Anya membawa minuman ke kebun belakang rumah. Dari jauh ia sudah bisa melihat Anrez yang tampak sibuk dengan cangkulnya, sesekali cowo itu tertawa ke arah Bapaknya yang melalukan hal yang sama. Diam-diam bibirnya membentuk senyuman tipis.
Sejujurnya, ia tidak ingin terlalu keras. Namun, karena sudah pernah merasakan hidup mewah, Anya yakin ini bukan keputusan yang baik untuk Anrez. Cewe itu pernah merasakan posisi cowo itu--dulu sekali, tapi karena nasib membuatnya harus rela bersabar untuk hidup bercekupan. Dunia itu memang kejam dan Anya menyadari itu dengan sangat baik.
"Udah Nak Anrez, biar Bapak aja yang lanjut," terdengar suara Bapaknya yang memperingati cowo itu untuk tidak melakukan apapun.
Cowo itu menggeleng, "Gak papa, Pak. Entah gimana, saya merasa seneng kalau ngerjain ini itu.
Anya kembali tersenyum melihat interaksi Anrez dan Bapaknya. Sejak awal bertemu, cewe itu sudah tahu kalau ada yang tidak beres dari dalam diri cowo itu, tapi kesan itu seketika menghilang oleh sifat cowo itu yang sombong.
"Nya, ngapain disitu? Sini, Bapak udah haus banget nih, nak Anrez juga kelihatan capek baget. Minum dulu yuk, nanti lanjut lagi!" ajak Pak Angga pada Anrez.
Cowo itu menganguk patuh, ia lantas mengambil secangkir teh yang terletak di atas nampan. Anya, cewe itu masih saja disana dengan tampang tidak sukanya. Bapak yang menyeruput kopi panasnya langsung kembali bekerja setelah meletakan cangkir di atas nampan kembali.
"Tehnya enak, Nya," ujar Anrez.
"Iya, buatan emak gue!" ketusnya.
Anrez tersenyum sambil memandang punggung Anya yang menghilang di pintu belakang. Ia lantas kembali meraih cangkul dan mulai mencangkul lagi. Tak ia hiraukan peluh yang menetes di dahinya, ia hanya senang melakukan itu semua.
"Anya itu anak pinter ya Pak, di sekolah banyak banget yang nge-fans," kikiknya geli.
Pak Angga meraih batang singkong yang sudah ia potong sesuai ukuran. Lalu, ia lantas menancapkan batang itu di tanah yang sudah digempurnya tadi. Mendengar ucapan Anrez, ia tersenyum.
"Anya akan selalu menjadi anak kebanggaan Bapak. Dia akan jadi putri terbaik di mata Bapak apapun yang terjadi," katanya.
"Anrez sampai bingung bagaimana bisa ada cewe sesempurna Anya? Dia pintar, baik, bahagia, dan juga cantik," puji cowo itu sambil membayangkan wajah ayu Anya.
Pak Angga tertawa, "Nak Anrez ini bisa saja. Anya gak sempurna kok, ada kekurangannya kok... ya judes, Hahahah,
"Dia emang kelihatan judes banget sih, Pak," komentar Anrez ikut tertawa.