Sudah tahu seberapa cukupnya Anya? Sampai kamus pun tidak ia miliki. Jadi, kalau dia ingin menerjemahkan vocabullary dari buku yang di bacanya ya dia pinjam kamus sama teman. Miris kan? Itulah Anya.
Untungnya, hanya beberapa kata saja yang membutuhkan kamus, karena sisanya ia sudah ingat di luar kepala. Tuhan itu begitu menyayanginya. Karena itu ia diberikan kelebihan otak yang lancar jaya.
“Nya, kamu udah ngumpulin vocabullary buat teks kemarin?” tanya Nunu yang sudah duduk di sampingnya sambil membawa jajanan.
Anya menganguk, “Udah. Paling juga nanti disuruh ngumpulin vocabullary untuk teks baru. Soalnya kan itu emang tugas kita, katanya sih biar banyak kosa katanya.”
Anrez melirik Anya yang tampak menuliskan beberapa kata di bukunya. Cewe itu terlihat sangat serius, matanya berulang kali menatap ke buku dan kamus berulang kali.
Anrez mendekat, duduk tepat di hadapan cewe itu setelah mengusir beberapa anak cewe yang ada disana. Mengamati sekilas gerak-gerik Anya dari dekat, tanpa cewe itu tahu sama sekali.
“Sini gue bantuin. Elu kasih tahu katanya apa, nanti gue kasih tahu artinya apa,” kata Anrez membuat Anya meliriknya sebentar.
“Makasih, tapi gue mau cari di kamus. Semakin banyak gue nyari vocabullary, maka semakin banyak pula kata yang gue kuasai. Itu teorinya, lagian gue juga gak mau tergantung sama elo,”
Anrez tertawa, “Ya elah, Nya! Kayak sama siapa aja sih, tergantung sama gue juga gapapa lah.”
Anya menggeleng, “Gue harus batasin diri, supaya gak terlanjur. Karena udah jelas, suatu saat nanti, elu bakalan ninggalin gue.”
Anrez tersenyum sampai menampilkan matanya yang menipis. “Nya, gimana ceritanya gue ninggalin elu sih? Percaya sama gue, kita gak akan pernah pisah!”
“Nya, aku minjem kamus dong. Kamusku gak lengkap nih,” kata Rona yang datang ke meja Anya.
Anrez menyerahkan kamus berukuran tebal ke arah Rona. Anya yang melihat itu sontak saja cemberut, Anrez bahkan harus menahannya dengan tangan yang menekan dahi cewe imut itu.
“Apaan sih, Rez? Gue belum selesai ngartiin tahu gak sih,” ujarnya sambil menjauhkan tangan cowo itu dari dahinya.
Anrez memintanya duduk kembali, “Kan ada gue, Nya. Yuk kita belajar bareng, tapi berdua aja!” ajaknya.
^_^
“Just tell me!” kata Anrez.
“Males!”
“You can talk anything with me,” tambah Anrez.
“Lagi males ngomong, Rez!”
“Trust me!”