Hari ini, 2 April. Queen kembali bekerja di club seperti biasa. Ia masih memikirkan sosok yang kemarin malam tak sengaja ia tangkap. Sedari jauh, ia memerhatikannya secara mendetil dan kenyataannya benar. Objek itu adalah pengharapannya yang masih berlanjut bahkan setelah tiga tahun berlalu. Objek yang diyakininya bernama Athala adalah sahabat sekaligus kekasihnya dulu, sesaat sebelum Athala menghilang entah ke mana.
Semalam tanpa sengaja Athala juga menangkap sosok Queen. Namun, Queen terlanjur keluar dari mini market itu. Queen yang pada saat itu terkejut pun menjadi keluar begitu saja dan melupakan apa yang ingin ia beli di sana. Bila saja ia tidak pengecut, ia pasti sudah kembali bertemu dengan bintang jatuhnya, tapi Queen segera sadar dan menjauh. Mereka berada di tingkat yang sudah berbeda.
“Athala...,” Queen bergumam lirih.
“Siapa Athala?”
Queen menoleh dan mengusap dadanya perlahan. Suara itu cukup untuk mengejutkannya lagi. “Rama!” teriak Queen, sedikit kesal, sedangkan Rama mengambil tempat di sebelahnya. Tatapan matanya meminta penjelasan lebih lanjut.
“Percuma. Diceritakan pun kau tak akan tahu.”
“Justru itu aku penasaran. Siapa Athala? Adikmu?”
Queen menggeleng. Haruskah ia bercerita tentang Athala pada Rama? Queen berpikir sejenak. “Kau bisa beri jaminan apa agar tidak buka mulut?”
“Aku? Tentu saja jabatanku.”
“Bukannya jabatanmu memang sudah dipertaruhkan semenjak kau menginjakkan kakimu di sini?”
Rama tertawa, menambah 20 persen ketampanannya. Queen melirik dan tesenyum manis.
“Hancur sekalipun aku tak peduli asal aku bisa bersamamu, Queen.”
“Sudahlah. Aku serius.”
Rama mengerti. Mode yang saat ini harus ia pasang adalah mode serius. Jadilah ekspresi wajah Rama menjadi jauh lebih tenang dari sebelumnya.