Lee Joon termenung seakan pikirannya kosong setelah mendengar pertanyaan dari kakeknya, banyak hal yang ia pikirkan.
“Apa kau tidak akan mengabulkan permintaan Kakekmu ini?” tanya Kakeknya untuk yang kedua kalinya.
Mendengar perkataan Kakeknya yang kedua kali, Lee Joon sadar dari lamunannya.
“A ... Aku minta maaf, sesaat Aku memikikirkan hal lain. Dan untuk permintaanmu, Aku bersedia ... Aku bersedia menerimanya, Kakek,” ujar Lee Joon menjawab tanya kakeknya dan membuat kakeknya tersenyum haru.
“Apa ada yang tidak setuju dalam hal ini?” tanya kakeknya pada forum dalam ruangan megah itu dengan tegas.
“Tidak ada Tuan Besar! keinginan dan keputusanmu adalah perintah bagi kami!” jawab semua orang dengan tegas gemuruh.
Melihat jawaban yang diucapkan oleh semua anggota keluarga, kakek Lee Joon yaitu Abdul Muthalib telah resmi menyerahkan jabatan dan mahkotanya sebagai raja dari segala raja dunia bawah pada cucu satu-satunya, yaitu tuan muda Lee Joon.
“Baiklah, dengan ini Saya akan mengetuk palunya pertanda bahwa sah dan resminya Aqila Family memiliki pemimpin baru yaitu cucu dari tuan besar Abdul Muthalib, tuan muda Lee Joon Muthalib,” ucap Pak Kim sembari akan mengetuk palu pertanda sah dan resminya Lee Joon menjadi pemimpin baru Aqila Family.
“Tok! tok! tok!” suara palu yang diketuk oleh Pak kim bergema dalam ruangan megah itu.
Semua orang berdiri dan memberikan tepuk tangan dengan meriah dan menteriakkan nama tuan muda Lee Joon. Sementara Pak Lim, Ibu Kang, Lisa ikut bertepuk tangan dari meja mereka, terutama Pak Lim yang sempat meneteskan air matanya karena terharu dengan apa yang disaksikannya.
Dua jam kemudian. Disebuah ruangan VVIP hotel tempat Lee Joon menerima tahtanya tadi. Semuanya berkumpul disana, kakek Lee Joon, Pak Kim, Miss Viola, Ibu Kang, Pak Lim, Lisa, dan orang yang menjadi pemimpin kelompok mafia terbesar di Asia dengan pengaruh yang mendunia, yaitu Lee Joon. M.
“Aku ingat kalian berdua, kalian adalah kedua tangan menantuku bukan, Lee Jae Hoon,” ucap kakek Lee Joon bicara pada Pak Lim dan Ibu Kang.
“Benar Tuan Besar, kami adalah tangan kanan dan tangan kirinya Bos. Maafkan kami karena tidak mengenali anda sebelumnya,” jawab Pak Lim sopan.
“Tapi Saya tak menyangka, Tuan Besar serasa orang korea sungguhan, karena bahasa korea Tuan Besar begitu lancar bahkan sejak saat kita pertama kali bertemu,” sambung Ibu Kang ramah.
“Haha ... kalian tahu itu karena menantuku Lee Jae Hoon, jika menantuku bukan orang korea untuk apa Aku belajar bahasa Korea,” ujar kakek Lee Joon.
Kakek Lee Joon melihat Lee Joon yang masih diam seperti memikirkan sesuatu, dan beliau tahu bahwa cucunya itu sedang banyak pikiran dan pertanyaan kepada dirinya, kakek Lee Joon pun mulai membuka hal yang selama ini masih menjadi pertanyaan dalam benak Lee Joon.
“Apa kamu baik-baik saja?” tanya kakek Lee Joon pada Lee Joon.
“Entahlah ... Aku merasa senang untuk beberapa alasan, tapi disisi lain Aku masih merasa ambigu terhadap apa yang Aku lakukan,” jawab Lee Joon tanpa melihat ke arah kakeknya.
“Aku tahu hari ini akan terjadi, jadi akan Aku jelaskan semuanya pada mu-“
Kakek Lee Joon mengangkat tangannya memotong perkataan Pak Kim yang sedari tadi sudah merasa bersalah dan tak enak pada Lee Joon.
“Biar Aku yang menjelaskannya pada cucuku sendiri, Aku yakin setelah Aku menjelaskannya padamu, mungkin sisi ambigu yang kau bilang itu akan berubah menjadi sebuah tujuan,” ujar kakek Lee Joon sembari menoleh menatap Lee Joon.
Lee Joon menghela nafas panjang, ia masih berpikir keras kenapa ia harus mewarisi tahta dari orang nomor satu didunia bawah dan kegelapan, yaitu kakeknya.
“Aku tahu Aku ini adalah manusia paling hina dan penuh dosa, tapi asal kau tahu saja bahwa ayahmulah yang merubahku, makanya Aku menitipkan anak kesayanganku satu-satunya, yaitu ibumu pada ayahmu. Aku menyelamatkan ayahmu dari misi yang ia kepalai sendiri, dan tujuan dari misi yang dijalankan oleh ayahmu itu adalah untuk menangkapku, tapi na’asnya, sebelum kami bertemu dan beradu pedang, ayahmu kami temukan sudah sekarat dan tak sadarkan diri. Kami pun menyiasati apa yang terjadi, dan kami menemukan fakta bahwa ayahmu telah dikhianati oleh teman dan negaranya sendiri,” ujar kakek Lee Joon dengan nada sayu menjelaskan.
Pak Kim, Pak Lim, ibu Kang, Miss Viola, dan Lisa hanya diam mendengarkan penjelasan kakek tua itu pada cucunya.
“Aku tahu sedikit tentang itu, karena Pak Lim sudah menceritakannya padaku,” ucap Lee Joon pada kakeknya.
“Apa kalian yakin ayahmu itu mengatakan semuanya pada kalian? ayahmu bukan orang yang seperti itu,” ujar kakeknya Lee Joon.
“Apa maksud anda Tuan Besar?” tanya Pak Lim pada kakeknya Lee Joon.
“Bahkan tangan kanannya saja tak ia beritahu, Lee Jae Hoon adalah mantan komandan pasukan khusus Korea, Aku tahu dia hanya memberitahukannya padaku dan istrinya. Musuh kalian yang sebenarnya bahkan lebih besar dan lebih kuat dari pada yang kalian bayangkan,” ujar kakek Lee Joon dengan serius.
“Apa maksud Kakek? bukankah Kakek bilang bahwa Ayah dikhianati oleh rekan-rekan tentaranya, itu berarti pihak militer Korealah yang bertanggung jawab atas kematian Ayah,” ucap Lee Joon pada kakeknya.
“Tenanglah Tuan Muda, biarkan Tuan Besar menyelesaikan penjelasannya terlebih dahulu,” saut Pak Lim menyuruh Lee Joon tenang.
“Bukankah kau butuh kekuatan untuk membalas musuh ayahmu? kau pikir Aku tidak mengetahuinya, alasan Aku menyerahkan wewenangku sebagai kepala keluarga padamu adalah untuk ini, Aku tahu suatu saat kau pasti akan mendatangiku untuk hal ini, karena ayahmu sudah menduga ini akan terjadi, jadi Aku mempersiapkan diri dan singgasana yang akan kau duduki setelah Aku, hanya itu yang bisa membantumu untuk membalas semua musuh ayahmu,” ujar kakeknya tegas.