Aozora

Rokho W
Chapter #1

Prolog


Malang, 2015

Aku tengah berada di dalam kamar kos seorang diri, lama aku menatap dan membaca lembaran karya ilmiah tugas akhir semester ini. Fikiranku teralihkan dan terbawa pergi oleh terpaan angin yang menari-nari. Mataku mungkin saat ini menuju ke arah lembaran kertas HVS yang sedang ku pegang saat ini, tetapi tidak dengan pikiranku yang berkecamuk kemana-kemana tidak hanya duduk diam terpaku melihat lembaran kertas jurnal ilmiah yang ku kerjakan itu. 

Kini ku lihat ke arah jendela kamar, ku pandangi langit yang membiru. Sejenak aku bergumam,

“Bukankah tadi langit begitu mendung? Kenapa kini cerah sekali? dimana awan yang seperti gumpalan abu-abu yang ku lihat di pagi tadi? yang saat ini hanyalah gumpalan awan putih dan langit yang begitu biru”. 

Aku masih fokus pada pikiranku sendiri, aku mengaitkan hilangnya awan gelap itu dengan luka yang aku alami saat ini. Tadinya aku berpikir langit mengirimkan awan yang menggumpal gelap, pertanda ia akan segera mendatangkan hujan dan badai yang begitu hebat. Tapi ternyata ia hanya datang sementara, sejenak aku merasa bersalah telah berburuk sangka kepada sang langit. 

Apa jangan-jangan seperti ini juga luka yang menghantuiku saat ini? Kedatangannya sejak awal akan selalu tidak di terima. Setiap manusia akan mencoba untuk menyalahkannya dan berpikir bahwa ia akan mendatangkan hal buruk yang jauh lebih besar. Tapi nyatanya tidak seperti itu yang terjadi, belum tentu awan gelap tadi akan benar-benar mendatangkan badai. Nyatanya, kini ku lihat langit biru nan cerah.

Luka adalah pelajaran kehidupan yang terlihat paling nyata. Mungkin kamu bisa mempelajari teori, mungkin kamu bisa mencari tahu apa yang harus dilakukan ketika luka itu menyerang, tetapi kamu tidak akan pernah benar-benar tahu ketika tidak secara langsung merasakannya.

Ketika ia datang, siapapun mungkin akan merasa marah, kesal, sedih, kecewa, dan gundah. Tapi bisakah sesekali manusia berkata,

“Apa ya hikmah yang bisa aku dapatkan? Apa yang di maksud dari luka ini?”. Bukan justru berkata,

“ Apa... apa salahku? Kenapa harus aku rasakan yang seperti ini?”. Sebagaimana kamu ingin lulus ujian akhir semester saat sekolah, kamu juga harus bisa lulus dari ujian yang di berikan di setiap langkah hidupmu. Luka adalah ujian yang paling nyata, Laluilah jangan mau kalah dengannya.

Lihat selengkapnya