Megan sudah berdiri di depan kantornya, rapi dengan kemeja hitam dan blazer berwarna krem. Dari jauh dia melihat mobil putih milik Indra mulai menikung masuk ke blok kantor. Masih pagi, matahari masih bersinar malu- malu, sepanjang jalan di blok itu hanya ada beberapa orang berseragam kantor yang berjalan santai. Di dalam kantor Megan, pegawai yang sudah masuk belum ada setengahnya. Masih ada setengah jam sebelum jam kerja di mulai, namun Megan seperti sudah tak sabar untuk memulai bekerja. Dia menegakkan tubuh ketika melihat mobil itu mendekat, semakin dekat mobil itu semakin terangkat ujung bibir Megan. Ada sebuah perasaan hangat yang menyelimuti, mengalahkan hangatnya sinar matahari, ketika melihat mobil itu muncul perlahan dan melaju mendekat.
Dia berlari mendekati mobil putih itu, bahkan sebelum mobil itu berhenti. Dan langsung membuka pintu depannya.
“ Halo, met pagi.” Indra tersenyum menyambut begitu Megan menaiki mobil. dia tampak rapih dengan kemeja batiknya, siap untuk bekerja mencari penumpang. Kulinya yang coklat tampak kontras dengan batik berwarna kuning, senyumnya segar dan matanya berseri saat melihat Megan melalui kaca depan yang di turunkan. Tidak biasanya dia bangun sepagi ini. Namun khusus pagi ini, dia bangun jauh lebih awal dan menyediakan waktunya secara khusus untuk mengantar Megan ke berbagai departemen, sekaligus menjemputnya pulang.
Megan tersenyum riang melihat orang yang akan mengantarnya seharian ini. Sesuai dengan jadwal kegiatannya, hari ini dia akan pergi ke tiga departemen, dan dua kantor pengacara. Dia akan sibuk seharian di luar kantor, maka ia memanfaatkan hal ini untuk sekalian menyewa mobil untuk seharian. Melihat wajah segar Indra yang menyambutnya dengan ramah, membuat dia yakin ini akan menjadi keputusan yang sangat tepat.
Dia ikut tersenyum, dan melompat naik, duduk di samping Indra. “ Halo, met pagi. Jalannya udah tahu semua belum?”
Indra meletakkan tangannya di atas alis, memberi hormat kepada Megan. Kemudian dengan suara tegas mengatakan, “ semua siap Nona Megan. Nona tinggal duduk tenang, mau tidur juga boleh. Ini, sengaja aku siapin minuman untuk seharian.” Dia mengeluarkan beberapa kaleng minuman ringan bersoda, beberapa botol jus jeruk, dua bungkus biskuit dan sekantong besar kentang goreng. Dia seperti sedang mempersiapkan diri untuk berpiknik.
Megan tertawa tergelak melihat semua itu. “ eh, gila. Kamu mana bisa untung kalo belanja untuk jajannya sebanyak ini.”
“ Untung kok. Masih untung hanya segini, khilaf nya belum keterlaluan.”
Maka dimulailah perjalanan mereka hari itu. Diiringi dengan kumpulan musik dari armada dan cakrakhan untuk menutupi bunyi mesin kala macet melanda, pembicaraan di antara mereka mulai mencoba untuk membuka tabir kehidupan masing- masing. Nyalak klakson dan raungan mesin yang dibetot tidak lagi terasa mengganggu kala kata demi kata yang keluar dari mulut masing- masing lebih menyita perhatian.
“ Kamu aslinya dari mana? ” Indra bertanya.
“ Aku dari Medan.”
“ Aku dari Palembang. Sudah berapa lama kamu di Jakarta?”
“ Baru tiga bulan. Kamu?”
“ Aku sudah hampir tiga tahun. Menjadi taksi online sejak bulan pertama di sini.”