Membuyarkan lamunan Anita, Candra kemudian menyela, "Kita gak jadi pergi, Nit?"
Anggita mendelik ke arah Candra yang berada di belakang mereka. "Kalian ada janjian?" tanyanya pada Anita.
Anita tak menjawab pertanyaan Candra maupun Anggita, fokusnya ada pada gadis cantik berkaki jenjang di depan sana. Sepertinya ia sedang mencontohkan gerakan-gerakan cheers pada anggora baru yang akan ditampilkan di pertandingan mendatang.
"Misi kak, bisa panggilin Kak Yuni, gak? Ada yang mau aku tanyain," pinta Anita pada salah seorang kakak kelas yang sedang istirahat.
Kakak kelas itu cuma mengacungkan jempol, beranjak dari duduknya dan menghampiri Yuni. Ia berbisik seraya menunjuk pada Anita. Yuni melihat Anita beserta Candra dan Anggita di pinggir lapangan kemudian mengistirahatkan anggotanya.
Seketika raut wajah tegas di depan junior-juniornya berubah rileks. Anita yakin ketika ia menanyakan maksudnya sebentar, ekspresi itu akan kembali berubah.
"Ada perlu sesuatu?" Sang Primadona Sekolah mendatangi ketiganya dengan langkah yang mantap. Sesekali ia melap keringatnya dengan handuk kecil yang dibawanya.
Memiliki tinggi di atas Anita juga Anggita dengan postur tubuh bak model membuat aura dominasi Yuni terasa nyata. Anita sedikit mendongak hanya untuk berbicara pada kakak kelasnya itu.
"Kak Yuni, tadi ketemu Nuril, kan?"
Benar saja, ekspresi Yuni sontak menjadi sinis. Primadona sekolah itu bersedekap dan balik bertanya. "Emang apa urusanmu kalau aku ketemu si biang kerok itu?"
Mendengar ucapan Yuni, Anggita langsung meremas tas Nuril karena kesal. Untungnya dia masih bisa mengontrol emosinya. "Sekarang kita nyariin Nuril. Dan katanya Kak Yuni yang terakhir sama Nuril! Kakak ngapain sama Nuril tadi?"
Yuni menatap remeh Anggita kemudian Anita. Bahkan Candra tak dianggap kehadirannya. Suasana hati Yuni makin memburuk hanya dengan mendengar mereka menyebut nama Nuril.
"Denger ya, aku samperin teman kalian itu karena dia nyebarin fitnah tentang aku sama Mario! Emang dia pikir dia siapa?! Beraninya main belakang! Kebetulan banget Pak Arya datang, kalau nggak udah habis tuh anak!" cerita Yuni penuh emosi. Beberapa anak cheers yang duduk tak jauh dari mereka sempat menengok dan memperhatikan keributan kecil itu.