Anyelir

Ninik Sirtufi Rahayu
Chapter #18

New Habits and Surprise

New Habits and Surprise

Februari 1998.  Lama-kelamaan Anye menjadi terbiasa berada di rumah Jalu sehingga tidak pulang di tempat indekos bukan lagi hal tabu. Sementara  itu, awal bulan biasanya tanggal muda, Anye selalu memperoleh tamu istimewa. Kali  ini sang tamu mulai mangkir dan tidak kunjung hadir. Sementara, karena kesibukan luar biasa dalam rangka penelitian, menguras tenaga dan pikiran. Anye pun lupa. Ketidakhadiran tamu istimewa itu tak terpikirkan lagi olehnya.

Penelitian akan intensif dilakukan selama dua bulan. Namun, segala sesuatu yang dilakukan sudah mendekati finish. Tinggal perbaikan kecil di sana-sini saja. Sungguh, dia sangat bersemangat melakukan segala sesuatu hingga hampir finish pun tak terasa.

Maret 1998. Anye masih kurang tanggap. Sang tamu istimewa pun tak pernah lagi terpikirkan olehnya. Dia  benar-benar lupa. Berkutat dengan deskripsi penelitian tindakan kelas yang dilakukannya merupakan aktivitas sesehari yang menyita perhatian.

Sementara Jalu pun kian sibuk dengan acara kemahasiswaan. Memang dua hari sekali pasti akan bertemu dengan sang kekasih sebab tanpa hal itu keduanya tampak kelabakan. Layaknya seekor ayam betina yang heboh berkotek hendak bertelur. Ada sesuatu yang berisik di dalam raga dan benaknya. Mereka benar-benar kecanduan!

Hingga suatu hari Anye merasakan tubuhnya begitu tidak nyaman. Mudah lelah, gampang pusing, padahal penelitian tinggal sedikit lagi selesai. Meski demikian dia masih belum menyadari tentang tamu yang belum hadir menyapanya.

Hari itu Anye harus menyelesaikan tahap akhir penelitian. Menyalin cerita yang ditulis siswa kelas tiga target penelitian ke dalam narasi deskripsi. Dari rekaman suara diputar ulang menjadi narasi disesuaikan dengan tulisan yang dibuat oleh siswa. Sesuatu yang mengasyikkan sekaligus menguras tenaga.

Dia  telah menyelesaikan tugasnya dan siap-siap hendak menuju rumah Jalu. Akan tetapi, kepalanya sangat pusing sehingga membatalkan rencana dan tiduran di indekos saja. Anye melihat kalender dan … baru teringat kalau dua bulan terakhir sang tamu tidak berkunjung!

Lumayan panik mengingat tidak bisa menghubungi Jalu. Dia  akan bertahan hingga esok hari, berharap pusingnya berkurang. Istirahat. Ya, istirahat adalah obat mujarab. Namun, tetiba Jalu datang menjemputnya.

“Untunglah dijemput. Aku sedikit pusing!”

“Sejak kapan?”

“Tadi sudah siap mau berangkat, lalu tiba-tiba saja pusing.”

“Bisa berangkat, ‘kan?”

“Iya, bisa kok! Tunggu sebentar! Aku menginap, kayaknya!”

Setelah mempersiapkan diri berangkatlah keduanya ke rumah Jalu dengan waktu tempuh sekitar setengah jam. Sesampai di rumah Jalu, tetiba pusingnya menjadi agak ringan.

“Bagaimana, masih pusing?”

“Nggak, dah baikan!”

“Ya, sudah, istirahat saja. Mau kubuatkan apa?” tawarnya.

“Jalu ….”

“Ya, Sayang. Ada apa?”

“Aku lupa.”

“Lupa apa? Ada barang tertinggal?”

“Nggak. Aku lupa bilang … kalau ….”

“Hmmm, kangen?” candanya.

“Mmmm ….” Anye tersenyum tanpa bisa mengemukakan kalau dia terlambat dua bulan. Jalu sendiri juga tidak pernah menanyakannya.

“Eh, apaan sih? Bikin penasaran saja!”

“Kita ke kamar, yuk!” ajak Anye mencoba merajuk.

“Boleh!”

Seperti biasa keduanya melepaskan kerinduan terlebih dahulu. Ritual wajib setelah mengenal indahnya dunia cinta. Anye hendak mengemukakan kondisi fisik jika Jalu telah memperoleh nafkah batiniah agar segala sesuatunya menjadi nyaman. Sengaja Anye menciptakan suasana paling nyaman dan membuka percakapan sambil bercanda.

“Kok aku curiga, ada apa sih?” tanya Jalu.

“Boleh aku pindah ke sinikah?”

“Boleh, kok. Aku malah suka ada yang menemani!”

“Iya, aku ingin pindah agar kau bisa melihat perkembangannya!”

“Perkembangan apa?”

“Kau ingat saat pertama kita ‘menabung’ ‘kan?”

“Ya, ingat banget, kenapa?”

“Masa subur!”

“Trus?”

“Saat ini,” Anye mengambil tangan kanan Jalu, membawa ke perut dan memutar-mutarnya perlahan, “di sini berpenghuni!”  

“Ha? Kamu hamil?” Jalu membelalak.

Anye mengangguk sambil tersenyum.

“Kamu yakin?”

“Dua bulan nggak ‘dapet’!”

“Ya, Allah … berarti berusia dua bulan?”

“Iya, tembakan jitu ‘kan?” Anye tampak sangat bahagia.

Jalu lumayan kaget dan cukup kebingungan. Bagaimana kalau ditanya statusnya? Padahal hubungan mereka belum sah, tetapi sudah seperti suami istri.

Namun, di depan Anye dia harus tegar. Berusaha sekuat tenaga jangan sampai raut berubah. Tidak boleh Anye sedih atau bingung sehingga tidak berpengaruh terhadap makhluk mungil yang sengaja sudah mereka undang untuk menghuni rahimnya. Darah daging buah cinta mereka! Aduhai …. Merinding seluruh bulu kuduknya. Sedahsyat itu karya Allah!

Jalu yang semula menggebu-gebu mengatakan bahwa siap memiliki buah hati, ternyata keder juga setelah hal itu benar-benar terjadi. Bagaimana dia harus berkabar kepada kedua orang tuanya, sementara sidang skripsi pun baru digelar bulan depan. Ah, ….

Ketika Anye tersenyum manis dengan bangga mengatakan bahwa dirinya berbadan dua, justru Jalu yang merasa kacau dan menjadi pusing kepala.

“Mas …,” panggil Anye yang lumayan mengagetkan.

Jalu tergagap, “Ya?”

“Aku ingin tinggal di sini. Kamu harus tahu perkembangannya!”

 “Iya, iya!”

Lihat selengkapnya