Apakah Kamu Ingat?

Abdul Aziz
Chapter #2

Malam Kedua

Awalnya Kaffi tidak mengenaliku, lalu aku memperkenalkan diriku lagi padanya. Dia kaget melihatku sekarang. Katanya sekarang aku semakin cantik. tapi aku tidak mudah tergoda dengan ucapannya. Dia itu pembully, sekali pembully tetap pembully, kan.


Dia lalu mengajakku pergi ke rumahnya. Karena aku gak enakan, aku mengiyakan saja ajakannya. Tapi sebelum pergi ke rumahnya, aku diajak berbelanja dulu ke pasar, untuk membeli beberapa sayuran dan bumbu-bumbu. Sepertinya dia mau mengajakku untuk masak-masak.


Setelah itu barulah kami pergi ke rumah Kaffi. Ternyata benar dia mengajakku masak dan makan bareng. Luki, kamu jangan cemburu ya, aku menerima ajakannya itu karena aku gak enak aja untuk menolaknya. Kamu itu satu-satunya orang yang aku cintai, Luki.


Acaranya sih lumayan asyik, sore itu kami mencoba untuk masak sup daging. Tapi ada satu bahan yang kurang, yah... Kami lupa membeli dagingnya. Lalu aku mengambil pisau daging yang ada di dapurnya Kaffi.


"Eh, kamu mau ngapain?" kata si Kaffi. Lucu sekali mukanya, dia kaget dan ketakutan. Padahal aku mau mencari daging untuk membuat sup, kan, daripada harus jauh-jauh balik lagi ke pasar.


Aku berhasil menangkap hewan buruan. Langsung saja ku potong lehernya, karena tebasanku terlalu kencang, darahnya jadi terciprat kemana-mana sampai mengotori pakaianku.


Dagingnya sudah ada, sayuran dan bumbu juga sudah siap, eh si Kaffi nya malah hilang entah kemana. Mungkin dia pergi ke toilet. Aku masak aja sendiri sampai sup nya sudah jadi. Nih aku bawakan sup buatanku untukmu. Tenang saja aku sudah minta ijin kok sama Kaffi. ku tulis surat dan ku simpan di atas meja makan, karena sampai matahari hendak tenggelam dia belum keluar juga dari toilet.


Hei, Luki. Kenapa ya, orang-orang seperti kita itu tidak disukai oleh banyak orang. Padahal, lihatlah, sekarang kamu itu pahlawan, penyelamat dunia. Aku juga selalu membantumu dan orang-orang dari penyihir dan orang-orang jahat yang selalu menyakiti orang lain.


Bahkan setelah kita dewasa pun, orang-orang seperti Kaffi itu tetap saja ada, malah sakin banyak jumlahnya. Tidakkah kamu ingin orang-orang seperti mereka itu lenyap dari dunia?


Luki, katakan... Siapa yang datang hari ini selain aku. Aku tahu para pengikut si penyihir itu masih banyak. Mereka pasti akan berusaha untuk membangkitkan lagi si penyihir dan membalaskan dendamnya padamu. Kali ini biar aku saja. Aku tidak ingin melihatmu terluka lagi. Aku yang akan menghadapi mereka. Akan ku lenyapkan mereka dan membuat dunia kita damai seutuhnya. Hanya kita berdua, Luki. Maaf, aku terlalu emosional. Tapi sungguh aku sangat mencintaimu.


Maaf, Luki. Sepertinya ada yang datang, aku harus berbicara dengannya. Sampai nanti Luki, sekarang sebaiknya kamu segera tidur.


********

Lihat selengkapnya