Apa Kabar Neina ?

Yadani Febi
Chapter #6

Bab 4

Ketulusan kunci dari sebuah persahabatan,

Karena tanpa adanya kunci,

Maka sebuah pintu tak akan terbuka,

Begitupun dengan hati yang tak akan berbicara,

Kecuali dengan dia sahabat ku

~Agiswa~


Pembagian kelas telah usai, semua siswa kelas sepuluh di pandu oleh wali kelasnya masing-masing menuju ruang kelasnya. Kelas X1 sampai Kelas X3 berada di lantai dua gedung A, sedangkan untuk kelas X4-X7 berada di lantai satu gedung A.

Pak Maryono Suroso, adalah wali kelas X3, tidak seperti wali kelas lainnya, Pak Maryono adalah seorang guru Olahraga yang masih muda dan berumur sekitar 25 Tahun keatas. Meskipun dengan demikian Pak Maryono terlihat tegas tergambar dari tone suaranya yang Bass.

Sampai juga Siswa Kelas X3 diruangan kelas mereka. Ketika masuk kedalam ruangan ini, semua orang pasti terpikir bahwa, ruangan ini merupakan salah satu karya seni yang sangat luar biasa. Terlihat warna dinding yang berwarna pastel dengan corak bunga yang bergaya vintage terlihat menjadi satu perpaduan dengan warna kursi yang terlihat klasik dengan warna coklat tua. Selain itu didinding ruanganya tertempelkan lukisan serta bingkai-bingkai tulisan puisi yang sangat indah.

“Pak kita salah kelas ni” Ucap Neina dengan wajah datar yang membuat teman-teman kelas dan gurunya melihat heran dengan pertanyaan konyolnya.

“Ini memang kelas kita, terlihat indah bukan, yah setiap tahun kita sekolah ini memang mengadakan lomba untuk menghiasi kelas masing, dan kebetulan kemarin temanya memang vintage” jawab pak Maryono.

“Terus uang nya dapat dari mana pak? Untu membeli chat, pernis, gak murah loh pak, hmm kalo saya lihat, chatnya juga perlu banyak” tanya Neina lagi yang membuat teman-teman nya melihatnya dengan tanya.

“Lebih baik kita masuk dulu, dan saya akan memilih tempat duduk kalian” kata pak Maryono yang menyuruh siswa kelas X3 masuk kedalam kelas.

“Pak” Neina dengan mengacungkan tangannya yang membuat semua mata tertuju lagi kepadanya.

“Kamu kenapa lagi, sebelum kamu bertanya, saya mau tahu, nama kamu siapa?” tanya pak Maryono.

“Nama saya Neina Novita Azzahra pak, gini pak, lebih adil kalo siswa yang memilih sendiri pak bangku mereka pak, kan Indonesia Demokrasi pak” senyum Neina dengan sok imut yang masih dibuat-buatnya, dan Sadam, Agiswa melihat temannya itu dengan geleng-gelang kepala yang mengisyaratkan bahwa itulah Neina.

“Baik Neina, kamu mau duduk di bagian mana?” tanyak pak Maryono sembari mempersilahkan Neina memilih bangkunya.

“Saya duduk di paling sudut belakang dekat jendela pak” jawab Neina yang menunjuk kearah kursi yang ingin didudukinya.

“Oke, kamu saya izinkan duduk di depan dekat meja guru disitu” pak Maryono menunjuk bangku yang harus diduduki Neina dan membuat Neina dan siswa lainnya terkejut sekaligus tersenyum kecil melihat Neina.

“Neina, memang Indonesia negara demokratis, namun tetap saja kita punya pemerintah dan aturannya, jadi untuk itu sama dengan sekolah ini, kepala sekolah adalah Presidennya, sedangkan saya dan guru-guru lain adalah aparat pemerintahnya, jadi kamu jika sudah bersekolah disini harus mengikuti peraturan sekolah disini okeh” ucap pak Maryono.

“Tapi pak…” jawab Neina.

“Tapi apa ?” potong pak Maryono.

“Gak jadi deh pak, saya nurut aja deh pak” Neina yang akhirnya mengalah dan mengikuti perintah pak Maryono.

“Gitu dong, itu baru namanya siswa saya” sembari menepuk-nepuk halus pundak Neina.

“Baik anak-anak, saya akan panggil nama kalian satu persatu dan nantik saya akan memilihkan tempat duduk kalian semua” sembari melihat kertas nama siswa kelas X3 yang sedari tadi dipegang oleh pak Maryono.

***

Tidak seperti yang diharapkan Neina, dia terjebak didalam situasi dimana dia sendiri harus duduk paling depan pas didepan meja guru. Sedangkan Sadam mengambil tempat duduk impiannya di pojokan dekat jendela dan didepan sadam ada Agiswa. Tapi penderitaan Neina tidaklah begitu berat karena ada Kevin yang juga duduk disamping dirinya pas didepan meja guru.

“Baiklah kalian-kalian semua, santai saja, untuk hari ini kita tidak akan belajar, kita akan melakukan perkenalan diri dulu okeh, dan saya ingin nama yang saya pangil maju kedepan dan memperkenalkan dirinya serta ceritakan tentang impiannya dan alasan kenapa mau bersekolah disini” kata pak Maryono.

“Abizar Arhandi” pak Maryono memulai memanggil nama pertama.

“Hmm, nama saya Abizar Arhandi, panggil saja saya Bizar, impian saya adalah ingin menjadi seorang Astronot, alasan saya sekolah disini karena disuruh orang tua saya” mendengar perkataan Bizar membuat semua isi kelas tertawa.

Bagaimana tidak cowok tampan seperti Bizar bercita-cita ingin menjadi Astronot. Melihat Bizar, Neina dan Kevin ikut tersenyum dan memberikan tepuk tangan yang penuh semangat dan membuat orang beralih melihat kelakuan mereka berdua.

Lihat selengkapnya