Pelajaran kimia jadi pembuka dihari yang tidak terlalu cerah ini. Semua siswa kelas XI IPA 3 bersiap-siap menuju laboratorium karena akan dilakukan praktikum. Setibanya di sana, Bu Mala sudah Menuliskan pembagian kelompok di papan. Tanpa perlu banyak bertanya, semua sudah Mencari kelompoknya masing-masing.
“Ini apa si?” Elvan mengangkat sebuah logam saat berjalan menuju kelompoknya.
“Itu logam natrium. Makanya kalo guru jelasin tu diperhatiin, jangan malah tidur.” jawab Dini.
Setengah jam pertama, pelajaran masih berjalan lancar. Bu Mala menjelaskan dengan baik dan anak-anak juga mengikuti instruksi yang diberikan.
Duaarrr.
Tiba-tiba terjadi sebuah ledakan dari meja kelompok Elvan, tidak besar tapi cukup untuk mengagetkan seisi kelas. Wajah satu kelompok itu terlihat pucat pasi, apalagi Elvan yang terkena cairan ledakan. Bu Mala langsung menyuruh dua murid lainnya untuk membawa Elvan ke UKS agar bisa segera diobati. Bukannya bertemu Mbak Desi penjaga UKS, justru hanya ada Bella yang sibuk memainkan komputer di sana.
“Mbak Desi kemana?” tanya Elvan sambil meringis kesakitan.
“Mana gue tau.” Bella menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari komputer.
“Duh gawat! Lo bisa bantuin temen gue nggak?
Bella melongokkan kepalanya, “Elo??”
“Iya, gue. Tolongin gue pliss, tangan gue sakit banget.”
Bella mendekat dengan wajah tampak malas, “Kenapa?”
Sambil menahan rasa sakit, Elvan mulai menceritakan apa yang dia alami. Bukannya mendapat simpati, Bella justru tertawa sampai wajahnya memerah.
“Jadi lo masukin logam natrium ke air? Wah, nggak heran si kalo lo ada diperingkat terakhir. Murni banget begonya.” ejek Bella sambil tertawa.
“Ya mana gue tau, lagiankan gue cuma iseng.” Elvan berusaha membela diri, dia tidak terima dengan ucapan Bella.
“Jangan-jangan lo masuk IPA jalur nyogok ya?”
“Sembarangan! Gue ini sebenernya pinter, cuma pura-pura bego aja tapi malah keterusan jadi bego beneran.”
“Kan kan, alasan lo makin nunjukin kalo lo emang beneran bego.”
Tepat setelah Elvan selesai diobati, Mbak Desi muncul dari balik pintu.
“Gue balik duluan ya, makasihnya entaran aja.” Belum juga Elvan menjawabnya, tubuh kecil Bella sudah hilang dibalik tiang-tiang koridor.
“Dasar cewek aneh.”
✈✈✈
“Van, coba deh lo pinterin dikit tu otak pasti lo bakal jadi cowok paling sempurna di sekolahan.”
“Ck, gue jitak pala lo!”
“Saran gue, kalo lo emang nggak tau mending nggak usah ngelakuin hal aneh-aneh deh. Malu sendirikan jadinya?”