Genevive Aliya Soeroso memasuki kelas dengan lemah, lesu, dan lunglai. Badannya sudah bau keringat dan suasana hatinya benar-benar sudah rusak. Tapi, belum saja sampai di mejanya, Ia harus berpapasan dengan pasangan lovey-dovey yang selalu cuddling tidak tahu tempat, Cinta dan Reynald. Ugh, Gen merasa mual dan ingin muntah saja di tempat saat ini juga.
“Kenapa muka lo kusut gini?” Tanya Niana, teman sebangkunya.
“Ban gue pecah, dari perlimaan sana,” jawabku tak bersemangat.
”Buset, jauh banget. Terus lo jalan?” Timpal Niana heboh.
Gen mengangguk lesu sebagai jawaban. Tiba-tiba, gadis berpipi bulat itu menyodorkan nasi bungkus dan air mineralnya ke meja Gen. “Buat lo aja, gue udah sarapan,” ucapnya.
“Makasi Ni, tapi nanti aja deh gue mual,” jawab Gen dan Ia pun merebahkan kepalanya di meja.
“Tumben banget, padahal ini nasi bungkus ke sukaan lo tau,” Niana yang tidak ambil pusing dengan Gen yang kelelahan mulai mengeluarkan bukunya dan buku fisika Gen dari tasnya tanpa permisi.
Gadis itu membolak balik lembaran dengan catatan terptong-potong khas Gen yang subhanallah acak adulnya. Berbeda dengan dirinya yang memiliki catatan rapi dengan model hand lettering seperti yang sedang booming belakangan ini. Tapi karena waktunya di habiskan untuk membuat catatan ala-ala tumblr, Niana jadi tidak punya waktu untuk mengerjakan tugas yang di berika guru. Dengan terpaksa lah Gen yang mengerjakan tugas, padahal Dia ingin menyalin saja.
“Kok baru tiga nomor sih, Gen?” Protes Niana ketika mendapati PR kamis kemarin tidak selesai di kerjakan Gen.
Gen memutar kepalanya menghadap Niana. “Hehe…Sorry gue kelepasan stalking Pangeran Arshad,” Gen memberikan cengiran kudanya kepada Niana dan gadis itu malah makin kesal dibuat Gen.
Sebuah kotak pensil berbentuk rilakuma melayang ke kepala Gen dan gadis itu spontan mengaduh kesakitan. “Kok lo ngegas sih!” Ucap Gen tidak terima.
“Gue cuma mau lo bangun, masih pagi juga. Gini ya Genevive yang baik hati dan tidak sombong,” Niana mengelus kepala Gen yang tadi Ia timpuki dengan kotak pensilnya. “Gue tau kita sama Pangeran Arshad satu kota sekarang, Dia di ITB kita di sekolah kita tercinta ini. Deket kan? Deket banget malah. TAPI LO HARUS BANGUN!!!”
“IYA SIAPA JUGA YANG LAGI TIDUR!!!” Jawab Gen sama nge-gasnya dengan Niana.
“Makanya lo jangan kebanyakan halu. Mau sedekat apa pun kita sama si pangeran, Dia gak bakal notice lo hidup.” Ucapan Niana memang ada benarnya juga, tapi karena Sembilan puluh persen dari kepribadian Gen adalah “Masa bodo” akhirnya gadis itu tidak ambil pusing dengan perkataan sahabatnya yang terdengar menyakitkan.
TRING!
Notifikasi dari ponselnya membuat Gen duduk dengan tegap. Ia sudah menduga-duga, jika bukan tawaran untuk membeli followers, ini pasti pesan tidak jelas yang di kirim tantenya di grup keluarga. Memangnya siapa lagi orang yang ingin mengganggu pagi Gen? Kan gadis bongsor ini sama sekali tidak punya pacar atau pun gebetan.
Belum genap jarum jam menunjukan pukul 9 tepat, tapi jiwa dan raga Genevive sekali lagi harus di porak-poranda kan. Kenapa? Karena seseorang membalas Direct message iseng darinya tadi pagi.
“Waalaikumsalam. Sekolah kamu jadwal pulangnya sama kaya sekolah lain kan?” itulah jawaban yang didapatkan Gen dari Pangeran Arshad.
Gadis itu pun berakhir dengan memukul kepalanya berkali-kali ke mejanya dan membuat kehebohan di kelasnya.
“ASTAGA GEN! ISTIGFAR!” Teriak Aby si ketua kelas.
“Gen, gue berenti deh nagih uang kas ke lo, tapi jangan bunuh diri gini coba,” pinta Risa, bendahara kelasnya.
“Aduh gimana nih, Gen udah kena virus corona,” celetuk Gilang, musisi kelas.
“Hush! Sembarangan aja lo,” tegur Yuki yang berdiri di samping Gilang.
Gen masih setia membenturkan kepalanya ke meja, membuat seisi kelas semakin heboh. Kepala Gen sudah di pastikan sangat sakit, tapi itu tidak seberapa di bandingkan rasa malunya saat ini.