Apavarga

H.N.Minah
Chapter #9

8

Anita datang ke sekolah pagi-pagi sekali. Hanya ada satu dua orang yang tak begitu memperhatikannya. Namun, bukannya langsung ke kelas, ia berbelok menuju gedung sekolah yang terletak paling belakang, berdekatan dengan gedung laboratorium.

Niatnya, ia ingin mengurung diri di sana hingga bel masuk berbunyi. Sebab bisa dipastikan jika ia ke kelas, kepala-kepala yang dipenuhi rasa ingin tahu itu akan mengerumuninya seperti semut.

Sayangnya, Anita mendapati garis polisi mengelilingi gedung itu. Ya, benar sekali. Gedung perpustakaan. Bagaimana bisa ia tidak memikirkan kalau TKP kejadian kemarin pasti akan ditutup. Jadi, ia hanya bisa mendecak kesal. Merutuki kebodohannya.

Seperti ada yang menariknya, Anita berjalan mendakati kolam yang telah dikuras habis. Genangan darah yang kemarin ada di samping kolam sudah tidak ada. Bersama dengan kamboja biru dan papan peringatan itu. 

Tiba-tiba seseorang menepuk bahunya, membuat gadis itu terperanjat. Untung saja ia bisa mengimbangi tubuhnya sehingga kecelakaan kecil yang mungkin terjadi bisa terhindarkan.

"Nak, kepala sekolah melarang orang-orang mendekati tempat ini," tegur petugas kebersihan sekolah yang sangat dikenal Anita, Pak Majid.

"Maaf, Pak. Tadinya saya mau ke perpus sebelum masuk kelas."

"Kemarin ada kejadian mengerikan di sini. Kabarnya, mayat murid itu ditemukan mengambang di kolam ini. Sampai sekarang kasusnya masih ditangani polisi karena itu perpustakaan untuk sementara waktu tidak dibuka," jelas Pak Majid panjang lebar.

"Kabarnya?"

Pak Majid tertawa sekilas. "Iya, Nak. Saya juga cuma dengar dari orang-orang yang cerita. Soalnya kemarin saya izin gak masuk."

Gadis itu ikut tertawa canggung. Tidak tahu saja kalau Anita termasuk saksi mata kejadian itu. "Kalau begitu saya ke kelas ya, Pak!"

Pak Majid hanya tersenyum dan ikut berlalu dari gedung itu.

~~~

Anita mengecek jam di smartphone-nya. 06.42. Masih ada sekitar 30 menitan lebih sebelum bel masuk berbunyi. Bersamaan dengan itu, ia melihat ikon pesan WA. Karena mengaktifkan mode diam, ia jadi tak menyadari pesan masuk beberapa menit lalu.

Candra. 'Kamu ke sekolah hari ini?'

Anita segera mengetik 'Ya' sebagai balasan dan kembali mengantongi smartphone-nya.

Belum ingin ke kelas, Anita mencari tempat sepi lainnya. Dan pilihannya jatuh kepada toilet.

Entah mengapa Anita sangat menghindari orang-orang saat ini. Melihat seseorang seketika membuatnya merasa lelah. Ditambah lagi ia kesulitan tidur semalam. Gadis itu mulai menyesali keputusannya untuk masuk sekolah. Namun, seandainya ia mengambil jatah izinnya, bisa saja ia menyesali pilihannya tidak ke sekolah.

Dan di sinilah ia berada. Toilet perempuan.

Anita merobek kertas selembar dan menulis dengan huruf besar-besar. TOILET INI RUSAK! Kemudian menempelkannya ke salah satu pintu toilet. Untunglah, kenop pintunya bisa dikunci dari dalam. Jadi, untuk sementara waktu ia bisa tenang di sini.

Ketika sedang asyik bermain gim, dua pesan dari Candra kembali masuk.

'Kupikir kamu gak masuk'

Lihat selengkapnya