Aozora

Rokho W
Chapter #5

Pertandingan


Pasuruan 2005

Pagi hari yang terik, iya itulah definisiku hari ini. Sudah 2 bulan lamanya di desa tempatku tinggal di landa kemarau gersang. Suhu yang panas, dan sinar matahari yang sangat terik dengan angin kencang yang membawa debu dari jalanan, akibat lalu-lalang truk bermuatan material yang sedang melakukan proyek pipa PDAM di desaku. Ramainya kelas saat ini dengan gelak tawa dan candaan antar teman-teman kelasku, membuatku asyik berinteraksi dengan pikiranku sendiri. 

“Eh kata pak guru hari ini kita latihan volinya lawan kakak kelas 6,” kata ketua kelas kami, memecahkan keramaian di kelas ini. 

Hening seketika, saat ini kami sudah menjadi anak kelas 5 SD dan bulan ini adalah bulan HUT kemerdekaan RI. Dan pastinya akan banyak lomba-lomba dan kompetensi antar kecamatan dan kabupaten. Kebetulan acara seperti itu pasti anak-anak kelas 5 dan 6 yang harus mengikuti lomba-lomba tersebut, sedang lomba-lomba yang di adakan oleh sekolah hanya boleh di ikuti oleh adik-adik kami yang masih kelas 1,2,3, dan 4 SD.

“Hah...? Kakak-kakak kelas 6 SD kalau main volly kasar,” kata Zul begidik ngeri.

“Iya lho, tahun kemarin ketika tanding bola voli di lapangan kecamatan, kan lawan mainnya tuh sekolahnya mbak Mira temen ngajiku, katanya mbak Irma itu kalau smasher sakit banget kalau mengenai targetnya. Nggak ada ampun dah pokoknya harus kena targetnya di kejar terus sama mbak Irma,” penjelasan panjang Lia.

“Ih... takut mau main voli aku,” sahutku ikut begidik ngeri juga. 

Padahal menyervice bola voli aja sudah sakit banget, tanganku bengkak kemarin ketika latihan di lapangan sekolah kemarin sore dan di kompres oleh Santi dengan es batu yang ia beli di warung. Hanya teman-teman ku inilah yang peduli dengan keadaanku,

“Udah nanti kamu aku lindungi Rea, tenang aja kan nanti yang bagian depan ada aku, Lia dan Zul,” kata Santi mencoba menenangkanku dengan menepuk pundakku.

“Iya kan tetap saja aku juga harus latihan main voli lagi, baru juga sembuh tanganku,” gerutuku sembari melihat pergelangan tangan kananku yang sudah mulai kembali seperti semula setelah bengkak 3 hari lalu.

“Udah yuk kita ke lapangan, pak Alvin nanti marah nunggu kelamaan,” ajak Napis sambil merangkul aku dan Santi.

Setibanya di lapangan yang berjarak 100 meter dari kelas kami, kami langsung menuju tempat pak Alvin guru baru olahraga kami yang sedang duduk di tanah lapangan. Dan ketika pak Alvin melihat rombongan kami, pak Alvin pun meminta kami untuk duduk juga bersamanya dan membacakan bagian-bagian peran kami masing-masing dalam tim Voli yang akan kami laksanakan 3 minggu lagi.

“Baik sudah kumpul semua team voli kelas 5, pak guru akan membacakan peran-peran kalian dalam tim selama tanding nanti ya,” ujar pak Alvin sambil mengeluarkan kertas dalam saku celananya.

“Napis, mana yang namanya Napis?” ucap pak Alvin

“Saya pak,” jawab lantang Napis sambil mengacungkan jari telunjuknya

“Nah kamu sebagai Tosser yaitu kamu nanti bagian mengumpan bola ke teman-teman team untuk di smash ke lawan, paham ya,” jelas pak Alvin pada Napis,

“Santi, dan Zul,” panggil pak guru

“Iya pak,” jawab santai Santi dan Zul berbarengan sambil mengangkat ke lima jarinya, 

“Nah kalian berdua sebagai Spiker nanti kalian pukul bola yang masuk ke area kalian sekencangnya buat masuk ke daerah lawan agar out, jelas ya,” papar pak Alvin pada Santi dan Zul, di jawab dengan anggukkan kepala mereka.

 “Reana, yang mana Reana?" ucap pak Alvin aku pun mengangkat kelima jariku.

“Oh yang kemarin latihan tangannya bengkak ya, udah baik sekarang tangannya?” tanya pak Alvin.

“Iya pak, sudah tidak apa-apa,” jawabku singkat.

“Nanti kamu di dalam team meranin sebagai Libero bertugas jadi pemain bertahan, jadi posisi kamu nanti di tengah ya bersebelahan dengan Santi dan Zul,” papar pak Alvin.

“Nah peran selanjutnya Lia dan Napis,” ucap pak Alvin.

“Iya pak,” jawab mereka bersama

“Nah kalian berdua sebagai Blocker nanti kalian memblock bola sebisa mungkin jangan sampai masuk ke dalam area main , paham semuanya mari kita tos dulu supaya lebih semangat,” papar panjang pak guru kepada Lia dan Napis.

Kami pun mengucapkan tos semangat kami,

“Kenanga go go go, pasti juara,” ucap kami berlima bersama.

“Pak guru baru ini udah ganteng, pandai mengatur strategi pula eh,” bisik Lia padaku dan ku jawab hanya dengan senyum yang tiada arti. 

Apakah ini udah usia kita mengenal tertarik pada lawan jenis kita? Ah sudahlah, itu Lia. Lia kan memang lebih dewasa dari pada anak-anak seusia kamu Reana. Kurang lebih seperti itu dialog di kepalaku saat ini.

Sinar matahari yang begitu teriknya hari ini tak memudarkan semangat kami untuk berlatih dalam pertandingan voli bersama kakak kelas 6 SD Kenanga,

“Nah itu tuh mbak Irma,” bisik Lia padaku serta menunjuk ke arah seorang siswi yang berjalan menuju lapangan dan mengambil bola voli pemberian pak guru.

“Yang rambutnya pendek itu Li?” tanyaku memastikan sambil menyipitkan mataku karena tak begitu jelas aku melihat wajahnya akibat silaunya sinar matahari hari ini. 

“Sudah, sudah ayo kita mulai latihan ini,” ucap pak guru sambil bertepuk tangan agar kami segera memulai latihan volly pagi ini.

Tak terasa waktu bergerak sudah satu jam kami lalui dengan latihan bola voli, Sampai bel tanda jam istirahat berbunyi,

“Ayo kita istirahat itu udah di siapkan snack dan minuman sehat untuk kalian semua di kantor,” papar pak guru 

“Asyiiik....” teriak Zul yang sedari tadi diam saja ketika bermain.

“Eh. Ku kira lagi sakit gigi kau makanya diam saja dari tadi,” cerocos Lia

Lihat selengkapnya