Apa Kau Percaya Takdir?

Athaya Laily Syafitri
Chapter #7

Kation dan Anion

Nebula terduduk di atas kasurnya. Ia mendapati ruangan temaram dengan selimut menutupi setengah badan. Padahal barusan ia bermimpi berbaring di atas tikar tipis dalam gubuk tepi sungai.

Gadis itu lantas menutup mulut, kemudian berlari ke kamar mandi. Dimuntahkannya isi perut malam itu ke wastafel. Bau sampah di dalam mimpinya mencekik, seolah nyata. Terlalu nyata untuk disebut mimpi.

Nebula menyandarkan punggung ke dinding kamar mandi. Mata melekat pada refleksi dirinya di cermin. Ia melihat sosok pria yang familier do dalam mimpi tadi. Agaknya mereka pernah bertemu.

Akan tetapi, siapa?

🌹

"Seperti yang kita tahu, ikatan ionik terjadi ketika ada transfer elektron dari satu atom ke atom lain."

Sambil menopang dagu, Nebula menyalin penjelasan sang guru ke binder. Beberapa kali ia berhenti, memainkan pulpen dengan mata menerawang entah ke mana. Mungkin ke mimpi yang ia alami malam tadi atau ke bulu kuduknya yang meremang tiba-tiba.

"Atom yang kehilangan elektron jadi bermuatan positif, yaitu kation. Sedangkan yang negatif adalah anion."

Nebula mengusap tengkuknya. Sekujur tubuhnya merinding. Seolah ada sepasang mata mengawasinya dari belakang. Bayang-bayang kelebat hitam yang menghantuinya beberapa hari terakhir menambah kecemasan gadis itu.

"Kation dan anion bergabung menjadi senyawa ion. Contohnya garam laut atau natrium klorida."

Tidak tahan dengan perasaan yang ia rasakan, Nebula menoleh ke belakang. Benar saja, ia mendapati sosok berjubah hitam berdiri tegap di sudut ruangan. Nebula tak bisa menyembunyikan matanya yang membulat lebar.

Pandangannya bertemu dengan Antariksa yang menggigit pulpen. Seakan paham atas raut cemas Nebula, Antariksa turut menoleh ke sudut kelas. Pemuda itu sontak meneguk ludah, mengangkat alis untuk berkomunikasi kepada Nebula.

"Nebula! Kamu tidak memperhatikan?!" tegur gurunya yang langsung menyentak Nebula.

"Maaf, Bu," rintih Nebula, menatap ngeri pada penggaris kayu yang tadi dipukulkan ke meja guru.

Setelah gurunya kembali berbalik ke papan tulis, Nebula curi-curi pandang kepada sosok tadi. Ternyata ia masih setia berdiri di pojokan. Kemudian Nebula beralih kepada Antariksa yang memainkan pulpen di bibirnya dan fokus ke papan tulis.

Nebula mulai berpikir, apakah yang lain tidak melihat sosok itu? Apa cuma dia dan Antariksa? Namun, Antariksa mungkin juga tidak melihatnya.

"Kation selalu tertarik kepada anion, sesuatu yang bertolak belakang. Seperti manusia juga, suka pada seseorang yang berbeda darinya."

Seolah mencari kehadiran satu sama lain, Antariksa dan Nebula sekali lagi bertukar pandang.

🌹

"Nebula cerita kalo kalian mau dijodohkan."

Dirga langsung berhenti berjalan. Ia membalikkan badan, tersenyum kepada perempuan yang menuju ke arahnya. "Hai, Maira."

Maira merespons sapaan itu dengan halo singkat. Ia menyilangkan tangan di depan dada, meneliti wajah Dirga. "Yang diceritakan Nebula benar atau nggak?"

"Um ... benar kok," jawab Dirga setelah sempat ragu.

Jawaban singkat Dirga membuat Maira memicing curiga. Perempuan bertubuh kecil itu meletakkan ibu jari dan telunjuk mengapit dagu. Lalu ia mengitari tubuh Dirga hingga pemuda itu tak nyaman.

"Kok lo ragu begitu?"

Tatapan lurus Maira alhasil membuat Dirga gugup. "Nggak papa. Cuma nggak nyangka kalau Nebula sudah cerita ke lo."

"Oh, kirain nggak setuju sama perjodohan tadi." Maira terkikik mendapati Dirga yang langsung salah tingkah. "Untunglah. Soalnya Nebula suka banget sama lo."

Pernyataan itu malah makin menambah kegugupan Dirga. Akan tetapi, kejadian antara Antariksa dan Nebula yang ia saksikan secara langsung melintas di ingatan. Dirga diam-diam tersenyum kecil.

"Eh? Nebula nggak marah kalau lo bilang ke gue?"

Maira mengedikkan bahu. "Lagian lo berdua bakalan dijodohkan, tunangan, terus nikah. Ngapain marah kalau alurnya ketahuan?"

Dirga tertawa atas perkataan Maira. Ia melambai kepada gadis itu setelah saling berpamitan. Di tengah jalan menuju kantin, Dirga berhenti di salah satu tiang. Sambil menyandarkan punggung, ia melamun jauh melintasi lapangan bola sekolah.

Dulu, ibunya pernah bercerita tentang sebuah legenda. Bagi Dirga, itu lebih condong ke dongeng. Kisahnya tentang seorang gadis takdir.

Sebuah kekuatan diteruskan dari satu orang ke orang lain. Yaitu kemampuan mengubah takdir dirinya dan orang lain hanya dengan memohon. Terdengar mustahil karena bagi Dirga untuk mencapai sesuatu, ia harus berjuang keras sambil terus berdoa.

Namun, setelah menyaksikan sendiri apa yang terjadi pada Nebula dan Antariksa, skeptis Dirga terpatahkan. Ia yakin itu bukan ilusi optik ketika lingkaran berwarna biru muncul di bawah kaki Nebula. Lingkaran biru persis seperti yang diceritakan ibunya.

"Ternyata legenda memang benar legenda."

Lihat selengkapnya