Apavarga

H.N.Minah
Chapter #24

23

Setelah merasa aman dari pandangan petugas itu. Candra mengambil ponselnya kemudian menghubungi Ryan. "Kalian di mana?"

"Lantai dua kelas sebelas." Suara Ryan terdengar ngos-ngosan. "Kita udah cek lantai satu yang kemungkinan jadi lokasi Delia live, tapi kita nggak nemu apa-apa."

"Oke kalau gitu, aku sama Anita cari di lantai dua kelas dua belas," balas Candra.

"Sip, langsung kabari kalau ada sesuatu, oke!"

"Kamu juga." Candra menutup telepon lalu kembali menyenteri sekitar mereka.

"Kita ke gedung kelas dua belas aja, soalnya Ryan sama Raya sudah periksa sekitar sini dan mereka nggak nemu apa-apa!" jelas Candra.

Anita kembali mengangguk paham. Entah mengapa, ia jadi malas mengeluarkan suara lantaran peristiwa menjijikkan tadi.

Keduanya menaiki tangga dalam keheningan malam. Candra melihat gadis itu belum terlalu fit. Khawatir terjadi sesuatu pada Anita, Candra menggandeng tangannya dan berjalan berbarengan.

Sementara menaiki tangga, Anita tiba-tiba terdiam. Pun Candra ikutan berhenti melangkah.

"Kenapa, Nit? Apa ada sesuatu? Ada yang sakit?" tanya Candra cemas.

Anita menggeleng. Ia menatap Candra dengan intens, sedangkan yang ditatap sedemikian rupa malah gugup sendiri.

"Sepertinya aku tau lokasi Delia," ucap Anita. "Cuma di tempat itu terdapat boks listrik yang kuncinya tidak terlepas."

"Di mana?"

Anita berkata dengan yakin. "Belakang panggung aula!"

Candra juga Anita segera menuruni tangga dan ketika mendengar suara jeritan dari arah tujuan mereka sekarang, sontak keduanya berkata dengan kompak. "Raya!"

Tak butuh waktu lama, mereka berlari menuju aula sekolah. Di tengah jalan keduanya malah berpapasan dengan Raya dan Ryan yang tampak kelelahan.

"Aku dengar suara teriakan cewek. Itu kamu?" ucap Ryan pada Anita.

"Bukan, justru kita kira tadi itu teriakannya Raya," jelas Anita.

"Bukan, itu juga bukan aku," elak Raya seraya melambaikan tangan dengan cepat.

Tentu saja hal itu mengundang tanda tanya di benak Anita, Candra, Ryan dan Raya. Daripada rasa penasaran terus menghantui, tanpa ragu mereka mendatangi sumber suara.

Lihat selengkapnya