Pagi berjalan dengan perlahan. Namun tetap tidak menunggu hingga tanpa terasa matahari telah memancarkan warna putih yang mulai menghangatkan kulit. Wajah Viola jelas masih sembab oleh tekanan rasa malas, kalau bukan karena Pupu yang loncat ke kasur dan menganggap perutnya sebagai trampolin, mungkin dia masih pulas. Di antara mereka bertiga, praktis Viola adalah yang paling santai. Dia tidak pernah tahu apa yang harus dia kerjakan hari ini. Kalaupun ada suruhan, biasanya hanya hal- hal remeh seperti mengirimkan dokumen, meneruskan surat, atau sedikit melakukan edit pada berbagai dokumen.
Megan seperti biasa, sudah siap namun masih duduk santai di kursinya. Dhea masih sibuk berberes, mondar mandir antara kamar mandi dan kamar tidur. Viola duduk diam di atas kursi plastiknya dengan kepala terkulai, matanya hanya segaris, bertahan antara sadar dan tidur. Tak peduli kepada Pupu yang sengaja duduk di atas telapak kakinya sambil bersuara menguik seperti anak babi, kode keras meminta makanan.
“ Hei Ola, santai kali kau ini. Anak kau minta makan itu.” Dhea berjalan lewat dengan kening berkerut memperhatikan Viola yang masih mengenakan baju tidur.
“ Iya, gak apa- apa. Mumpung raja setan belum pulang, santai dulu.” Viola bergumam setelah itu kepalanya kembali terkulai lemas.
Dhea untuk terakhir kali mematut diri di depan cermin, memeriksa seluruh perlengkapannya kemudian langsung meluncur pergi.
“ Gan, Ola, aku jalan dulu yah.” Sebelum kedua temannya menjawab dia sudah lebih dulu membuka pintu dan berjalan pergi. Kapsul kotak yang membawanya turun masih tersendat di setiap lantai, membuat perjalanan turun ke lantai dasar merayap pelan. Tiba di lantai dasar kapsul itu langsung lebih lengang, namun Dhea masih menunggu di dalam. Dia masih harus menunggu beberapa saat hingga lift membawa dia menuju tempat parkir di basement.
Pintu kapsul membuka di lantai basement dan dia langsung disambut hangatnya udara bawah tanah yang selalu terasa agak pengap akibat sirkulasi udara yang kurang lancar. Gorong- gorong yang berada dekat di atas kepala semakin mengurangi ruang yang tersedia bagi udara segar. Pipa besar berbagai warna yang saling bersilang dan bertumpuk turut mengambil peran untuk menghangatkan udara di bawah tanah. Semua itu masih ditambah dengan panasnya mesin kendaraan dan asap buangannya yang bertumpuk di langit- langit yang rendah, menghitamkan setiap pojokan plafon, dan menambah sumpeknya udara di sana. Dhea selalu ingin secepatnya masuk ke dalam mobil ketika berada di lantai bawah tanah, karena panas dan juga ada aroma yang tidak enak untuk dihirup.
Dhea masih harus berjalan melalui beberapa deretan mobil sebelum tiba di tempat dia meletakkan mobilnya. Ketika dia mendadak mencium aroma wangi cendana bercampur coklat yang pekat dan sangat menarik indera penciumannya, hingga dia tak kuasa menahan untuk memutar kepala dan mencari sumber aroma tersebut.
Hari masih cukup pagi, di lantai khusus parkir itu tidak terlalu banyak orang yang berlalu lalang, hanya ada satu orang yang berdiri cukup dekat dengan Dhea untuk mengalirkan aroma parfum khas pria itu hingga tercium oleh hidungnya. Membuat sukmanya melayang bagai beruang mencium wangi madu. Sosok yang berada cukup dekat itu sedang berdiri di samping sebuah mobil hitam yang pintu depannya terbuka. Wajahnya tidak terlihat karena dia sedang menunduk dengan setengah tubuh bagian atas masih berada di dalam mobil, kelihatannya sedang berusaha mengambil sesuatu di bawah jok mobil.
Jarak antara Dhea dengan mobilnya masih dua blok, untuk tiba di mobilnya dia harus berjalan melewati mobil hitam yang pintunya terbuka itu kemudian menyeberangi satu ruas jalan satu arah di pelataran parkir itu. Semakin dia mendekati mobil hitam itu, semakin pekat aroma cendana bercampur coklat itu tercium. Namun wajah si pemilik masih tersembunyi, membungkuk dengan setengah badan atas di dalam mobil. Dhea hendak berjalan melewati mobil hitam itu dari sebelah kiri, sedangkan pria itu menunduk di pintu sebelah kanan.
Ketika tubuh pria itu menegak, mata Dhea terbelalak. Pria itu bertubuh jangkung, mengenakan kemeja lengan panjang berwarna putih yang sangat pas di tubuh atletisnya. Bayang- bayang gelap akibat bulu yang tumbuh halus di kedua sisi wajahnya memanjang hingga hampir mencapai dagu, seperti coklat beras ditabur di atas roti tawar yang baru dibakar, rasa panasnya menyengat hingga ke dalam hati Dhea. Rambutnya yang hitam tebal dengan potongan belah tengah yang berombak di bagian pinggir bagaikan riak air yang dapat menghanyutkan jiwa. Angin bertiup sepoi melambaikan rambut belah tengah yang berombak itu, bagaikan David Hasselhoff yang sedang berdiri di atas menara penjaga pantai. Jangan tanya dari mana datangnya angin itu.
Yang pasti Dhea terpesona, dia terhanyut ke dalam sebuah terowongan waktu yang memperlambat seluruh gerakan, di mana seluruh objek penglihatan menyusut menjadi hanya ada mobil hitam dan pria itu, yang sekarang bediri tegak dan dengan gerakan super lambat mengangkat kepala membalas pandangan matanya.
Cessssss !
Pandangan mata mereka bertemu bagaikan tetesan air dingin yang bertemu dengan besi yang panas membara, tetesan air itu lenyap tak berbekas hanya menyisakan sedikit uap yang langsung sirna diterpa angin. Matanya yang hitam kelam bagaikan sumur yang tak berdasar seperti menyedot sukma Dhea ketika pandangan mereka bertemu. Daya tarik magnet masih kurang untuk menggambarkan alangkah kuatnya daya sedot mata hitam legam itu, mungkin lebih tepat jika disebut daya tarik bulan. Jika air laut saja tak kuat menahan daya tarik itu, apalagi kepala Dhea yang seperti terpaku ke satu tempat.
Dhea sudah bersiap untuk mengibaskan rambut panjangnya yang tergerai, ingin menunjukkan pesona yang maksimal, ketika sebuah batu semen yang menjadi penanda batas aman parkir kendaraan menghakimi pandangan matanya yang kurang waspada. Sepatu tumit tinggi yang ia kenakan menginjak semen setinggi mata kaki itu tepat pada bagian yang agak miring, tanpa dapat tertahankan tubuhnya langsung doyong dan tersuruk ke depan.
BRUKK !!
Dhea terjatuh dengan posisi tubuh yang miring, kepalanya menghantam pintu kiri mobil hitam itu. Kepalanya berkunang- kunang, pandangan matanya menjadi agak buram. Selain kepala bagian kanan yang terasa sakit, selebihnya terasa seperti baru bangun tidur. Kepala berat, dan seluruh tubuh terasa malas bergerak.