"Musik!!" Suara Haikal kembali menggema di lapangan basket dan lagu dangdut yang menjadi pengiring final lomba rebut kursi mengalun dengan syahdu. Tampaknya sepeninggal Anita, lomba cerdas cermat individu telah selesai.
Anita tak bisa melihat secara jelas jalannya perlombaan sebab dari tempatnya sekarang terhalang sekumpulan orang yang bersorak atas nama Yuni. Namun, bisa dipastikan ada dua belas finalis yang merebutkan kursi pemenang.
Sayangnya, kehebohan penggemar Yuni harus berhenti saat idola mereka tak mendapat kursi dan harus menerima jika primadona sekolah itu berada di peringkat 7. Anita bisa melihat raut wajah gadis itu ketika meninggalkan lapangan bersama penggemarnya. Kosong dan hampa. Mengingatkan Anita pada Candra sewaktu di kafe dulu.
"Apa kalah dari perlombaan akan semenyedihkan itu?" batin Anita. Yah, mental orang kan beda-beda. Jadi, gadis beriris madu itu hanya bisa menikmati perlombaan yang masih berlanjut.
Anita ingin kembali ke kelas untuk istirahat, tetapi merasa tanggung sebab perlombaan itu tampaknya akan segera selesai. Setelah ini jadwal untuk ishoma dan akan dilanjutkan lomba berikutnya.
Rasanya Anita tak sabar mengetahui soal teka-teki ketiga. Apakah akan sesulit yang kedua atau malah akan jauh lebih sulit? Haa ... memikirkannya saja membuat gadis itu gereget.
Panggilan Haikal untuk panitia membuat Anita tersadar dari lamunannya. Ia segera mendekat dan menunggu arahan dari ketua cabang lomba itu.
"Tim yang bertugas harap merapikan kursi yang sudah dipakai setelahnya bisa istirahat. Nanti sore kalian balik lagi ke sini," perintah Haikal kemudian melanjutkan mengecek daftar pemenang lomba.
"Siap, Kak!" jawab para anggota panitia termasuk Anita.
~~~
Seteleh beres-beres, Rina, teman setim Anita mengajak gadis itu untuk makan siang bersama yang lain. Merasa tak ada yang mau dikerja juga, maka ia mengiyakan tawaran itu. Lagipula tidak ada panggilan atau sekedar pesan dari Candra. Mungkin lelaki itu masih tidur saking capeknya.
Setelah menghabiskan seporsi mi ayam komplit serta es teh, sekonyong-konyong Anita merasa kantuk yang tak tertahankan. Gadis berkuncir itu izin pamit duluan. Namun, tak lupa ia menunjukkan id-cardnya pada penjaga kantin yang hanya dibalas jempol.
Tidur. Hanya itu yang ada di benak Anita. Rasanya ia bisa melawan siapa saja jika ada yang menghalanginya. Gadis itu sangat lelah dan terakhir kali ia merasakannya adalah saat mengetahui kedua orang tuanya tak akan bisa bersama lagi.
~~~
"Maaf mengganggu tidurmu, Nona. Tapi, kita sudah sampai tujuan." Samar-samar Anita melihat siluet wajah yang berada sangat dekat. Tiba-tiba gadis itu terlonjak dari pembaringannya, lupa jika tadinya ia tidur di atas kursi yang dijejer longgar.
Untung saja Anita sempat berpegangan pada kepala kursi sehingga tragedi jatuh dengan tidak elit bisa terhindarkan. Ia menatap pemilik siluet itu dan menemukan Candra sedang tersenyum–hampir tertawa.
"Sebenarnya aku tak tega membangunkanmu, tapi aku takut kamu akan ketinggalan acara," ucap Candra seraya bangkit dari jongkoknya.
Anita belum sepenuhnya sadar dari tidurnya. Ia mengedarkan pandangan dan mendapati ruang kelasnya sudah kosong. Hanya ada mereka berdua. Gadis itu melihat Candra sudah berganti pakaian dengan wajah yang jauh dari pemandangan tadi pagi. Sepertinya gantian dia yang memiliki penampilan semrawut.
"Kamu sudah lama di sini?" tanya Anita.
Candra sontak melihat jam tangannya dan menjawab, "Tidak terlalu."
"Sudah jam berapa?"
"Jam lima lewat enam."
Terkejut mengetahui sudah sesore itu, Anita jadi kalang kabut. Bagaimana dengan lomba selanjutnya? Siapa yang bertugas di lapangan? Dan yang paling penting, apa soal ketiga teka-teki itu?!
Di antara semua pikiran-pikiran itu, Anita malah berkata dengan kalem. "Kalau begitu aku akan izin ke Kak Haikal untuk pulang dulu."
"Mau kutemani?"
"Gak usah, kasihan yang lain menjelang acara inti pasti banyak yang mau dipersiapkan. Aku juga gak bakal lama kok," tolak Anita halus.
Candra merogoh kantong celananya dan memberikan kunci motor. "Kamu pakai ini, parkirnya di tempat biasa. Soal Kak Haikal biar aku yang izinin."