Upaya dan Pengorbanan Krishna
Pagi itu Krishna memberi tahu seisi rumah, yakni Bi Lasmi selaku asisten rumah tangga dan Suster Sri sebagai perawat pribadi, bahwa dia akan memperlakukan Anye secara lebih lembut seolah-olah suaminya. Jadi, kalau mereka melihat Krishna mencium pucuk kepala Anye, mengelus perut, atau kalau perlu lips kissing, mereka tidak perlu khawatir. Itu hanya suatu cara untuk mengembalikan gairah hidup Anye demi pemulihan kesehatan jiwanya.
“Dokter … apakah istri Dokter tidak keberatan dengan pengorbanan seperti itu?” tanya Suster Sri.
“Sudah saya pikirkan dengan matang, Suster. Lagi pula saya masih belum terikat oleh siapa pun. Calon tunangan saya setengah tahun silam memutuskan saya dan kini dia telah menikah dengan pria lain!”
“Owh!”
“Ya, begitulah hidup dan kehidupan, Suster! Kita nikmati saja alurnya sehingga tidak sakit jiwa kita!” sang dokter pun tersenyum kepada kedua wanita baik hati yang menunjukkan kasihnya kepada Anye dengan tulus tersebut.
Ketika Anye sudah selesai dirawat oleh sang suster, Krishna pun membawanya ke teras depan. Saat itu kawanan kutilang sedang bertandang. Mendengar kicau sang kukila, tetiba ingatan Anye berputar menuju beberapa bulan silam.
Dia teringat saat itulah Jalu melepaskan statusnya sebagai seorang gadis. Tidak dengan paksa, tetapi dengan sangat manis. Teringat bagaimana sang suami itu memperlakukannya dengan begitu lembut.
“Permisi, Sayang … izinkan aku yang hendak membawamu terbang ke bulan!” rayu lirih Jalu di telinganya saat itu, beberapa detik sebelum statusnya berubah drastis.
Sementara bandara yang telah dikondisikan itu pun telah siap menerima kehadiran pesawat yang hendak mendarat. Pesawat berhasil menukik turun dan mendarat dengan mulus tanpa membuat sang penumpang bergolak. Sedikit terlonjak, tetapi akhirnya tuas hand rem yang bergerak mendesak pun bisa diterima dengan bijak. Tidak ditolak! Itulah pendaratan perdana yang menghablurkan isi bagasi secara luar biasa. Misi penerbangan pun berhasil membawanya ke permukaan bulan!
Anye tersenyum sendiri. Krishna yang berada di sampingnya sedang membelai telapak tangan kanan Anye. Tetiba Anye merespons, berpaling mengarahkan netra dan dengan tatapan manja yang meluluhlantakkan hati Krishna.
“Ouwh my God!” keluh hati Krishna, “Tatap mata jeli Anye ini mengundang pesona! Salahkah kalau aku bisa saja jatuh hati padanya?”
Terbawa emosi, Krishna pun mengelus rambut Anye yang telah disisir dan disanggul oleh Suster Sri sehingga leher jenjang mulus Anye tampak nyata. Anye pun tetiba menyandarkan kepala ke bahu Krishna dengan manja dan sungguh membuat hatinya sangat tersayat dan trenyuh.