Suatu saat kalian akan tahu, siapa aku
Akan bertanya tentang aku,
Mencari tau setiap gerak gerikku,
Dan ku pastikan hal itu terjadi,
Meski hanya nama ku dan nama mu yang menjadi saksinya
~Neina~
Sudah genap 10 hari Neina, Agiswa dan Sadam menjalani aktivitas sebagai siswa baru di sma Teladan. Namun mereka telah memiliki citranya sendiri. Agiswa telah menjadi salah satu siswa yang membuat kagum guru dan teman-teman sekelasnya, dengan tingkah laku yang lembut, sopan dan selalu aktif dalam aktivitas pembelajaran. Sadam, bisa dikatakan sebelas-dua belas dengan Agiswa, bedanya meskipun baru 10 hari kepopuleran Sadam dikarenakan wajah rupawan dan otak cemerlangnya, membuat dia menjadi calon pacar idaman disekolah, bahkan kepopulerannya ikut menyita waktu Neina dikarenakan banyaknya cewek-cewek sma Teladan menanyakan tentang Sadam pada Neina.
Bagaimana dengan Neina ? hmmm, mungkin di novel-novel tema sekolahan yang laku di pasaran, krakter bad boy lah sering tampak dan digambarkan sebagai pembuat rusuh kelas dan sekolah. Tidak kali ini, tidak dengan cerita ini, dia Neina yang mungkin seantero sekolah sudah mengenali tingkahnya. Ketika pemilihan ketua kelas X3, Neina mengacungkan tangan dengan senang hati untuk menawarkan diri menjadi ketua kelas X3. Berkat keberaniannya tersebut akhirnya dia menjadi kandidat tunggal ketua kelas.
Sepuluh hari saja sudah cukup membuat siswa kelas X3 dan mungkin siswa kelas lainnya mengenal kepribadian gilanya, dari tidur dikelas dengan alasan sakit mata dan harus menggunakan kaca mata hitam dikelas pada hari kedua. Memberi nama panggilan sebagian siswa X3 dari Wendi menjadi “Peterpan”, Bizar menjadi “Alien”, Syeila yang berkulit lebih gelap dibanding siswa yang lain menjadi “Cece” dan lain-lainnya. Sadam dan Agiswa hanya bisa menghela nafas jika Neina sudah bertingkah.
***
“Dam, ini Roman yang ingin kamu pinjam di perpus kemaren kan?” kata Agiswa sembari menunjukkan Roman kehadapan Sadam yang pada saat itu tengah asik memandang keluar jendela kelas X3.
“Kamu kok tau aku mau pinjam buku ini?” tanya Sadam pada Agiswa.
“Kemarin sore aku liat kamu di perpus, lagi nanyak sama kak Lia tentang buku ini” jawab Agiswa yang kemudian memutar kursinya menghadap Sadam.
“Ia, kemarin aku memang nyarik buku ini Gis, tapi gak taunya bukunya tinggal satu dan itu Tandon gak boleh di pinjam. Hmm kamu sudah selesai baca?” tanya Sadam.
“Aku sudah selesai Dam bacanya, lagian bukunya gak tebal banget kayak Harry Potter hahahhaaha” Agiswa yang tertawa kecil melihat Sadam yang juga ikut tertawa kecil. Benar Agiswa dan Sadam bisa di bilang memiliki kemiripan, namun hal yang paling mirip dari mereka adalah cara tertawa mereka.
“Ada-ada aja kamu Gis” kata Sadam tersenyum.
“Tapi sisa waktu peminjaman aku tinggal 4 hari lagi dam, kalo tidak di balikkan cepat, ntar aku kena denda” sembari menyerahkan buku Roman tersebut kepada Sadam.
“Dam kamu kenapa baca buku Roman begini?, setau aku yah kamu kan sukanya baca berita, bukan novel atau Roman dam” tanya Agiswa penasaran tetapi dengan raut wajah yang tidak memaksa.