Pertanyaan Kyo membuatku berpikir tentang apa yang sebenarnya ku inginkan, sejenak ku memejamkan mataku, aku melihat Sora sedang tersenyum dan berkata," Terima kasih". Perlahan aku membuka mata, tak terasa air mataku mengalir setetes demi setetes, lalu aku menjawab semua pertanyaan Kyo.
" Aku mencintainya, mungkin hanya itu alasanku bisa seperti ini, aku mencintainya sejak pertama kali bertemu di tepi pantay di bawah langit biru, aku mencintainya sejak dia menatapku penuh kebencian, walaupun dia ingin membunuhku, aku mencintainya, bagaimana bisa aku menghilangkan perasaan itu, aku tidak tahu caranya".
Mendengar jawaban dariku, Kyo terdiam dan sadar kalau perasaanku pada Sora benar - benar tulus. Raut wajah Kyo terlihat sedih melihatku. Kyo sangat mengerti dengan apa yang aku rasakan, lalu sejak saat itu Kyo tidak mengungkit masalah itu lagi.
Seminggu setelah kejadian itu, Mei bercerita pada Kyo bahwa Ayah Sora sedang mencariku, mungkin Ayah Sora dendam dengan kejadian waktu itu. Kyo dan Mei mencemaskanku, aku meyakinkan mereka agar tidak terlalu khawatir dengan masalah yang menimpaku, aku merasa tidak melakukan kesalahan sedikitpun, aku hanya mengatakan hal yang sebenarnya.
Suatu pagi di rumah Sora, kembali terjadi pertikaian di antara Ayah dan anak yang keras kepala itu. Sora membanting semua barang - barang di rumahnya, Ibu Sora menangis melihat anaknya seperti itu, Sora tidak peduli dengan semua orang di sana, Sora tidak mendengar nasehat siapapun. Kemudian Ayahnya menampar Sora dengan keras.
" Aku menyesal pernah membesarkan anak kurang ajar sepertimu, kenapa kau tidak mati dari kecil." Ucap ayah Sora dengan tegas. Untuk pertama kalinya Sora di tampar oleh Ayahnya, Sora sangat terpukul.
" Aku tidak pernah ingin hidup di dunia ini, apalagi menjadi anakmu, aku tidak pernah menginginkan hal itu, detik ini juga jangan pernah mencariku, aku bukan anakmu lagi dan kau bukan ayahku!! cam kan itu."
Sora sangat terpukul sekali dan dia pergi dari rumah ayahnya dengan membawa amarah dan dendam di hatinya. Ibu sora berusaha menghentikannya, namun Sora tetap pada pendiriannya. Sora marah besar karena Ayahnya menyuruh orang menghancurkan pondok yang berada di tepi pantay, pondok yang menjadi tempat Sora menenangkan diri, pondok itu juga tempat yang nyaman baginya. Ayah Sora ingin Sora meneruskan perusahaan milik ayahnya, tapi Sora menolak hal itu, Sora ingin hidup bebas karena Sora tidak ingin hidup seperti Ayahnya yang gila kerja sehingga melupakan keluarganya sendiri.