Cowo bermata sipit itu menatap ke arah laptopnya. Padahal waktu sudah menunjukan jam sembilan malam. Hhhmm, sudah masuk jam tidur malam. Tapi, kini ia masih asyik berbicara via online dengan cewe pemilik senyum manis di hadapannya.
"Sekolah kamu gimana? Keren gak disana?" Tanyanya.
Cewe itu menganguk, lalu menggeleng. "Sekolahnya sih keren, tapi gak lengkap kalau gak ada kamu," katanya.
Cowo itu mendesah, "LDR itu emang susah, makanya waktu itu aku gak setuju,"
Cewe itu cemberut, "Terus kamu mau lihat aku sama cowo lain. Emangnya bisa?" Tanyanya.
"Kayaknya sulit deh," akunya.
"Lagian cuman Solo ke Jakarta aja kamu bilang jauh. Gimana kalau aku ke luar negeri sih?" Tanya Si Cewe.
Cowo itu menganguk, "Ya udah deh, kita gak perlu bahas itu lagi. Kamu tidur gih, ini udah malam loh, takutnya kamu kesiangan,"
Cewe itu menganguk. Dan tak lama layar laptopnya menghitam. Ia mendesah, ini sudah sekian kalinya ia menjalin hubungan jarak jauh. Ia mengambil sebuah pigura foto di atas meja, lalu ia tersenyum. Itu foto dirinya bersama Anya, cewe yang sudah lama menjadi pacarnya. Sekitar tiga tahun mereka menjalin hubungan, tapi baru beberapa bulan belakangan ini mereka harus menjalani hubungan jarak jauh.
Diusapnya foto itu sambil tersenyum. Selama ini, Anya selalu menemaninya, bahkan mereka hampir tidak pernah berpisah. Makanya, ketika dirinya diminta untuk ikut Maminya kembali ke Jakarta, ia langsung memutuskan hubungan dengan Anya. Namun, cewe itu menghubunginya kembali ketika ia merasa rindu dan memintanya untuk saling berpegangan tangan menjalankan misi ini.
"Rez, kamu belum tidur?" Tanya Maminya.
"Belum ngantuk, Mi," jawabnya dari kamar.
Mami menghampirinya ke kamar, "Jangan bilang kalau kamu habis skype sama Anya ya? Mami dan udah bilang stop berhubungan sama dia,"
Anrez mendesah, "Mami kenapa sih selalu larang aku pacaran sama Anya? Ini udah tiga tahun lebih loh, ada apa dengan Mami?" Tanyanya.