Apa Bukan Mengapa

KOJI
Chapter #3

Mama yang Tak Seperti Dulu

Selama beberapa waktu ketegangan menggantung di udara, tak sepatah kata pun yang terdengar. Sunyi, tidak ada percakapan sama sekali. Mata Mas Agung tertuju ke jalanan, alis bagian dalam kakak kandungku itu pun tertarik ke bawah, begitu pula dengan garis bibirnya yang melengkung turun. Aku merasakan seolah-olah emosi yang dipendamnya dapat meledak sewaktu-waktu.

Sambil mengetuk-ngetukkan telunjuk di panel pintu, kulihat bayangan sendiri di kaca mobil dengan debar jantung tak keruan. Ruang waktu seperti melar dan ditarik di setiap sudutnya; terasa sangat lama, seakan tetap berada di titik edar yang sama. Namun, ketika sedang mengantre di gerbang tol terdengar suara memecah keheningan.

"Oke." Mas Agung menoleh, matanya terkunci ke arahku seperti seekor kucing yang meningkatkan kewaspadaan.

Ujung bibirku sedikit terpantik ke atas. Puas dan lega, begitulah perasaan ini setelah mengetahui reaksinya. Cara itu berhasil "membangunkan" Mas Agung. Seperti itulah yang tersirat dari pancaran matanya. Sayang, ternyata aku terlalu naif dengan mengambil kesimpulan ini.

Sambil membawa mobil melaju, Mas Agung kembali bersuara, "Tapi jangan curang. Kamu enggak bo ... ngun ...."

Aku terhenyak, lalu serta-merta menoleh ke arahnya. "Lho, Mas?"

"Ba ..., Kun ..., bangun ...."

Tidak mungkin; ini tidak masuk akal. Ada apa dengan suaranya? Itu bukan dia. Mengapa terdengar seperti itu? Kenapa tiba-tiba berubah? Apa aku salah dengar? Tidak ..., memang bukan Mas Agung; itu suara ... Mama?

Pikiranku berputar-putar mencari penjelasan. Ketidakpastian mulai mengambil alih. Tepat pada saat itu berangsur-berangsur pemandangan di sekitar luruh, cahaya pun memudar, suara-suara menghilang, kemudian semuanya melebur ke dalam kegelapan yang nyenyat.

***

Lihat selengkapnya