Apavarga

H.N.Minah
Chapter #29

28

Saat itu juga, Anita mengatakan pada Candra jika ia ingin ke kantor polisi. Menurut kabar yang dibawa Candra, ternyata sudah ramai di grup angkatan juga, Pak Arya dibebaskan sebab kurangnya bukti yang memberatkan guru olahraga itu.

Anita sampai tak habis pikir, bagaimana mungkin orang yang sudah jelas-jelas keluar dari lokasi kejadian malah dibebaskan dari tuduhan? Apa mereka tak mendalami kasus sebagaimana mestinya?

Gadis itu sampai sepakat dengan komentar salah seorang teman angkatannya yang mengatakan bahwa Pak Arya mungkin saja memiliki kenalan berjabatan tinggi. Sontak wajah sedih Pak Mus juga kerabat teman-temannya yang ditinggalkan mengusik benaknya.

"Nit," tegur Candra. "Santai, oke?"

Dahi Anita yang semula berkerut dipenuhi beban pikiran, seketika mulai mengendurkan ketegangan di wajahnya. Anita menoleh pada Candra yang menyetel AC agar hawa di mobil itu lebih sejuk, sementara lelaki itu masih setia memperhatikan jalan di depan sana.

"Kayaknya kamu jauh lebih cemas dibanding aku deh," balas Anita. Walau berusaha tampak tenang, iris madu gadis itu melihat genangan air di sudut mata Candra yang sedikit lagi akan tumpah. Anita tak menyangka kalau Candra memiliki hati yang lembut.

"Maaf, tapi kalau lihat orang panik, aku juga ikutan panik! Mana pas kamu naik tadi wajah kamu udah pucat banget lagi." Walau mengakui dirinya dilanda kepanikan, Candra membelokkan mobil dengan mulus di antara himpitan kendaraan lainnya. "Tadinya aku mau batalin ke kantor polisi, tapi kamu pasti bakal marah ke aku."

Mendengar jawaban Candra, seluruh emosi negatif yang membayangi Anita kian memudar dan perlahan menghilang. Candra benar-benar tahu bagaimana cara membuatnya terhibur.

"Nop! Nggak bakalan aku marah sama kamu cuma gara-gara itu," ucap Anita dengan senyum tipis. "Tapi, aku bakal pergi sendirian kalau kamu nggak mau temenin aku!"

Candra sontak terbatuk dan melihat ke arah Anita. "Nah, kan, nggak mungkinlah aku biarin kamu pergi sendiri ke sana! Padahal hasil pemeriksaan akan dirilis dalam waktu dekat mengingat kasus ini lumayan viral di internet."

"Dan membiarkanku mati penasaran? Can, dalang di balik kasus ini udah ketangkap dan dia malah dibebaskan hanya karena kurang bukti?!" Anita memijat dahinya karena pening yang melanda tiba-tiba. "Mereka harusnya memeriksa kasus ini lebih dalam lagi!"

Candra tak lagi membalas ucapan Anita. Ia mengetahui dengan pasti kekecewaan yang melanda gadis itu. Kehidupan sekolah yang tak lagi tenang. Teman-teman juga guru dan pegawai sekolah yang meninggal penuh kejanggalan. Apa lagi pelakunya yang malah lolos dari jerat hukum.

Ternyata, bukan hanya mereka yang ingin mengetahui alasan di balik dibebaskannya Pak Arya. Parkiran dipenuhi oleh mobil-mobil dari wartawan yang siap berburu berita terkini. Benar yang dibilang Candra, kasus ini sedang viral.

Untungnya, Anita dan Candra sudah beberapa kali ke tempat ini sehingga keduanya mengetahui seluk-beluk jalanan yang membawa mereka ke tempat tujuan. Ketika ingin berbelok di sebuah lorong, bahu keduanya ditepuk dari belakang. Membuat mereka tersentak kaget. Bahkan Anita harus menutup mulutnya agar suara teriakannya tidak menggelegar.

"Loh, kalian? Adik-Adik ini saksi kejadian di SMA Harapan Pertiwi, kan?" tegur petugas dengan tanda pengenal bertuliskan Rina. Polwan cantik yang sempat menjaga sekolahnya waktu itu.

"Eh, iya, Bu," jawab Anita sedikit gugup. 

"Kalian ada perlu apa? Bukannya permintaan keterangan saksi sudah selesai?"

"Iya, emang sudah kemarin, Bu," timpal Candra.

"Tapi, kami dapat kabar kalau guru olahraga kami yang diduga sebagai pelaku malah dibebaskan. Kalau boleh tahu, di bagian mana Bu tempat untuk menanyakan terkait hal itu?" Anita berusaha bertanya sejelas mungkin. Bisa saja polwan di depannya ini ada informasi penting terkait hal yang dicarinya.

"Oh itu, kebetulan saya termasuk dalam tim investigasi. Kalian mau tanya apa?"

Mengetahui hal itu, Anita tersenyum dalam hati. Mereka tak perlu mencari jauh-jauh. Langsung saja, gadis itu menanyakan perihal paling penting di lubuk hatinya. "Mengapa Pak Arya dibebaskan?"

"Terduga pelaku, dalam kasus ini bernama Arya Purnomo alias AP, dibebaskan karena hasil olah TKP menyatakan jika korban bernama Majid Saleh alias MS melakukan bunuh diri," jelas Bu Rina.

Mencermati penjelasan Bu Rina, ada ketidak relaan di hati gadis itu. Namun, sekelebat obrolan terakhirnya dengan Pak Majid membuat Anita sedikit menerima. 

Lihat selengkapnya