Subhanallah! Aku memijit pangkal hidung yang terasa nyut-nyutan sejak semalam. Entah mengapa sejak kejadian cewek yang pulang dalam keadaan mabuk, membuatku tidak bisa tidur. Parahnya, jadi kepikiran mengenai pribadi penghuni kos lainnya jika salah seorang saja bisa mabuk berat seperti itu. Ditambah lagi dengan segerombolan anak motor yang mengiringi kepulangannya. Baru hari pertama saja, rasanya tak nyaman tinggal di rumah kos yang sebenarnya sangat mewah itu. Tetapi, aku terlanjur jatuh cinta pada kamarnya.
Pagi tadi aku berangkat ke kampus dengan taksi online. Saat menunggu di depan indekos, satpam yang sudah berganti dari semalam menghampiriku. Jika pagi dan siang hari, satpam yang berjaga hanya seorang. Maka, malam harinya ada dua orang─mungkin agar bisa bergantian tidur. Satpam yang memperkenalkan diri bernama Joko itu memerhatikanku dari atas hingga bawah. Membuat risih saja. Akhirnya, aku menegurnya dengan halus.
"Maaf, Mang. Kenapa, ya ngeliatin saya sampe segitunya?" tanyaku hati-hati, takut menyinggung perasaannya. Tapi bukannya tersinggung, dia justru membalas dengan cengiran lebarnya hingga menampakkan gigi-gigi yang besar dan tidak beraturan. Semoga saja dia sempat sikat gigi sebelum ke sini.
"Maaf, Non. Saya gak sopan ya?" Aku hanya tersenyum mendengar pertanyaannya barusan. "Saya heran saja, di kos sini ada yang penampilannya kayak Non gini. Anak, ya, Non?"
"Iya, Mang. Saya baru semalem tinggal di sini."
"Oh, pantes. Saya baru liat Non. Non beda sama penghuni kos yang lain. Non kelihatan anak baik-baik, penampilannya juga sopan banget. Kalo anak-anak di sini mah boro-boro nutup badan kayak Non gini. Yang ada mereka ngumbar badan kemana-mana, Non."
Astagfirullahalazim! Aku mengelus dada tanpa kentara setelah mendengar penuturan dari Mang Joko. Jadi, benar penilaianku tentang penghuni indekos yang tinggal di sini.
"Tapi, Non tenang aja. Anak-anak di sini baik-baik kok. Apalagi yang namanya Non Sherly. Dia itu baik banget, Non. Nanti deh, kalo Non ketemu sama dia pasti langsung cocok buat jadi teman. Eh, itu taksinya udah dateng, Non. Ati-ati di jalan ya, Non." Kemudian Mang Joko beralih pada supir taksi yang akan membawaku ke kampus. "Pak, ati-ati bawa mobilnya. Jangan ngebut. Jagain Non saya ini."
Aku mengangguk sebagai tanda pamit pada Mang Joko yang terus menebar senyum lebarnya padaku. Selama perjalanan ke kampus tidak ada obrolan yang tercipta─biasanya aku selalu membuka obrolan dengan supir taksi agar suasana tidak sunyi─pikiranku tertuju pada perkataan terakhir dari Mang Joko mengenai Sherly. Cewek yang mabuk semalam.
Aku jadi penasaran, seperti apa sosok Sherly itu sebenarnya? Sampai-sampai satpam indekos kami sangat menghormatinya. Atau mungkin, dia sering memberikan uang pada satpam yang berjaga agar bisa pulang larut malam. Ya ampun, Aisyah. Apa sih yang kamu pikirkan? Kenapa bisa berpikiran negatif begini pada orang lain? Aku menggeleng untuk mengeyahkan pikiran buruk mengenai cewek yang bernama Sherly itu.
Setelah membayar taksi, aku memasuki kampus yang langsung disambut dengan pelataran luas yang di tengahnya terdapat kolam air mancur dan di sekelilingnya terdapat gazebo yang biasa digunakan sebagai tempat nongkrong mahasiswa. Aku kuliah di salah satu kampus elite yang berada di Jakarta Selatan. Universitas Mandala Putra. Atau yang biasa disingkat MANTRA.
Seperti namanya, bagai mantra yang mampu menghipnotis seseorang. Aku juga terhipnotis untuk memilih kampus ini sebagai tempat menimba ilmu selama empat tahun. Entah apa yang membuatku tertarik dengan kampus ini. Tapi yang jelas, saat pertama kali melihat brosurnya, aku langsung jatuh cinta pada kampus ini. Kampus yang memiliki satu jurusan langka. Jurusan Antropologi.
Aku sangat senang mengamati. Terutama mengamati perilaku seseorang. Mungkin banyak yang mengira aku sebagai stalker. Karena sering sekali mengamati orang secara diam-diam, bahkan tanpa sadar sampai mengikuti mereka.
Pandanganku bertabrakan dengan seorang cewek cantik yang tersenyum manis padaku dan tentu saja aku balas dengan senyum yang tak kalah manisnya. Cewek yang menjadi perbincangan hangat di kampus selama satu tahun terakhir ini. Dari berita yang kudengar─bukan berarti bahwa aku suka bergosip, ya─cewek itu sudah menolak setiap cowok yang menyatakan cinta padanya. Dari yang aku amati, alasan dia menolak semua cowok itu adalah cowok yang berada di sampingnya saat ini. Cowok tampan yang juga merupakan winger back andalan tim sepak bola kampus. Ngomong-ngomong, cewek itu masih dua tahun di bawahku sedangkan yang cowok seangkatan denganku. Hanya saja kami berbeda jurusan. Mereka terlihat serasi bersama. Yah, walaupun aku tidak setuju dengan hubungan pacaran sebelum menikah. Bagaimanapun juga mereka bukan mahram. Tapi, setidaknya mereka tidak melakukan hal-hal yang dilarang agama sejauh pengamatanku. Tidak seperti penghuni indekos yang kutempati.
Mengingat penghuni indekos, sepertinya aku melihat Sherly tadi. Aku berjalan ke arah terakhir kali cewek itu terlihat. Dia pergi ke gedung Fakultas Hukum.
**