Gambar itu menempati hampir seperempat dari koran di halaman depan. Gambar seorang pemuda yang sedang menunduk di depan sebuah meja, tangannya memegang pulpen dan sedang menandatangani sebuah notes bersampul emas yang sebesar album foto. Di atas gambar itu tertulis besar- besar : Suntikan Dana Sebesar 32 T Kepada Grup Bumi Putera Developer. Artikel itu menjadi berita utama di sebuah tabloid ekonomi hari itu.
Kemudian di bawah artikel yang menjadi berita utama itu ada sebuah artikel yang lebih kecil, mengenai serba serbi si pemilik dana raksasa yang bisa dibilang misterius. Artikel kecil itu disertai dengan sebuah foto yang lebih kecil. Memperlihatkan si pemilik dana yang masih muda dan tampan, dengan jas tuxedo yang mewah.
Pemuda tampan itu sedang tersenyum menawan sambil menatap seorang gadis bergaun biru yang tepat berdiri di sampingnya, yang matanya seperti sedang mengantuk dan menatap kosong ke sisi yang berlainan. Tubuh gadis itu doyong, dengan leher tertekuk bagaikan antena yang kesulitan mencari signal. Tubuhnya yang melengkung terlihat sangat jelas menunjukkan keinginannya untuk rebahan.
Brak !! Sraakk !!
“ Eh, kenapa kau ?” Megan terkejut, koran yang barusan ia beli dirusak dan hendak dirobek oleh Viola.
“ Eh, bocor halus kau. Sabar lae, kita belum baca ini.” Dhea merebut koran itu dan menjauhkannya dari jangkauan tangan Viola.
“ Sini korannya. Wartawan bedogol, aku sedang jelek kali malah dia foto.” Viola ngamuk besar melihat fotonya yang berwajah seperti hansip yang bergadang tiga malam tanpa tidur.
“ Jangan korannya yang kau robek. Ada jutaan koran yang seperti ini. Tenang lah, juga tak ada yang mau lihat kau kawan.”