Anton dan Alina

princess bermata biru
Chapter #7

Memories: Diriku Tak Lelah Mencintaimu

I was a foolish little child

Crazy things I used to do

And all the pain I put you through

Mama now I'm here for you

For all the times I made you cry

The days I told you lies

Now it's time for you to rise

For all the things you sacrificed

Oh, if I could turn back time rewind

If I could make it undone

I swear that I would

I would make it up to you

Mum I'm all grown up now

It's a brand new day

I'd like to put a smile on your face every day

Mum I’m all grown up now

And it's not too late

I'd like to put a smile on your face every day

You know you are

The number one for me

You know you are the number one for me

You know you are

The number one for me

The number one for me (Maher Zain-Number One for Me).

**    

Sibuk berkarier sebagai analis kesehatan? Bukan berarti Nyonya Anggun melupakan perannya sebagai seorang ibu. Anak tetaplah prioritas utama. Anton adalah segalanya bagi Nyonya Anggun.

Nama bukan hanya bentuk doa yang diselipkan orang tua pada anak. Nama pun dapat mencerminkan sifat seseorang. Nyonya Anggun memiliki pembawaan dan sifat yang sesuai dengan namanya. Dari Nyonya Anggunlah Anton mewarisi kelembutan hati, wibawa, sikap kharismatik, dan darah bangsawan. Tak heran jika Anton sangat dekat dengan Bundanya.

Kedekatan mereka benar-benar terasa hari ini. Anton dan Nyonya Anggun sengaja pergi berdua. Tanpa mengajak Tuan Adolf. Mulanya Anton menemani Nyonya Anggun membuka rekening investasi. Terbawa suasana, keduanya memutuskan makan siang di restoran favorit mereka. Makan di luar cukup sering dilakukan Anton dan Nyonya Anggun. Tapi biasanya mereka mengajak Tuan Adolf.

“Kamu kira, waktu kecil kamu tidak pernah nakal? Tentu saja pernah, Sayang.” kata Nyonya Anggun, tertawa mendengar pertanyaan anak tunggalnya.

“Oh ya? Aku kan jadi good boy seperti permintaan Bunda dan Ayah waktu itu.” bantah Anton tak percaya.

Nyonya Anggun menggeser piring berisi chicken wings miliknya. Kini tinggal tersisa setengah.

“Dulu, kamu punya kebiasaan jelek yang membuat Bunda kesal. Kamu tidak pernah menghabiskan makananmu. Selalu saja ada sisa. Pernah kamu membuang-buang makanan sampai sebanyak ini.” tunjuk Nyonya Anggun ke piringnya.

Mendengar itu, Anton membelalakkan mata. “Benarkah waktu kecil aku seperti itu?”

“Kalau tidak percaya, tanya saja asisten-asisten rumah tangga di rumah kita. Mereka saksi mata atas ulahmu.”

Pemuda tampan berdarah campuran Jawa-Jerman-Skotlandia itu masih saja tak percaya. Ia juga salah tingkah sebab Bundanya sendiri membongkar kenakalan kecilnya. Benarkah dulu ia senakal itu?

“Oh ya, kamu juga pernah berkonspirasi dengan Muti. Saat berumur enam tahun, kamu susah sekali untuk makan. Maunya hanya makan makanan favoritmu. Ketika Bunda menyuruhmu makan siang sementara ada tamu di rumah, kamu memberikan porsi makananmu pada Muti. Dia anak perempuan, dia pasti lebih penurut. Porsi makananmu dihabiskan olehnya. Kamu kira Bunda tidak memperhatikan? Bunda mengawasimu, Sayang. Bunda sengaja tidak bertanya setelahnya. Bunda biarkan saja seolah tidak terjadi apa-apa.”

Kali ini Anton tertawa bersama Bundanya. Tak sadar dirinya pernah melakukan kenakalan sebegitu parah. Bagaimana kalau pendengar Radio Carissa sampai tahu? Mereka pasti kaget mendapati penyiar radio setampan Arif Anton ternyata punya bakat nakal di masa kecilnya.

“Maaf Bunda, ternyata kenakalanku membuat Bunda kesal. Tenang saja, Bunda. Sekarang aku sudah dewasa. Aku akan mengganti kekesalan Bunda dengan senyuman setiap harinya.” janji Anton.

Lihat selengkapnya