Planet Apeno. Padang Gurun Dinamarsirang
Langkah dan langkah, dengan panas terik menghujam tubuh mereka. Jejak-jejak kaki terlihat jelas di pasir Gurun tandus yang terbentang sangat luas menandakan seseorang terus berjalan tanpa henti. Verto berusaha untuk tetap kuat ketika terik matahari berusaha untuk membuatnya jatuh. Ia berusaha bertahan untuk perempuan yang berbaring lemah di punggungnya
"Ini sudah sangat jauh," seseorang yang berbaring di punggung Verto dengan beberapa luka tebasan di punggungnya berusaha bersuara cukup keras agar bisa didengar pria yang menggendongnya, "kita tidak akan dikejar prajurit manusia itu di sini. Anda menghapus jejak-jejak kaki berjarak tiga jam sebelumnya bukan. Lebih baik tinggal kan aku."
Verto menjawab perkataan perempuan itu dengan nada datar, "Anda lebih baik diam saja, putri nakal."
"Aku Kaisar sekarang,"
"Anda tetap seorang putri dalam pandanganku," balas pria bermantel abu-abu dengan kedua tangannya semakin mempererat genggaman pada kedua kaki perempuan itu yang melingkar pada tubuhnya
Tidak ada jawaban dari perempuan itu beberapa saat hingga suaranya membuat pria itu berusaha mengendalikan ekspresinya. Vertya berucap dengan nada lemah, "Verto. Anda tahu, bahwa aku akan mati."
"...."
Vertya mempererat genggamannya pada baju belakang Verto, "Dan untungnya, aku tidak mendengar nyanyian ibuku. Setidaknya, aku akan menemani anda untuk beberapa saat."
"...."
"Aku tidak ingin meninggalkan anda di sini. Aku tidak ingin anda menyaksikan kematianku."
Verto mendengus setelah mendengar perkataan, "Dan aku membawamu ke sini. Di mana Manusia itu akan sangat sulit menjangkau posisi kita. Kamu lebih baik meninggal di tempat ini daripada aku membawamu ke tempat indah yang pada akhirnya 'Manusia' itu akan membawa tubuhmu"
Kejam, perkataannya sangatlah kejam jika orang lain mendengarnya.
Tetapi Vertya tersenyum lemah setelah mendengar perkataan rekannya
Tidak, Verto adalah sahabatnya
"Aku tidak bisa berdiam diri ketika diriku membuat seseorang harus menemaniku di tempat panas seperti ini." ujarnya setulus hati, "Dan aku tidak enak hati membawa masalahku kepada rekanku."
"...."
"Seharusnya kamu meninggalkan ku di tempat itu dan lari menyelamatkan diri. Count Verto II"
"......"
"Ella, Pault akan sangat menghawatirkan mu," lanjut perempuan itu dengan nada lemah, "anda tahu bahwa aku akan sebentar lagi tiada"