Tak terasa, sudah sepekan, Dokter Ara, berada di Desa Oka-Oka.
Setelah semua dia persiapkan, Dokter Ara mengumumkan pada Pak Kades Solikin, kalau dia mulai terima pasien yang akan berobat ke kliniknya.
"Oh kebetulan Dok..Saya juga mau periksa. Karena belakangan ini saya sakit kepala. Migren tak sudah-sudah!" kata Kades Solikin pada Dokter Ara.
"Oh ya Pak Kades. Silakan saya mulai buka prakteknya besok, Senin pagi ya, jam 08.00 wib." sebut Dokter Ara memberi informasi ke Kades Solikin.
Pak Kades pun tak mau memberitahu soal ini ke warga. Karena, dia mau jadi orang pertama yang dicek kesehatannya oleh Dokter Ara.
"Dokter. Saya besok pagi mau daftar ya, mau berobat. Pusing kepala saya dari kemarin tak sembuh-sembuh," kata Kades Solikin lagi, beralasan.
"Iya Pak, siap," balas Dokter Ara, ramah.
***
Keesokan harinya, Dokter Ara sudah memasang papan pengumuman tentang kliniknya.
"Buka Praktek, Dokter Umum" tertanda Dokter Ara.
Beberapa warga yang melihat pengumuman itu, langsung daftar. Padahal, aslinya mereka tak sakit, alias sehat-sehat saja. Semua karena tujuan utama mereka, biar bisa ketemuan sama Dokter Ara di tempat prakteknya.
Hanya dalam hitungan 15 menitan, sebanyak 20 orang sudah mendaftar di klinik Dokter Ara. Mereka mendaftar berobat, hanya karena rata-rata sakit kepala / tensi rendah.
Dokter Ara yang menanggapinya, hanya geleng-geleng kepala.
"Kok bisa ini 20 orang pasien, daftar berobat ke klinik, dengan keluhan yang rata-rata sakit kepala." Dokter Ara masih tak percaya akan hal itu.
"Zaskia. Kalau sudah 20 pasien, tolong stop dulu ya..saya kewalahan nanti melayani mereka." pinta Dokter Ara pada perempuan muda asistennya itu.
"Baik, Dok," jawab Zaskia.
Belum semenit Zaskia menerima perintah itu, datang seorang pria setengah baya. Pria itu ngotot mau berobat.
Bahkan, dia mengancam Zaskia, kalau terjadi apa-apa dengan dirinya, dia akan menuntut Dokter Ara, karena telah menolak pasien yang akan berobat.
"Dok. Gimana ya. Bapak itu memaksa. Dia mau bayar mahal, asal bisa berobat. Karena sakit kepalanya tak tertahankan lagi." jelas Zaskia mencoba menyampaikan apa yang menjadi desakan pasien pria setengah baya itu
"Heran saya. Kenapa di desa ini tiba-tiba banyak laki-laki yang berbondong-bondong ke tempat praktek saya, sakitnya sakit barengan. Sakit kepala." Dokter Ara heran sambil senyum-senyum sendiri.
"Sepertinya mereka hanya mau ketemu Dokter Ara," celetuk Dokter Bagas. Teman seprofesi yang bertugas di Jakarta.