Di chapter sebelumnya ....
Dan di saat semuanya tengah asyik mengobrol, Lee Joon siuman dan sadar kembali.
"Ah ... dimana ini?"
"Aah!! Lee Joon sudah sadar Pak!”
"Jun Hyung! pelankan suara mu, nanti pasien di ruangan sebelah jadi terganggu."
"Ah maaf Pak Kim, habisnya Lee Joon si batu es jurusan kita sudah siuman."
Namun Lee Joon kembali melototi si Park Yoona, kali ini dengan raut wajah bingung dan berkata padanya.
"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"
"Ah ...? apa maksudmu pas Aku menab-"
"10 tahun yang lalu! apa kamu pernah bersamaku?"
Suasana hening seketika saat Lee Joon tiba-tiba memotong dan menanyakan Park Yoona tentang kejadian 10 tahun yang lalu.
Keesokan harinya ... Rabu 15 April 2025.
"Brrmm ... brrmm ... brmmr ...," suara getaran dari handphone Lee Joon.
Lee Joon keluar dari kamar mandi dengan handuk yang masih menggantung diatas kepalanya dan rambutnya yang masih lembab.
"Halo?" ucap Lee Joon.
"Ah Lee Joon? kenapa lama sekali mengangkat teleponnya, ini Aku, cepat buka pintunya," jawab suara yang ada di handphone Lee Joon.
"Hah?! Pak Kim? tunggu dulu, buka pintu? apa maksud Bapak?" jawab Lee Joon yang bingung.
"Hah ... padahal Aku sangat mengkhawatirkan mu, cepat buka pintunya atau Aku dobrak sekarang juga!" jawab Pak Kim.
"Memangnya sejak kapan Bapak tahu alamat rumahku?" tanya Lee Joon pada Pak Kim.
"Kalau begitu biaya perbaikannya kau tanggung sendiri ya, hiaa!!" jawab Pak Kim.
Bukk!!
30 Menit kemudian ....
Di ruang tamu rumah Lee Joon, Lee Joon sedang mengobati luka memar dibahu Pak Kim setelah dia mencoba mendobrak pintu rumah Lee Joon.
"Aku tidak percaya, ternyata Bapak sungguh tahu alamat rumahku dan mendobrak pintu rumahku, ya ... walaupun yang hancur bahunya Pak Kim," ucap Lee Joon pada Pak Kim.
"Diam kau, ini semua karena kau terlalu dingin, dan aku sebagai dosenmu tentu harus bertanggung jawab pada setiap mahasiswa dan itu termasuk kau juga," jawab Pak Kim yang kesal.
"Yah ... aku sih tidak apa-apa dengan kehadiran Bapak yang tiba-tiba ini, tapi kenapa Bapak juga membawa mereka? (Jun Hyung dan Park Yoona)," ucap Lee Joon sambil menoleh ke arah Jun Hyung dan Yoona.
Ternyata Pak Kim tidak datang sendirian, beliau juga mengajak teman satu kelasnya Lee Joon dan satu lagi mahasiswi baru yang masuk pada tahun ini, Park Yoona.
"Jangan begitu, sebagai tangan kanannya Pak Kim-"
"Sejak kapan kau menjadi tangan kananku?!" potong Pak Kim menjawab perkataan Jun Hyung.
"Mungkin sejak Bapak mempercayakan acara ospek jurusan kita tahun ini padaku, heheh," jawab Jun Hyung dengan tertawa kecil.
"Apa kau mau aku gagalkan dimata kuliahku? Jun Hyung?!" ucap Pak Kim dengan wajah serius.
"Ah lupakan yang tadi Pak, Pak Kim mana ada tangan kanan, beliau tak memerlukannya kan Pak, hehe," jawab Jun Hyung dengan bercanda.
"Jadi maksudmu Aku ini buntung?! kalau begitu nilaimu dimata kuliahku akan menjadi E," ucap Pak Kim pada Jun Hyung.
"Pak Kim! tapi Aku tidak bermak-"
"Jun Hyung! jangan membuat Aku sakit kepala, lebih baik kau diam atau Aku akan membocorkan contekan UAS mu padaku yang kemaren,” potong Lee Joon terhadap Jun Hyung yang berisik.
"Lee Joon!! ah kalian berdua ... dosen sama muridnya sama saja, yang satunya batu es dan yang satunya batu nisan," sentak Jun Hyung spontan karena mendengar rahasia contekanya diungkapkan oleh Lee Joon.
"Pulang sana!" ucap Pak Kim dan Lee Joon pada Jun Hyung.
"Ah ... Aku akan diam, maafkan Aku, anggap saja Aku ini arwah gentayangan," jawab Jun Hyung dengan nada sedih.
Melihat tingkah laku mereka bertiga, itu sedikit membuat Park Yoona terkekeh senyum menahan tawa, namun tawa kecilnya Park Yoona tak sengaja dilihat oleh Lee Joon.
"Kenapa kau tersenyum? apa ada yang lucu?" tanya Lee Joon pada Yoona dengan dingin.
Tawa Park Yoona hilang seketika ketika Lee Joon bertanya dengan dingin dan raut wajah yang serius.
"Hei, cobalah tidak dingin pada semua orang, kau dulu tidak seperti ini," ucap Pak Kim pada Lee Joon karena melihat Yoona yang terdiam.
"Bapak tahu apa tentangku," jawab Lee Joon datar.
"Anak ini memang susah diatur," ucap Pak Kim.
"Apa Pak Kim tahu tentang masa lalunya Lee Joon ya?" gumam Park Yoona dalam hatinya.