"Rikaaa lama sekaliii," bentak Robi. Di sini kerja cepat diperlukan, tidak ada yang bertele-tele. Merekalah tim laksana bagian Apsara yang bertugas sebagai tim pemusnah.
"Sebentar lah, Rob, tunggu regenerasiku selesai," keluh Rika karena rekan timnya yang selalu tergesa-gesa. Segera setelah itu, mereka berdua melayang cepat meninggalkan lokasi.
Tak lama waktu berselang, para prajasena tiba menyaksikan kehancuran yang terjadi hanya dalam semalam.
"Pasti orang-orang itu lagi," gumam Tirta, dia seorang kepala prajasena di area tersebut. Segera mereka mengumpulkan barang bukti dan mengamankan lokasi.
"Sebenarnya, tim macam apa mereka ini? Ada pembunuh berantai seperti Damar yang berkali-kali tertangkap namun lolos dari penjara. Kini ada lagi Apsara yang selalu menjadi topik yang cukup gencar dibincangkan warga. Tak ada yang tahu target mereka selanjutnya siapa, di mana, kapan, dan seperti apa. Mereka layaknya hantu yang menari-nari di atas kematian orang lain, entah itu penimbun harta, seorang dermawan, pejabat, mafia, bahkan kadang tuan tanah yang tak tahu apa-apa yang menjadi incaran mereka," pikir Tirta saat melakukan melihat korban-korban yang bergelimpangan.
Seperti biasa, pagi itu kota dipenuhi dengan aktivitas. Pasar yang sesak, bising suara vimana, beberapa di antaranya ada yang bisa terbang di angkasa, mengarungi dan menyelami samudera. Ada juga yang sekadar vimana biasa yang berjejal di jalan menuju tujuannya masing-masing. Di antara itu, ada sebuah bangunan megah penuh isak tangis karena peristiwa semalam. Sosok bertopeng yang berkelebat kemarin sungguh mengerikan; satunya seolah binatang yang tak bisa mati, satunya lagi sosok seram yang bisa membelah diri membantai seluruh manusia yang ingin lari dari tempat itu. Begitulah cerita dan laporan dari orang-orang yang berhasil selamat dari pembantaian itu. Hari ini, Sukma yang sedang bertugas sebagai dokter pun cukup keteteran karena banyaknya korban terluka dari insiden kemarin. Sementara itu, di tempat kejadian perkara, reporter bernama Eka yang baru saja selesai meliput berita acaranya, dan sedang istirahat bersama kru. "Eh, tak biasanya kamu agak lemas begini," sapa Danu pada Eka.
"Maaf ya, kemarin kurang tidur," sahut Eka. Tak lama kemudian, ada pesan suara masuk ke gadget Eka.
"Sayang, gimana kerjanya? Baik-baik kan di tempat? Maaf ya, tadi gak sempat bikin sarapan. Kamu pagi-pagi banget sih berangkat," suara istri Eka terdengar dari gawai yang membuat reporter lain mulai senyum-senyum membicarakan Eka.
"Masih mesra aja, Mas Eka!?" sapa Pak Bobi yang merupakan kameramen dan kepala kru.