jamaah lainnya membuat aura Masjid Ganteng makin terasa. Satu lagi jamaah “ganteng” datang. Bahkan, Antonlah jamaah yang paling tampan.

Shalat Zuhur berjamaah dimulai. Baru beberapa menit, Anton sudah merasa nyaman. Ia memantapkan hati. Inilah masjid pilihannya untuk i’tikaf nanti malam.

I’tikaf bukan sekedar i’tikaf. Masih ada rencana lain di benak Anton. Ia akan menciptakan momen yang sempurna untuk mengungkapkan rahasia penyakitnya pada Alina. Anton tidak pernah menunggu momen yang sempurna, melainkan berbuat sesuatu untuk menciptakan momen sempurna itu. Rencananya ia akan memberi tahu Alina di malam ke-27 Ramadhan, malam ganjil yang sering digunakan beri’tikaf lebih intens untuk mendapatkan Lailatul Qadar.

Cukup lama Anton memilih-milih masjid untuk beri’tikaf. Sempat terpikir olehnya untuk membawa istrinya umrah dan beri’tikaf di Masjid Nabawi, Madinah demi menciptakan momen sempurna. Seperti Ramadhan tiga tahun lalu, saat mereka umrah dan beri’tikaf di sana. Namun hal itu riskan dilakukan, karena sudah tak mungkin lagi mengatur perjalanan umrah di akhir Ramadhan begini. Membawa Alina ke Jerman dan beri’tikaf di Masjid Umar bin Khattab di Berlin juga tak memungkinkan. Perjalanan dan persiapannya memakan waktu lama, sementara sisa waktu yang dimilikinya terbatas.

Ia pun sempat berpikir akan beri’tikaf di Masjid Jami’ Al Umm di Joyoagung, Malang, kota kelahirannya. Momen sempurna untuk membuka rahasia dapat tercipta di sana. Sayangnya, Anton tak mendapatkan tiket pesawat ke Malang yang memungkinkannya tiba di Malang pada malam ke-27 Ramadhan.

Alhasil Anton tinggal punya satu opsi: beri’tikaf di masjid seputaran Bandung. Mulai dipilihnya masjid yang tepat. Pria berdarah Jawa-Jerman-Skotlandia itu ingin mencari suasana baru. Sudah sering ia beri’tikaf di Masjid Agung Bandung, Masjid Salman ITB, dan Masjid Al Irsyad Kota Baru Parahyangan. Lama memilih, akhirnya Anton menjatuhkan pilihan pada Masjid Ganteng.

Usai shalat Zuhur, Anton keluar dari masjid. Ingin rasanya cepat-cepat pulang ke rumah dan memulai rencana. Ujung jari Anton tinggal beberapa senti dari pintu mobil saat handphone-nya berdering. Naufal Judawisastra calling, nama yang tertera di layar handphone pintarnya.

“Anton, malam ini kamu jadi imam ya?”

Begitu telepon diangkat, Naufal to the point mengungkapkan maksudnya. Anton kaget mendengarnya. Apa dokter pribadi sekaligus sahabatnya itu bercanda? Belakangan ini, Naufal baru saja menyelesaikan pembangunan masjid yang dibiayainya sendiri. Keinginan mulia itu akhirnya terwujud. Masjid yang dibangunnya berdiri megah. Lengkap dengan karpet empuk, AC, toilet berisi shower, dan fasilitas mewah lainnya. Naufal menekankan konsep masjid eksekutif. Masjid berfasilitas lengkap yang membuat umat Muslim bisa beribadah dengan nyaman. Jenis masjid eksekutif sudah banyak bermunculan di berbagai tempat.

Lihat selengkapnya