"Pagi, Semua! Masih pada semangat?!" sapa Selena dengan riang yang dibelas teriakan antusias dan tepuk tangan.
"Pastinya dong! Gimana teka-teki kemarin? Udah ada yang nemu jawabannya?" tanya Jihan seraya mengarahkan mikrofon ke penonton.
Seruan 'belum' terdengar lebih jelas. Namun, samar-samar ada pula menjawab 'sudah'.
"Oke, buat yang belum dapat, dipikir-pikir lagi apa sih maksud teka-tekinya?! Kali aja ada di sekitar kalian!"
"Bener banget, bisa jadi barang itu hampir setiap hari kalian lihat, kan?"
Suara bisikan dan diskusi kembali terdengar, tetapi segera teredam ketika Selena berkata, "Oke, sebelum melanjutkan lomba hari ini, Jihan akan membacakan soal teka-teki kedua."
"Dicatat ya, soalnya ini agak panjang. Aku akan mengulang dua kali setiap petunjuknya. Mulai, ya! Aku sudah ada sejak sekolah ini berdiri. Namun, karena suatu hal aku pernah digantikan. Aku selalu memperhatikan kalian meskipun terkadang kalian seringnya mencuekiku. Tak apa, untungnya aku memiliki mental keras lagi kuat. Benar-benar keras loh! Aku tak bohong. Walaupun begitu, hatiku merasakan kegembiraan jika mendapati anak cerdas juga baik dan merasakan kepedihan jika mendapati anak nakal. Oh iya, aku suka ketika cuaca sedang berawan atau mendung karena sinar matahari membuatku gerah dan silau sementara hujan malah terasa dingin. Sayangnya aku tak bisa memakai payung dengan jaket. A-ha-a-a—"
Ketika Jihan selesai membaca soal, semua terdiam. Bahkan si pembaca soal sendiri ikutan membisu. Satu pertanyaan pasti di benak semua orang.
"Siapa pembuat soal ini?!"
"Tapi, di sini benar-benar tertulis, A terus garis datar terus huruf h dan a, garis datar, huruf a, garis datar, huruf a dan garis datar sebagai penutup!" seru Jihan keheranan.
"Oke-oke! Itu soalnya ya, teman-teman. Jawaban dari soal ini hanya satu bagian cuma di bagian itu terdapat 5 kupon hadiah. Seperti kemarin, aturan mainnya sama. Ingat jaga sporitivitas! Dan sambil kalian pikirkan jawabannya, jangan lupa semangatnya saat mengikuti lomba. Oke~?!" Untunglah Selena dengan sigap mencairkan suasana.
"Oke!!" teriak semuanya kompak.
"Soal teka-teki terakhir akan dibacakan setelah ishoma nanti, jadi stay tune, ya!" seru Jihan disertai kedipan mata.
Semuanya bertepuk tangan dengan meriah disertai siulan yang bersahut-sahutan. Lomba-lomba kembali digelar seperti sediakala.
Sesuai jadwal hari ini, lomba cerdas cermat individu digelar paling pertama sebab mengingat pesertanya yang serempak dan sangat banyak. Pun matahari belum terlalu terik sehingga peserta tidak akan kepanasan.
"Pertanyaan pertama!" Seorang lelaki membacakan soal cerdas cermat individu yang diikuti hampir seratus orang. Papan tulis kecil, spidol dan tisu kecil telah dibagikan kepada seluruh peserta. Semua nampak antusias menjawab soal yang diselingi candaan dari lelaki humoris itu.
Anita pun sama. Bedanya, jika di depan sana berfokus pada soal lomba, maka Anita fokus pada teka-teki itu.
Ada tiga kali ia membaca ulang soalnya dan hanya meninggalkan tanda tanya besar di kepala. Ini lebih sulit dibanding kemarin. Namun, kesan pertama yang dirasa Anita adalah seperti ia mendengar curahan hati kepala sekolahnya. Gadis itu malah tertawa kecil memikirkannya.
"Ngetawain apa tuh? Kasih tau dong!" bisik Candra.
Anita berteriak kaget mendengar bisikan juga wajah yang berbisik itu. Gadis itu hanya bisa tersenyum kecut sambil berucap 'maaf' pada orang-orang yang ikut bernaung di bawah pohon dan menarik lengan Candra untuk mengikutinya.
"Kamu dari mana?" tanya Anita prihatin.
"Gak dari mana-mana."