Candra, "Bunga kedua berada di atas genangan darah."
"Berarti korban selanjutnya akan berdarah-darah?" Raya meringis jijik membayangkan kondisi korban selanjutnya. Apa benar seperti itu? Semoga saja tidak!
Ryan, "Kira-kira apa yang terjadi pada seseorang hingga tergenang darah?"
"Mengiris urat nadi, lompat dari ketinggian." Anita berpikir sebentar. "Ditabrak?"
Candra juga Si Kembar Emas sontak memandang Anita. Seandainya Anita sedang mengikuti cerdas cermat, ketiganya yakin gadis beriris madu itu akan mendapatkan poin seratus.
"Jadi, ada tiga kemungkinan metode kematian. Tapi, korban selanjutnya masih acak. Persamaan korban sebelumnya hanya jenis kelamin dan dalam lingkup SMA kita," tutur Raya seraya mencatat poin-poinnya di kertas.
Tak mau didahului Anita, Ryan dengan semangat berkata, "Kemungkinan besar korban selanjutnya perempuan!" Diikuti anggukan setuju dari ketiganya.
Hingga kedatangan Delia, keempatnya masih berkutat mencari petunjuk lain yang bisa membantu penyelidikan mereka. "Kalian lagi belajar bareng buat ujian semester ya?" Sekilas gadis dengan kacamata tebal itu melihat coret-coretan di tengah lingkaran Anita cs. Namun, belum sempat melihat seluruhnya, Candra dengan sigap membalik kertas itu.
"Emang ujian udah dekat? Kapan?" tanya Ryan.
"Dua minggu depan kan, makanya kita gak diliburin lagi setelah kasusnya Nuril, padahal waktu Bu Dwi kita dapat jatah tiga hari," jelas Delia sambil membereskan buku-bukunya ke dalam tas.
"Tumben bawa tas ke kelas."
"Gak ke kelas, aku mau pulang. Bu Nadia izin, Bu Dwi yang biasanya ngisi jamkos belum ada gantiin." Delia melenggang santai, meninggalkan senyum semringah di wajah Ryan. Menjadi teman sekelas Delia membuat Ryan juga Raya otomatis tak perlu masuk kelas.
"Aku juga kayaknya pengen pulang." Anita segera beranjak dari tempatnya duduk sebelum tiga orang lainnya mendengar gemuruh di perutnya. Memikirkan kasus bunuh diri Bu Dwi dan Nuril ternyata cukup membuat energinya terkuras habis. "Makasih buat tumpangannya."
"Jangan sungkan buat main ke sini lagi." Raya tersenyum mengiringi kepergian Anita yang dibalas anggukan santai.