September 1998
Hujan rinai membasahi bumi pertiwi. Musim sudah waktunya berganti. Namun, sampai sejauh ini keberadaan Jalu masih menjadi misteri. Bahkan Diana yang biasanya bertandang untuk sambang, makin ke sini makin hilang. Tak ada kabar berita. Demikian juga teman-teman Jalu baik yang di senat maupun di fakultas tak ada lagi yang unjuk diri.
Di sisi lain, perut Anye membukit oval sempurna. Anye sudah paham untuk bebersih diri, bahkan selalu meminta suster untuk menyemprotkan parfum melati. Katanya agar segar dan wangi. Baju longgar yang dikenakan pun selalu meminta diganti-ganti. Apalagi kalau kelenjar susu sudah menunjukkan keaktifan, ganti baju adalah hal wajib yang harus segera dilakukan. Suster pun paham. Selanjutnya, karena setiap hari diajak berlatih berjalan-jalan pagi dan atau sore, Anye pun kian tampak bugar. Aura kecantikan menguar dari rona yang kian ceria.
Sejak sebulan sebelum lahiran, Krishna membersamai Anye baik siang maupun malam. Anye pun tampak makin pulih. Dia tersenyum dan tertawa sambil menatap netra sang dokter. Tangan sang dokter pun selalu diminta diletakkan di atas perutnya yang membukit.
“Gerak!” ujar Anye kegirangan sambil mengusuk perutnya menggunakan tangan sang dokter.