Apa Kabar Neina ?

Yadani Febi
Chapter #4

Bab 2


Ini semua adalah kumpulan dari cerita kita, 

Cerita yang terpaksa aku utarakan,

Hanya karena paksaaan gadis menyebalkan. 

Cerita ini berfokus hanya untuk kita bertiga, 

Dimana akan menjadi legenda seperti empat serangkai. 

Hahaha aku tertawa karena ini. 

~ Sadam ~


Sudah tiga jam para siswa mendengar pengarahan motivasi dari pak Einstein. Mungkin dari sebagian siswa antusias mendengarkannya termasuk Agiswa dan Sadam, tidak untuk Neina.

Terlihat dari raut wajah Neina yang merasa menyesal kenapa dari awal dia harus duduk bersama Sadam dan Agiswa di urutan paling depan dan terjebak dengan keadaan dimana dia hanya bisa melihat pak Einstein dengan jelas.

Jelas sekali bahwa Neina mengutuk Agiswa dan Sadam sebagai alien yang membuat kekacauan hatinya pada saat ini.

Yang terbesit di kepala Neina saat ini adalah, bagaimana untuk keluar dari motivasi-motivasi pak Einstein yang dianggapnya lebih cocok untuk menggantikan Mario Teguh menjadi motivator nomor satu di Indonesia dan mungkin dunia dengan ekspresinya dan pandangan serta suara yang terdengar meyakinkan.

Disela perhatian dari semua siswa, Neina yang tak sanggup untuk mendengarkan lagi, memberanikan diri mengacungkan tangan, dengan niat permisi ke toilet dan tak akan kembali lagi dalam ruangan ini.

Tapi apa yang terjadi ternyata Neina salah tak memperhatikan dengan seksama pengarahan sampai saat ini, Neina mengacungkan tangan tepat ketika pak Einstein memberi pertanyaan kepada siswa, “Siapa yang bosan dan tak suka dengan ospek seperti ini ?” tanya pak Einstein kepada para siswa.

Semua mata tertuju pada Neina begitupun pak Einstein yang terlihat heran, dan memanggil Neina maju kedepan. Sadam hanya tertawa sinis melihat Neina dan Agiswawa, bisa ditebak merasa sedikit malu melihat tingkah Neina dengan cara menggelengkan kepala melihat Neina.

“Siapa nama Ananda ?” tanyak pak Einstein.

“Neina Novita Azzahra pak” jawab Neina dengan sedikit gugup.

“Kenapa ananda tak menyukai kegiatan ospek ini ? apa materi saya terlalu membosankan bagi Ananda?” tidak dengan raut marah, tetapi dengan raut bertanya-tanya.

Neina tersenyum sembari memberikan alasan dia mengacungkan tangannya “saya sebenarnya mau mintak izin permisi ke toilet saja pak, eh tak taunya saya salah sikon pak”.

Pak Einstein hanya tertawa melihat Neina, terlihat senang karena Neina tidak mengatakan jika dia bosan dan tak menyukai materinya “oh ya sudah, saya kira Ananda tidak suka dengan pengarahan saya, hampir saja saya memberhentikan kegiatan ini” dengan nada bercanda. “ Ananda boleh pergi ke toilet, silakan” mempersilahkan Neina pergi dari ruangan itu.

***

Lihat selengkapnya