Jum’at 24 April 2025 ....
Sekitar pukul 08.00 pagi, Mereka sampai di puncak. Semuanya turun dari mobil dan berkumpul disebuah padang rumput.
“Baiklah semuanya, bawa barang-barang kalian jangan sampai ada yang tertinggal,” teriak Jun Hyung pada semua mahasiswa baru.
“Baiklah, disini kita akan mendirikan tenda, tolong bagi yang laki-laki silahkan ambil tenda dari bagasi bus, dan yang perempuan silahkan cari tempat mendirikan tenda perkelas,” ucap Pak Kim pada semua mahasiswa baru.
Semua mahasiswa baru pun bergerak mengerjakan tugasnya masing-masing, namun berbeda dengan panitia dan dosen, tenda mereka cukup besar dan hanya satu. Pak Kim pun menyuruh Jun Hyung dan Lee Joon untuk mendirikan tenda panitia disisi lain.
“Hei, kalian berdua cepat dirikan tenda kita, Aku akan mencari tempat yang cocok,” Ucap Pak Kim pada Jun Hyung dan Lee Joon.
Lee Joon dan Jun Hyung pun pergi mengambil tenda di bagasi bus, dan lagi-lagi ia bertemu dengan Pak supir yang sempat minum kopi bersamanya semalam.
“Apa kalian juga membutuhkan tenda?” tanya si Pak supir pada Lee Joon.
“Iya Pak, tenda untuk panitia,” pungkas Jun Hyung pada si Pak supir.
“Oh tenda panitia, sebentar, kalau tenda panitia tidak ada dibagasi yang ini, tunggu sebentar ya, Aku rasa Aku meletakkannya di bagasi samping,” ujar Pak supir.
Selang beberapa saat, Pak supir datang dengan tas besar segi empat.
“Ini, karena ukurannya yang besar dan cukup berat Aku kesulitan mengeluarkannya dari bagasi, maaf kalian lama menunggu ya,” ucap Pak supir pada Lee Joon dan Jun Hyung.
“Baik Pak, terimakassih. Kalau begitu kami permisi,” ucap Jun Hyung pada si Pak supir dan mengajak pergi Lee Joon.
“Ah tidak apa-apa,” jawab Pak supir.
“Jun Hyung, kamu pergi duluan saja, Aku ada urusan sebentar dengan Pak supir,” sambung Lee Joon pada Jun Hyung.
“Tapikan ini berat, apa kamu tidak tega melihatku seperti ini,” jawab Jun Hyung.
“Tolong pergi cepat, nanti Pak Kim menggagalkan kita di semester ini, apa kau tidak mau lulus,” ucap Lee Joon pada Jun Hyung.
“Kalau begitu cepatlah, kami juga butuh bantuanmu untuk mendirikan tenda besar ini,” jawab Jun Hyung.
“Baiklah, Aku akan segera kesana setelah selesai,” ucap Lee joon.
Jun Hyung pun pergi meninggalkan Lee Joon dan Pak supir itu di bus. Mereka pun masuk ke bus untuk mengobrol.
“Jadi ... apa yang mau katakan? Apa kau berubah pikiran terhadap perempuan itu?” tanya Pak supir pada Lee Joon.
“Tidak bukan itu, tapi sebelum itu bisakah kau menutup pintu bus ini,” jawab Lee Joon.
“Oke baiklah, sepertinya ini adalah percakapan penting sampai kau menyuruhku untuk menutup pintu bus segala,” Pak supir pun menutup pintu bus.
“Aku tidak akan bertele-tele, jadi apa Bapak tahu buku apa yang Aku baca semalam?” tanya Lee Joon dengan wajah serius.
“Buku yang kau baca semalam? Oh itu ... Aku tidak tahu karena judul bukunya tertutup kursi didepanmu, memangnya kenapa? Aku kira kau ingin mengatakan sesuatu yang penting,” jawab Pak supir.
“Aku akan berterus terang sekarang, apa Bapak tahu buku Tragedi Laut Merah Asia Tenggara?” tanya Lee Joon dengan wajah tegang.
Mendengar apa yang dikatakan oleh Lee Joon, Pak supir itu tiba-tiba menutup mulut Lee Joon dan berkata.
“Maafkan Aku, tapi jika kita teruskan sekarang mungkin akan berbahaya, Aku akan memberitahumu hal yang sebenarnya, jadi datanglah temui Aku setelah semua orang telah tidur,” bisik Pak supir ditelinga Lee Joon.
Lee Joon hanya mengangguk dan Pak supir melepaskan dekapannya dari mulut Lee Joon. Selang beberapa saat nampak Lee Joon keluar dari bus dan pergi untuk membantu Jun Hyung mendirikan tenda.
Setibanya Lee Joon di tempat Pak Kim dan Jun Hyung ia melihat tenda sudah selesai didirikan, Lee Joon pun menghampiri mereka.
“Maaf, sepertinya Aku terlambat,” ucap Lee Joon yang tak enak.
Pak Kim menyodorkan minuman kaleng pada Lee Joon dan berkata padanya.
“Apa kamu melihat ingatanmu yang hilang itu lagi?” tanya Pak Kim pada Lee Joon tanpa menoleh padanya.
“Itu.. aku juga bel-“
“Apa Pak dosen ada disini?” ucap seorang mahasiswi baru yang tiba-tiba datang dan memotong perkataan Lee Joon.
“Bukannya kamu temannya si cerewet,” ujar Lee Joon yang melihat mahasiswi yang menghampiri mereka tak alian adalah si So Min teman dekatnya si Yoona.
“Si cerewet?!” ucap Jun Hyung dan Pak Kim bersmaan.
“Itu ... si Yoona pingsan Pak, kami tidak kuat membawanya kesini karena anak laki-laki semuanya sedang pergi mencari kayu bakar di hutan,” pungkas So Min yang cemas memikirkan Yoona.
Mendengar hal itu, Lee Joon langsung pergi menarik lengan So Min dan berkata.
“Cepat beritahu Aku dimana tenda kalian,” tanya Lee Joon pada So Min sambil pergi menariknya.
“It-itu disana, itu tenda kami yang warna merah,” jawab So Min dengan malu karena lengannya yang dipegang oleh Lee Joon cowok tertampan di jurusannya.
Sesampai mereka ditenda Lee Joon langsung mengangkat Yoona dan membawanya ke tenda panitia untuk diperiksa. Saat perjalanan mereka ke tenda panitia, Yoona yang masih didekapan Lee Joon tiba-tiba bergumam.
“Ibu ... Ibu ... jangan lawan ular itu,” gumam Yoona dalam keadaan pingsan.
Lee Joon yang mendengar itu sontak sempat terhenti sejenak.
“Ular?!” gumam Lee Joon dalam hatinya.
Mereka akhirnya sampai ditenda panitia yang sudah ditunggu oleh Pak Kim dan Jun Hyung.
“Bagaimana keadaan si cerewet?” tanya Jun Hyung pada Lee Joon.
“Sudahlah cepat periksa dia, aku tidak punya waktu meladeni omong kosong mu itu Jun Hyung,” jawab Lee Joon dengan tatapan serius.
Pak Kim dengan muka datar melihat Jun Hyung dan menyuruhnya untuk memeriksa Yoona.
“Bukk!” Pak Kim memukul Jun Hyung dengan tanganya.
“Aduh, kenapa Bapak memukulku?” tanya Jun Hyung pada Pak Kim.