Apartemen seribu warna

rudy
Chapter #1

bab 1 Seperti Kiamat

Mata Viola gelap. Sinar matahari terasa muram, angin musim kemarau terasa dingin di hati, debu- debu halus yang terbawa oleh angin terasa bagaikan pecahan kaca yang dapat menggores hati. Irama dentuman paku bumi yang bertalu- talu terdengar bersahutan dengan debaran jantungnya, seperti sedang menghantam kepalanya dan ingin mengubur Viola hidup- hidup. Tak pernah dia merasa demikian tertekan dalam hidupnya.

 

Seorang pengendara ojol duduk di atas motor tepat di depan mukanya, tangannya mengacung menyodorkan sebuah kantong plastik besar berlogo hoka- hoka bento.

 

“ Mbak?” Si Abang Go food memanggil untuk kedua kalinya. Dia melepas kacamata hitamnya demi melihat lebih jelas perempuan cantik manis dengan rambut berbuntut kuda yang matanya mengarah kepada dia namun entah ke mana pikirannya. Mata perempuan itu membalas tatapannya, namun tatapannya kosong seperti mata orang buta. Bibir tipisnya yang merah marun bergerak- gerak, komat kamit seperti sedang bertengkar dengan seseorang di dalam lamunannya.

 

“ MBAAKK.” Si Abang Go food memanggil lebih keras sambil melambaikan tangan tepat di depan hidung perempuan itu.

 

“ HAH !” Perempuan itu berseru kaget sambil mengguncang keras kepalanya. Seperti cocktail shaker di tangan bartender. Abang Go food ikut terlonjak, hampir terjatuh dari jok motornya. Seketika seluruh bayangan mengerikan itu hilang. Langit masih putih dengan matahari yang terasa menggigit kulit, debu halus masih seperti biasa menyelimuti jalan dan trotoor di depan apartemen. Sayup- sayup terdengar suara dentuman monoton paku bumi yang bertalu talu, sepanjang hari sepanjang malam. Mengejar target proyek agar sesuai janji.  

 

“ JANGAN NGAGETIN DONG BANG !” Viola marah dan protes keras. Alis Viola menyatu di tengah, bibirnya monyong seperti kuncup bunga. Dengan kecepatan kilat dia menyambar kantung plastik itu dan berjalan masuk ke dalam kompleks apartemen. Mimpi buruk di kepalanya pecah bagaikan balon tertusuk jarum, namun awan hitam masih bersemayam di dalam hati. Kenyataan yang harus dia hadapi mungkin lebih buruk dibandingkan mimpinya barusan. Sial, benar benar sial, kenapa selalu hanya orang- orang di sekelilingnya yang beruntung. Viola ingin menjerit saking kesalnya.

 

“ EHH MBAK, TUNGGU DULU MBAK. BAYAR DULU.” Si Abang Go- food berteriak kencang dan membuat seluruh orang yang berlalu lalang memutar kepala memperhatikan.

“ Hahh? Ini belum dibayar?” Viola melongo.

“ Belum, ini lihat.” Si Abang memperlihatkan layar ponsel yang menerangkan bahwa tagihan tidak dibayar melalui aplikasi.

 

Lihat selengkapnya