Apoge

Kinalsa
Chapter #15

Fase 3.4

“Gue enggak ditawarin masuk?”

Cerise mengurungkan niatnya untuk memasuki rumah. Dia sempat mengembuskan napas lelah sebelum membalas, “Udah sore. Apa kata tetangga?”

Langit tertawa kecil di balik helm full face yang kacanya terbuka. “Baru juga asar.”

Cerise hanya memutar bola matanya dan hendak kembali berbalik ketika Salad meneriakkan namanya, disusul kehadiran gadis SMP itu seraya menggendong Mueeza. Mueeza yang melihat keberadaannya dan orang asing, langsung melompat turun untuk berputar-putar di sekitar kaki Cerise, kode ingin digendong yang Cerise kabulkan.

“Ini pacar Kak Cerise?” Salad bertanya dengan suara pelan yang masih dapat Langit dengar.

“Bukan.”

“Calon pacar.” Langit menimpali sedetik setelahnya.

“Wah, keren banget!” Salad bergumam tanpa sadar dengan mulut terbuka. Matanya menatap Langit tanpa berkedip yang membuat Cerise mendengkus, pusing menghadapi orang-orang yang terlalu berlebihan menilai Langit.

“Salad, pulang sana. Mata kamu masih terlalu dini buat rusak,” usir Cerise sambil mendorong paksa bahu Salad agar pergi menjauh.

Sebelum menghilang, Salad sempat berteriak sambil melambaikan tangan, “Bye, kakak ganteng!”

Tangan Langit balas melambai kemudian kembali memandang Cerise, masih dengan duduk di atas motornya. “Kucing lo? Hi, Anggora!” sapanya dengan tubuh sedikit menunduk, menyejajarkan wajahnya dengan Mueeza.

“Ini persia, bukan anggora,” koreksi Cerise.

“Oh.” Langit mengangkat bahunya takacuh.

Mueeza mengeong keras sebagai sapaan balasan pada Langit lalu memalingkan wajah. Langit menggeleng kecil, menatap bergantian majikan dan peliharaan tersebut sambil berpikir dalam hati, “Emang dasar buah kalau jatuh suka deketan.”

“Besok berangkat bareng gue, ya.”

Cerise mengembuskan napas berat, lagi. Tatapannya menghunus Langit intens. “Enggak. Udah, ya, gue bisa pulang-pergi sendiri. Lo enggak usah manja ke mana-mana harus ditemenin.”

Cerise pura-pura lupa bahwa selama ini pun dia tidak bisa pergi ke mana-mana tanpa ditemani siapa-siapa. Seringnya, Rafan yang menjadi korban.

“Kalau gitu, mulai besok dan seterusnya, lo pulang bareng gue.” Langit memutuskan sepihak kemudian buru-buru melanjutkan saat Cerise hendak protes, “Pulang bareng gue seterusnya, atau pulang-pergi sama gue selama satu tahun. Pilih mana?”

Cerise menekan kuat-kuat gigi atas dan bawahnya yang bertubrukan, menahan gemas. Belum sempat dia menjawab, Langit sudah terlebih dahulu berkata, “Oke, pilihan pertama.”

Lelaki itu menstarter motornya dan sempat mengacak rambut Cerise sebelum pergi. “Sampai jumpa, Nona Jingga!”

Lihat selengkapnya