"Woy, senyum-senyum sendiri lo. Kumat?" Diko Menepuk pundak temannya, Rido. Mereka berdua bersama tiga orang teman lainnya sedang Menyantap mie ayam buatan Mang Atang di kantin sekolah.
"Gue masih inget kejadian di kelas gue tadi, si Bella ada-ada aja tingkahnya."
"Ngapain lagi tu anak?" tanya Elvan sambil Mencomot satu bungkus kacang di depannya.
"Masak dia naruh permen karet di kursi guru, mana tadi pelajaran pertama Bahasa Inggris lagi. Kalian taukan gimana galaknya Pak Bowo."
"Serius lo? Trus gimana?"
"Ya celananya Pak Bowo sobek waktu berdiri."
Mendengar itu, mereka berempat kompak tertawa. Bahkan, Ferdi sampai Menyemburkan es teh yang baru saja dia minum.
"Dihukum lagi dong dia?" giliran Nanang yang bertanya.
"Nggak tau deh, tadi si dia dipanggil kepala sekolah."
"Eh panjang umur tuh."
Bella baru saja tiba di kantin bersama dua teman baiknya, Salsa dan Vanya. Mata Elvan sempat bertemu dengan mata cewek yang hampir selalu Mengenakan bandana di kepalanya. Bella langsung mengalihkan pandangannya.
"Judes amat tu cewek."
Esoknya, matahari masih bersembunyi di balik awan mendung yang membungkus kota. Benar-benar waktu yang tepat untuk datang terlambat. Entah karena kutukan atau anak-anaknya saja yang pemalas, SMA Centaurus pasti punya lebih dari 20 siswa yang datang terlambat setiap harinya. Dan hari ini Elvan jadi salah satunya.
"Waktu itu adalah uang, gimana kalian bisa sukses kalau setiap harinya saja datang terlambat?" Dan blablabla, ceramah pagi dari petugas piket yang lebih bawel dari pedagang pasar malam dimulai. Elvan tidak terlalu peduli, dia justru memperhatikan Bella yang saat ini sedang asyik Menguap.
"Ini surat pengantar kalian. Jika saya menemukan nama kalian di kertas ini sampai tiga kali, kalian harus terima konsekuensinya. Dan untuk Deolinda Arabelle Diatmika, kamu ditunggu Bu Isti di ruang BK."
Suara cekikikan anak-anak lain terdengar, mereka sudah hafal jika Bella jadi langganan datang terlambat. Berbagai hukuman sudah sering dijalani Bella, tapi seperti tidak ada kata jera di kamus hidupnya.
Jam istirahat dan hujan bukan jadi kombinasi yang pas. Untuk ke kantin saja harus rela basah-basahan. Sebagian besar siswa memilih untuk berdiam diri di kelas, jadi hari ini kantin tidak seramai biasanya. Elvan, Rido, Diko, Ferdi dan Nanang sudah duduk di bangku paling pojok, seperti sudah ada tanda kepemilikan di sana.
"Bella bikin ulah apalagi Do?" tanya Ferdi memulai percakapan.
"Nggak ada. Tapi gue malah curiga, soalnya nih tatapan matanya udah kaya mau makan orang. Hii serem."
"Tadi pagi dia dipanggil ke BK."
"Kok lo tau Van?"
"Gue tadi telat, dia juga sama."
"Yah kalo dia mah emang udah langganan telat. Btw, tumben lo bisa telat?"
"Bangun kesiangan, semalem gue begadang gara-gara baca buku."
"Wiih belajar? Berarti ulangan fisika nanti ada yang bisa dicontekin nih."