"Nita! Anita," teriak Candra seperti hari-hari sebelumnya.
Namun, bukannya gadis kecil yang keluar, malah seorang pria dewasa dengan wajah bengis. "Cari siapa kamu?!" bentaknya pada Candra.
Dibentak tiba-tiba membuat Candra kicep, tetapi itu tak membuatnya berhenti. "Anita ada, Om?"
"Dia tidur siang, kamu jangan manggil-manggil dia lagi!" Kemudian pria dewasa itu masuk sambil membanting.
Walau pulang dengan tangan kosong, Candra tak berputus asa. Keesokan harinya, ia datang lagi. Kali ini pria dewasa itu sudah berani mengusirnya dengan kasar hingga sebuah tamparan menyapa pipi kecilnya. Tak sampai di situ, Candra masih datang mencari Anita. Hari-hari berikutnya pun sama hingga Anita sendiri yang keluar.
Betapa prihatinnya Candra ketika melihat kondisi Anita. Kurus kering dengan wajah yang kehilangan sinar kehidupan. Rambutnya acak-acakan dan beberapa lebam menghiasi tangan dan kakinya. "Jangan ke sini lagi. Aku sudah tak mau berteman denganmu," ucapnya dengan sayu kemudian masuk ke dalam rumah.
Candra akan memanggil Anita, tetapi langsung dihardik oleh pria dewasa itu. "Pulang sana! Awas kalau ke sini lagi, nggak selamat kamu!"
Setelah kejadian itu, Candra tak lagi pernah menemui Anita. Bukan karena keinginannya, tetapi Bapak Bos mendapat ancaman dari pria dewasa itu. Ternyata, pria yang menjadi ayah tiri Anita merupakan ketua preman di wilayah itu.
~~~
Candra baru kembali menemui Anita ketika kejadian menggeggerkan itu tersebar hingga ke seluruh pelosok daerah. Kejadian bunuh diri yang mengakibatkan tewasnya sepasang suami istri, sementara seorang anak perempuan berakhir kritis.
Candra mendatangi rumah sakit tempat Anita dirawat. Meskipun Anita melupakan dirinya karena amnesia yang dialami, hal itu tak membuat semangat Candra surut. Malah rasa bersalah yang menghantuinya karena meninggalkan sahabatnya dalam penyiksaan.
"Halo, Nit. Aku datang lagi," sapa Candra pada Anita yang masih terbaring di ranjang rumah sakit.
Candra menatap sedih pada kondisi Anita. Seluruh kepalanya tertutupi kain kasa yang menyebabkan orang lain tak akan mengenali gadis itu. Juga pada kabel-kabel yang tersambung pada mesin guna menopang kehidupannya.
Ia tak habis pikir bagaimana bisa orang tua mengajak darah dagingnya sendiri bunuh diri. Namun, jauh di lubuk hatinya yang terdalam, Candra bersyukur atas kejadian itu sebab Anita bisa bebas dari kekangan ayah tirinya yang bejat.
Sebenarnya Candra ingin menemani Anita hingga siuman, tetapi ia tidak bisa berlama-lama menjenguk sebab Bapak Bos tidak mengizinkan. Usaha yang dijalankan orang tua angkatnya itu sedang berkembang sehingga membutuhkan tenaga anak-anaknya.
Sebelum meninggalkan Anita, Candra mengecup kening gadis itu dan berkata, "Cepatlah bangun, ada sesuatu yang ingin kuperlihatkan padamu."