Apakah Kamu Ingat?

Abdul Aziz
Chapter #3

Malam Ketiga

Aku buat jus ini dari buah delima milik Alga. Kamu seharusnya masih ingat dia. Tapi... Tidak apa-apa perlahan kamu akan ingat semuanya kok.


Alga itu teman pertamamu waktu SMP. Ya, dulu kamu pernah menceritakan itu padaku. Awalnya kamu pikir kamu akan berteman baik dengan dia, namun ternyata dia malah jadi temannya si Adit. Preman di SMP kita dulu. Karena dia berteman sama Adit akhirnya Alga malah jadi anak yang nakal dan ikut-ikutan bully kamu waktu itu. Untungnya kamu sekelas dengannya hanya satu tahun, tapi tetap tetap saja, dia itu pembully juga... Iya, kan?


Aku siang tadi pergi ke kebun terbuka di dekat Air terjun, kebun delima, kamu harusnya tahu tempat itu. Ternyata kebun itu milik si Alga. Jujur aku gak menyangka sih, seorang pembully seperti dia kok bisa sukses sampai punya kebun delima yang luasnya sampai berhektar-hektar. Seharusnya sekarang dia hidup melarat, kan, akibat perbuatan buruknya dulu. Gimana menurutmu?


Aku memperkenalkan diriku sebagai pacarmu, Luki. Ternyata dia ingat kamu loh. Dia menanyakan kabar kamu, Aku bilang kamu lagi dirawat dan aku meminta dia buat mendoakan mu selalu.


Lalu kami pergi ke sebuah gubuk dekat kebun, katanya aku mau dibuatkan jus delima lezat olehnya. Tentu saja aku langsung mau. Panas-panas memang paling enak minum jus, hehe. Coba aja kalau kamu juga ikut tadi pasti sangat menyenangkan.


"Kamu sudah petik buahnya, kan?" tanya si Alga. Sayangnya aku baru memetik tiga buah delima saja waktu itu. Alga memintaku untuk memetik lagi buah delima nya karena tiga dirasa kurang.


"Boleh aku pinjam gunting?" kataku. Agar memetiknya lebih mudah dan cepat mending pakai gunting, kupikir. Lalu Alga pun memberikan sebuah gunting kecil yang sebelumnya tersimpan di atas meja itu kepadaku. Sayang beribu sayang... Saat aku hendak berjalan keluar gubuk, tiba-tiba kakiku tersandung. Aku terjatuh ke arah Alga. Kamu tahu apa yang terjadi selanjutnya?


Guntingnya tertancap tepat di jantungnya. Tak lama dia sekarat lalu mati. Aku tidak tega melihatnya mati dengan gunting yang tertancap di dadanya. Jadi kulepas saja guntingnya. Dengan berat hati akhirnya aku membuat jus delima sendiri deh. Biar lebih nikmat aku tambahkan bahan lain ke dalam jus nya.


Luki, gimana rasanya? Segar sekali, kan, jus nya.


Kamu tahu, Luki? Dulu aku adalah orang yang sangat kesepian. Aku tidak punya siapapun di dunia ini. Sampai akhirnya kamu datang di kehidupan ku. Menemani masa kecilku yang suram. Ternyata kamu juga mengalami hal yang sama denganku, kan. Tidak ada perhatian dari orang tuamu, teman-teman mu, dan dari lingkungan tempat tinggal kita. Itu semua, kan yang membuatmu akhirnya memiliki kekuatan yang luar biasa. Aku juga, sekarang aku mempunyai kekuatan itu.


Kekuatan ku memang datangnya terlambat, tidak sepertimu. Luki, kamu adalah orang yang beruntung.


Hei, Luki. Pernah tidak kamu merasa kecewa? Jika pernah, nanti ceritakan padaku, ya... Hal apa yang membuatmu kecewa. Akan ku ceritakan kisah tentangku yang belum pernah aku ceritakan pada siapapun. Kamu tahu kisah tentang seorang pelayan raja yang kejam namun akhirnya si pelayan itu malah jatuh cinta pada sang Raja, meskipun si pelayan itu sering disiksa olehnya? Kisahku mirip dengan kisah pelayan itu.


Dulu di sekolah aku sering sekali mendapatkan perlakuan buruk dari teman-teman sekolah ku. Terutama pria itu. Entah kenapa dia selalu mengincar ku, aku dibuat menjadi anjing peliharaannya. Kau tahu betapa menderitanya aku, seperti apa rasa kecewa yang aku rasakan pada saat itu... Tidak akan pernah ada orang yang mengerti perasaan itu.


Ah, sudahlah... Aku jadi curhat. Maaf seharusnya aku membantu mu untuk memulihkan kembali ingatanmu. Ku harap besok kamu sudah bisa berbicara, aku sangat ingin mengobrol denganmu.


Dunia luar masih terlihat aman dan terkendali, tapi aku masih waspada, kamu harus tetap waspada, ok. Si penyihir itu entah kenapa firasatku mengatakan kalau dia belum mati, aku akan berusaha menemukannya dan kali ini, biarkan aku yang akan membunuhnya.


Lihat selengkapnya