Aqila Family

M.ALKAHFI
Chapter #6

Chapter 6

1 minggu kemudian ... didalam kelas jurusan sastra Indonesia ....

“Terimakasih atas kerja keras kalian semua, Bapak harap hasil penelitian kalian ini dapat mengubah masa depan Korea untuk lebih maju dan berkembang lagi. Jangan lupa untuk datang besok pagi karena kita akan menggelar gladi untuk wisuda kalian, apa ada pertanyaan sebelum Saya pergi?” ucap Pak Kim pada semua mahasiswa dikelas itu.

“Tidak Pak ...,” saut semua mahasiswa yang ada dikelas.

“Baiklah, kalau begitu Saya pergi dulu, dan jangan lupa besok,” ucap Pak Kim lalu pergi meninggalkan kelas.

Kelas pun bubar lebih awal karena tak ada lagi yang harus mereka pelajari, semuanya hanya menunggu hari H wisuda. Lee Joon pergi meninggalkan kelas bersama Jun Hyung dan menuju ke parkiran.

Ditengah perjalanan mereka, Lee Joon dan Jun Hyung bertemu dengan Park Yoona dan temannya So Min.

“Wah ... tak kusangka kami akan bertemu dengan junior kami yang dipanggil cerewet oleh Lee Joon, apa itu panggilan sayang kalian? haha,” ucap Jun Hyung meledek Lee Joon dan Yoona.

“Diam kau badut garing!” saut Yoona dengan kesal.

“Apa! badut garing? apa katamu? kami ini adalah senior kalian,” ucap Jun Hyung menjawab Yoona.

“Jun Hyung! Aku tidak membelanya tapi apa yang dia katakan itu benar, kau seperti badut garing,” sambung Lee Joon.

“Apa! apa maksudmu Lee Joon sialan,” ucap Jun Hyung.

“Hei Yoona, bukannya kau terlalu berlebihan,” ucap So Min pada Yoona.

“Diamlah kalian berdua!” ucap Lee Joon dan Yoona bersamaan.

Jun Hyung dan So Min pun terdiam dan hanya membeku disebelah temannya, Lee Joon dan Yoona.

“Bisakah kita bicara berdua saja?” tanya Lee Joon pada Yoona.

Yoona sempat tersentak dan tak menduga dengan apa yang Lee Joon katakan.

“Ada apa? Apa ada yang ingin kau katakan? kenapa tidak katakan disini saja,” jawab Yoona pada Lee Joon.

“Kau ini sangat keras kepala, ayo ikut Aku,” ucap Lee Joon dan menarik lengan Yoona membawanya pergi meninggalkan Jun Hyung dan So Min.

Jun Hyung dan So Min terpaku beberapa saat sebelum mereka mumutuskan untuk berpisah.

Di atap kampus ....

“Lepaskan tanganku Aku bilang!” ucap Yoona sambil menarik tanganya yang dipegang oleh Lee Joon.

“Aku tidak akan basa-basi lagi-“

“Memang kapan kau pernah basa-basi? sifatmu yang dingin dan mulutmu yang tajam itu ... Aku baru tahu kalau ada manusia sepertimu, memangnya ayah dan ibumu tidak pernah mengajarimu sopan santun hah!” ucap Yoona dengan kesal dan emosi.

“Jika Aku tahu, Aku tidak mungkin seperti yang kau katakan,” jawab Lee Joon dengan tatapan serius pada Yoona.

Yoona tersentak dan baru menyadari bahwa Lee Joon mengalami amnesia, ia merasa sudah kelewatan dan melampaui batas dengan perkataannya barusan, Yoona yang tak enak pada Lee Joon pun meminta maaf pada Lee Joon.

“Maafkan Aku ... Aku sudah kelewatan, Aku tidak bermakssud-“

“Tidak apa-apa,” saut Lee Joon memotong permintaan maaf Yoona.

“Apa?” ucap Yoona yang tak menyangka dengan reaksi Lee Joon itu.

“Aku bilang tidak apa-apa, itu bukan salahmu, kamu marah karena Aku menarikmu tiba-tiba dan membawamu kesini, wajar saja kamu marah bahkan kita tidak pernah berkenalan dengan benar walaupun kita sudah sering bertemu. Aku memakluminya,” ujar Lee Joon pada Yoona.

Perkataan Lee Joon itu membuat Yoona terdiam dan hanya menatap Lee Joon yang terkena pancaran sinar matahari, karena Yoona setinggi  bahu Lee Joon jadi Yoona sempat merasa silau melihat Lee Joon dengan sinar matahari yang menyinarinya.

“Hei! apa ada sesuatu diwajahku?” tanya Lee Joon pada Yoona.

“Ah? tidak, tida apa-apa,” saut Yoona yang tersadar dari diamnya.

“Aku ingin bertanya satu hal padamu,” ucap Lee Joon pada Yoona.

“Apa yang ingin kau tanyakan, jangan bilang kau ingin menanyakan kalau Aku sudah punya pacar atau belum,” pungkas Yoona pada Lee Joon.

“Haha ... kau ini terlalu percaya diri, kamu bukan tipeku, dan jangan salah paham, Aku hanya ingin menanyakan apakah kau punya kembaran atau sejenisnya,cuma itu,” jelas Lee Joon pada Yoona.

Yoona yang mendengar Lee Joon mengatakan bahwa dia bukanlah tipenya merasa harga dirinya telah tersakiti, dan ia membalas perkataan Lee Joon.

“Apa? bukan tip, wahh ... kau juga jangan terlalu percaya diri, mentang-mentang kau punya wajah tampan itu dan tubuhmu yang seperti tiang listrik-“

“Apa katamu? tiang lis-“

“Hei Lee Joon, kamu juga bukan tipeku, dan jangan harap ada wanita yang akan terpikat oleh tiang listrik sepertimu dengan sifat dinginmu itu, dan satu hal lagi, kembaran? Aku tak tahu kenapa kau menanyakan hal ini tapi Aku ini hanyalah anak tunggal, kalau itu saja yang ingin kau tanyakan lebih baik Aku pergi, selamat tinggal tiang listrik,” ujar Yoona dan pergi meninggalkan Lee Joon di atap kampus sendirian.

“Apa? tiang listrik, dasar kurcaci sialan! tapi Aku baru tahu kalau dia adalah anak tunggal. Berarti wanita yang mirip dengannya yang ada diingatanku mungkin tidak ada hubungannya dengan dia, hahh ... Aku menyia-nyiakan waktuku, sebaiknya Aku pulang dan memberi makan Blacky,” gumam Lee Joon dan pergi pulang kerumahnya.

Dirumah Lee Joon ....

Lee Joon tengah mebuka kaleng makanan kucing dan si Blacky yang menggesek-gesekkan kepalanya di kaki Lee Joon.

“Meoong ....”

“Iya Aku tahu kau lapar, maafkan Aku karena belakangan ini Aku terlalu sibuk dan melupakanmu, Blacky,” ucap Lee Joon bicara pada kucing hitamnya itu.

Setelah memberi makan Blacky, Lee  Joon masuk ke kamarnya dan hendak mengganti pakaiannya dan baru dia teringat dengan map itu!. Lee Joon pun mebukanya dan menemukan hal yang ia duga.

“Inikan! dokumen dan arsip dana keuangan kelompok mafia, dan ada logo yang sama persis dengan tatto di punggung Pak Lim, apa ini milik ayah? mungkin ini bisa membantuku, sebaiknya aku simpan dulu sebelum menanyakannya pada Pak Lim, karena dia bilang dia adalah tangan kanan ayah, mungkin dia tahu sesuatu tentang ini,” gumam Lee Joon bicara sendiri.

Lee Joon pun menyimpan map itu lagi dan pergi mandi.

Malam harinya ... di rumah Yoona ....

Yoona tengah mengenakan masker wajah di kamarnya agar tak membuat kulit wajahnya kusam, ia tiba-tiba teringat dengan perkataan Lee Joon yang mengatakan bahwa dia bukanlah tipenya, itu sangat membuat Yoona kesal.

“Haahh! kamu bukanlah tipeku, sialan! memangnya siapa yang mau dengan cowok dingin sepertinya, ini sangat menjengkelkan,” gumam Yoona bicara sendiri sambil melihat cermin.

Selang beberapa saat, handphone Yoona berbunyi dan Yoona langsung mebuka dan melihat sebuah pesan di handphonenya.

“Huh? ini dari So Min, kenapa dia menyuruhku untuk menelponnya? kutelpon saja kali ya,” pungkas Yoona dan menelpon sahabat karibnya itu.

“Drrrt! drrrtt!”

“Halo? ada apa kau menyuruhku menelponmu?” tanya Yoona pada So Min.

Lihat selengkapnya