Aozora

Rokho W
Chapter #11

Sekolah Menengah Pertama

Pasuruan, 2007

Saat ini aku sudah menjadi siswi Sekolah Menengah Pertama yang jarak tempuh dari rumahku 5km, dan Nova juga masih menjadi temanku karena kami bersekolah di SMP yang sama. Saat ini aku menjadi siswi kelas 7, Santi pun juga bersekolah yang sama dengan kami. Lia, Napis dan Zul bersekolah SMP berbeda dengan kami, sebab itu kami sudah sangat jarang berkomunikasi dan berkumpul seperti dulu lagi dengan mereka. 

“Hai, ada Reana nggak ya?” tanya Santi pada teman sebangku ku di kelas 7C,

 Ya Santi masih menjadi sahabatku seperti dulu, sekalipun kami sudah SMP dan dia menjadi salah satu siswi di kelas unggulan karena nilainya yang selalu bagus.

“Apa San,” jawabku karena aku mengenali yang mencari namaku itu.

“Ayo kata pak Buani siswa-siswi paduan suara kumpul latihan di aula gedung kesenian,” ajak Santi padaku yang sedang asyik bercanda dengan Sulis sahabatku semenjak sekolah di sini, sambil terus mencatat tulisan yang berada di papan tulis.

Sekalipun kami berbeda kelas dan letak kelas kami cukup jauh jaraknya, Santi masih rajin untuk menjemputku bila ada latihan paduan suara karena aku pun mengikuti paduan suara juga di sebabkan Santi memaksaku untuk ikut menemaninya audisi untuk masuk paduan suara sekolah saat itu, setelah selesai audisi Santi, pak Buani guru suara sekolah yang menyeleksi suara-suara siapa saja yang cocok masuk ke team paduan suara, menyuruhku mengikuti audisi juga. Dan aku lulus audisi bersamaan dengan Santi juga, semua itu tanpa rencanaku sebelumnya yang ingin fokus mengikuti Palang Merah Remaja (PMR) seperti mbak Kartika saat ia SMP, karena ingin membuktikan pada ibu bahwa aku juga bisa seperti mbak Kartika.

Jarak kelasku dengan kelas Santi lumayan sekitar 200 meter, di sebabkan Santi anak kelas unggulan sedang semua kelas unggulan berada di depan dekat dengan gerbang utama sekolah, sedang kelasku berada di dekat perpustakaan sekolah. Aku dan Santi tetap berteman dengan baik, aku beruntung memiliki teman sepertinya, bahkan tak segan-segan Santi membantuku belajar seperti yang selalu kami lakukan ketika masih duduk di bangku SD dulu.

 Berikut denah sekolah SMP tercintaku ini, setelah gerbang utama terdapat musholla sekolah, beberapa kelas unggulan, dan kantor guru di belakang kantor guru disediakan parkiran guru, karyawan dan parkiran murid juga, kelas unggulan terdiri dari kelas 7A, 8A, dan 9A . 

Sedang kelasku berada di tengah terdiri dari kelas 7B,7C,8B,8C,9B,9C, koperasi sekolah, perpustakaan, air mancur sekolah, dan berdekatan dengan gerbang kedua. Kelasku 7C berada di dekat perpustakaan.  

Sedangkan tempat latihan paduan suara kami berada di aula gedung kesenian berada di belakang kelas 9C dan jaraknya cukup dekat dari kelasku. Di belakang kelasku ini terdiri dari gedung kesenian yang berisikan beberapa ruangan untuk ekstrakurikuler yang terdiri dari tarian Nusantara, paduan suara, dan teater. dan aula yang ada panggung yang sedang kami pakai untuk latihan siang ini biasanya dipergunakan untuk pertunjukkan kesenian maupun pensi ketika HUT sekolah.

 Kemudian di sebelah kanan dan kiri gedung, terletak kelas 7D,7F,7G, dan 7E kelas Nova sementara itu di belakang kelas ini ada deretan kelas, 8F, 8G,9D, 9E,9F,9G. Di belakang kelas tersebut ada gedung kesehatan berisikan ruangan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR), klinik kesehatan sekolah ada dokter sekolah juga. Lapangan basket, lapangan tenis, lapangan sepak bola, lapangan voli dan kolam budi daya ikan lele.

“Ayo Rea buruan nanti saja nulisnya lihat punya teman-teman kamu saja,” kata Santi, saat ini aku sedang menyalin tulisan materi pelajaran biologi di papan tulis, semua ini menjadi lama karena waktunya aku buat bercanda dengan Sulis yang sedari tadi meledekku dengan sebutan putri keong. 

“Iya, iya tunggu aku masukkan ke tas dulu bukuku,” ucapku setengah teriak, karena posisi Santi berdiri agak jauh dari tempat dudukku ada di tengah-tengah ruangan kelas ini.

Aku pun bergegas memasukkan buku-bukuku yang berserakan di atas meja ke dalam ranselku, dan aku pun berlari menghampiri Santi yang berada di depan pintu kelasku.

“Udah ayok,” ajakku pada Santi sambil menggandeng lengan kanannya untuk keluar dari kelas dan berjalan menuju tempat latihan kami.

“Nyatet materi apa sih kamu?” Tanya Santi sembari melangkahkan kaki berbarengan menelusuri lorong depan kelas 7D,7E,7F,7G bersama. Tanpa aku dan Santi sadari ada sepasang mata gadis berambut tebal dan bertubuh berisi mengamati langkah dan tawa kami dari balik pintu kelasnya 7E. 

“Masih akrab ya mereka meskipun sudah SMP, sedangkan aku harus mencari teman lagi,” gumamnya.

Setibanya di aula gedung kesenian kami pun berbaris sesuai yang telah di atur oleh pak Buani guru paduan suara kami, barisan paling depan suara 1 nyanyian yang di bawakan sesuai dengan intro lagu aslinya, barisan kedua suara 2 nyanyian yang di bawakan menggunakan Alto adalah suara wanita paling rendah yakni antara F sampai D2, aku dan Santi berada di barisan ini karna menurut guru paduan suara, kami bisa mengambil nafas panjang menggunakan perut kami Jadi bersih dan lembut masuk ke telinga guru kami.

Barisan ketiga di isi oleh kakak senior kami dengan suara 3 di bawakan dengan menggunakan Sopran merupakan jenis suara wanita tertinggi ketinggian nada bisa mencapai C1 hingga C3.

“Eh latihan paduan suara ini sampai kapan sih? kita nggak boleh minum air es sama kurangin makanan bermicin-nya ini yang agak mual si lidahku memakannya,” rengekku pada Levia ketua paduan suara kami.

“Sampai selesai lombanya Rea, nantikan di gedung Auditorium SMP Renvarica acaranya. Nanti yang jadi jurinya pak Bupati,” jawab Levia sembari membereskan kertas notasi musiknya saat ia memainkan piano. 

“Wow, pak Bupati yang nilai Lev? Makin dag dig dug aku,” jawab Santi sambil menggandeng tanganku, dan kurasakan telapak tangan Santi yang berkeringat dingin.

“Tenggorokkanmu sakit nggak San?” tanyaku pada Santi 

“Lumayan, nih minum biar enak lagi tenggorokanmu,” jawab Santi sambil menyodorkan ku air mineral merek Aqua yang sudah di sediakan dan kebetulan berada di sebelah piano.

“Makasih,” kataku sambil menerima air pemberian Santi dan aku meminum air mineral tersebut,

“Ok anak-anak kita latihan satu kali lagi ya,” ucap guru paduan suara kami saat memasuki ruangan latihan kami lagi.

“Baru juga minum nyegerin tenggorokkan, sudah di perintah latihan lagi,” gerutuku pada Santi dengan suara yang ku kecilkan.

“Semangat sayaangg yuuk ah....,” kata Santi sambil menarik lenganku agar berdiri dan bersiap membentuk barisan kembali 

“Ayo ayo semangat semangat atur barisannya kembali, Levia masuk ke F ya untuk Rayuan Kelapa,“ perintah guru paduan suara kami,

“Aaaaa oooo uuuu” ucap guru paduan suara sambil membentuk huruf O dengan tangannya dan mengajak kami mengikuti.

Tak terasa kami latihan sudah 30 menit lamanya dan sudah memasuki waktu adzan Ashar

“ Allahu akbar Allahu akbar....,” suara adzan berkumandang 

Kami semua pun di minta berhenti dan mengambil tempat duduk yang nyaman sambil mendengarkan suara adzan Ashar. Selesai Adzan Ashar berkumandang, pak guru paduan suara kami pun membubarkan kelas paduan suara kami hari ini, lusa akan di adakan latihan kembali. Kami tim paduan suara berlatih 3 kali dalam seminggu untuk persiapan lomba ini, bahkan hari libur sekolah pun kami harus datang ke sekolah untuk latihan. 

“Baik anak-anak latihan kita sampai disini dulu, lusa kita ketemu lagi. Bapak harap semua nya sudah makin bagus dan lebih kompak lagi. See you,” ucap pak guru mengakhiri latihan hari ini.

Aku pun dan temanku Santi diajak Levia untuk sholat Ashar berjamaah dulu sebelum meninggalkan ruangan,

“Sholat jamaah yuk disini, ada mukenah di lantai atas. Aku juga mesti latihan dan membenarkan catatan buku musikku dulu,” ajak Levia pada kami berdua

“Ya sudah yuk, kita ambil wudhu,” ajakku pada Santi sambil menggandeng lengannya, kami bertiga berjalan menaiki tangga lantai 2 untuk mengambil wudhu dan menunaikan sholat Ashar.

Setelah kami bertiga selesai menunaikan sholat Ashar bertepatan dengan bel pulang berbunyi.

Kriiiiing Kriiiiing..!!

“Ya sudah kami balik duluan ya Lev,” pamit Santi sembari mengusap pelan pundakku, mengajakku untuk ikut dengannya balik ke kelas.

Lihat selengkapnya